Gereja Ortodoks Koptik telah mengumumkan bahwa pembunuhan 21 umat Kristiani Mesir yang dibunuh oleh ISIS di Libya akan diperingati dalam kalender Gerejanya. Paus Tawadros II mengumumkan bahwa nama-nama para martir itu akan dimasukkan dalam Synaxarium Koptik, padankata dari Gereja Oriental itu dengan Martirologi Romawi. Prosedur ini juga setara dengan kanonisasi dalam Gereja Latin.
Sesuai terrasanta.net, demikian laporan Junno Arocho dari Radio Vatikan 21 Februari 2015, kemartiran dari 21 umat Kristiani itu akan diperingati pada Amshir ke-8 dari kalender Koptik, atau tanggal 15 Februari dari kalender Gregorian. Peringatan itu jatuh di hari pesta Yesus Dipersembahkan di Bait Allah.
Militan ISIS merilis sebuah video mengerikan berjudul “Pesan Bertandatangan Darah untuk Bangsa Salib.” Dalam video itu mereka mengeluarkan peringatan yang mengatakan bahwa mereka berada di “selatan Roma.” Mereka kemudian melanjutkan dengan pemenggalan kepala orang-orang Kristiani, beberapa di antara mereka terlihat mengucapkan kata-kata “Tuhan Yesus Kristus” pada detik-detik sebelum kematian mereka.
Meskipun mengakibatkan kekhawatiran bahwa ISIS semakin mendekati Eropa, pembunuhan-pembunuhan itu juga memperkuat iman banyak orang. Dalam wawancara dengan saluran Kristen SAT-7 ARABIC di hari Rabu, tanggal 18 Februari, Beshir Kamel, saudara dua martir Koptik itu, bahkan mengucapkan terima kasih kepada ISIS karena memasukkan ungkapan iman mereka dalam video-video sebelum membunuh mereka.
“ISIS memberikan kepada kita lebih dari apa yang kita minta saat mereka tidak mengedit bagian di mana mereka menyatakan iman mereka dan memanggil Yesus Kristus. ISIS membantu kita memperkuat iman kita,” katanya.
Beshir mengatakan bahwa ia bangga saudara-saudaranya Bishoy dan Samuel, seraya mengatakan bahwa kemartiran mereka adalah “lencana kehormatan untuk Kristianitas.”
Wawancara Beshir Kamel dengan SAT 7-ARABIC dengan cepat tersiar lewat internet, dalam beberapa jam setelah di-posting sudah tercatat lebih dari 100.000 view. Ketika ditanya apa reaksinya kalau ia melihat seorang militan ISIS, Kamel mengingat jawaban ibunya.
“Ibuku, seorang wanita tak berpendidikan yang berusia enam puluhan, mengatakan bahwa dia akan meminta (militan ISIS itu) untuk masuk ke rumahnya (ibu itu) dan meminta kepada Allah untuk membuka matanya (militan ISIS itu) karena dialah (militan ISIS itu) yang menyebabkan anaknya memasuki kerajaan surga,” kata Bashir. (pcp berdasarkan Radio Vatikan)
Foto diambil dari Reuters