Senin, November 18, 2024
30.3 C
Jakarta

Mgr Pujasumarta ajak Gereja bekerja sama dengan siapa pun, memihak kaum miskin

Refleksi Berbangsa

Kaum awam yang berada dalam tata dunia seperti sosial, politik, budaya, komunikasi, dan keluarga, mengubah dunia laksana ragi. Karena beriman kepada Kristus, maka kaum awam mengambil bagian sebagai imam, nabi dan raja dalam Gereja maupun masyarakat.

Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta berbicara dalam Sarasehan dan Refleksi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara bagi Tokoh-Aktivis Sosial, Kemasyarakatan, dan Politik Keuskupan Agung Semarang, di Ungaran, Jawa Tengah, 30-31 Januari 2015.

Sebenarnya, tegas Mgr Pujasumarta, “kaum awam mempunyai otonomi yang khas tentang ilmu pengetahuan dan sebagainya, dan juga berdasar hati nurani, yang dididik mampu dan harus mau mengambil keputusan politik berdasarkan hati nurani yang terlatih.”

Banyak awam terlibat dalam Gereja dan masyarakat. Prelatus itu bersyukur untuk itu. “Tetapi yang masih kita dorong betul-betul adalah bagaimana awam, secara kelompok maupun pribadi, masuk di dalam dunia politik kemasyarakatan dan lain-lainnya.”

Uskup agung mendorong awam supaya bekerja sama dengan siapa pun. Selama ini paradigma membangun kerja sama dengan orang lain adalah dengan siapa pun yang berkehendak baik. Namun, Mgr Pujasumarta mengajak peserta mengubah paradigma itu menjadi membangun kerja sama dengan siapa pun dilandasi kasih, yang berasal dari Allah, yang bekerja seperti matahari menyinari orang jahat maupun orang baik, seperti hujan yang memberi kesuburan pada bumi.  “Baik yang jahat dan yang baik kita sapa,” kata Mgr Pujasumarta.

Memang disadari hal itu masih merupakan tantangan mengingat kecenderungan umum yang lebih mudah bekerja sama dengan yang senada dan searah. “Tapi kalau ada terobosan-terobosan baru, untuk tetap memberkati mereka yang semula tidak berkehendak baik itu, kita ubah mereka sampai berkehendak baik, ini prestasi yang sungguh-sungguh hebat,” tegas uskup agung itu.

Dalam acara yang diisi sharing para tokoh politik dan kemasyarakatan itu, Mgr Pujasumarta menjelaskan arti Gereja Papa Miskin kepada peserta yang berasal dari empat kevikepan di wilayah Keuskupan Agung Semarang (KAS). “Gereja Papa Miskin adalah Gereja yang selalu berpihak pada kaum miskin dan para korban, termasuk korban pembangunan.”

Peserta lalu diajak untuk berpihak kepada korban itu, seperti Yesus Kristus yang memilih berpihak kepada Kerajaan Allah, dipenuhi oleh Roh Kudus. “Yesus sadar betul-betul bahwa Dia diutus mewartakan kabar baik kepada orang miskin,” jelas prelatus itu dalam acara yang diprakarsai oleh Penghubung Karya Kerasulan Kemasyarakatan KAS (PK4AS).

Kalau Gereja Papa Miskin dikembangkan, Gereja akan mendapatkan kredibilitas. “Kalau hanya berpihak kepada yang kaya, Gereja akan semakin menerima banyak kritik. Tapi kalau Gereja berpihak kepada orang miskin, orang kaya akan ikut bersama kita menolong yang miskin.”

Mgr Pujasumarta berharap Gereja Papa Miskin memperhatikan kebutuhan-kebutuhan mendasar yang manusiawi seperti pangan, sandang, papan. “Jika mungkin Gereja Papa Miskin bisa menanggapi kebutuhan lebih lanjut seperti kesehatan dan pendidikan.”

Menurut Ketua PK4AS Pastor Raymundus Sugihartanto Pr, pertemuan itu dimaksudkan untuk mensyukuri bahwa banyak aktivis sosial, politik, dan kemasyarakatan di KAS terjun secara praktis dalam dunia sosial politik serta aktif di tengah masyarakat.

Pertemuan itu juga membahas rencana menyambut HUT Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 2015. “Kita berharap di tahun 2015, bisa mengevaluasi sejauh mana peran kita sebagai tokoh-tokoh di tengah masyarakat, menjadi utusan Gereja, menjadi rasul-rasul, dan berdaya guna menjadi garam dan terang di tengah masyarakat,” kata Mgr Pujasumarta. (Lukas Awi Tristanto)

 

Artikel sebelum
Artikel berikut

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini