Wakil-wakil dari semua Gereja Ortodoks Oriental berada di Roma pekan ini untuk menghadiri pertemuan Komisi Bersama Internasional untuk Dialog Teologis bersama Gereja Katolik. Selama perjumpaan lima hari, yang dimulai tanggal 26 Januari 2015, peserta berharap menyelesaikan dokumen bersama tentang Persekutuan dan Komunikasi dalam lima abad pertama Kekristenan.
Gereja Ortodoks Oriental adalah satu komunitas Kristen yang paling kuno di dunia. Menurut tradisi, Gereja itu didirikan oleh para rasul pertama di Mesir, Armenia, Suriah, India dan Ethiopia dalam dekade-dekade setelah kematian dan kebangkitan Kristus. Mereka belum menyatu dengan Gereja Katolik Roma dan juga dengan dunia Ortodoks sejak mereka secara resmi memutuskan hubungan di abad ke-5.
Dari pembicaraan lewat Radio Vatikan yang dilaksanakan tanggal 27 Januari 2015 oleh Philippa Hitchen dengan Pastor Gabriel Quicke, yang bertanggung jawab atas hubungan dengan Gereja-Gereja Ortodoks Oriental dalam Dewan Kepausan untuk Persatuan Umat Kristen, beberapa hal terungkap.
Pastor Gabriel mengatakan bahwa dokumen baru itu penting bagi umat Kristiani di saat ini, karena dokumen itu menyoroti kekayaan warisan yang bersama-sama dimiliki oleh Gereja-Gereja dalam lima abad pertama sebelum perpecahan terjadi.
Imam itu mengatakan, Komisi itu akan melanjutkan rentetan-rentetan diskusi baru tentang sakramen-sakramen, terutama persoalan Sakramen Permandian yang masih belum diakui oleh beberapa Gereja Ortodoks Oriental.
Pastor Gabriel mengatakan, banyak pemimpin Gereja Ortodoks Oriental kini menyaksikan semakin habisnya umat mereka karena kurangnya keamanan di kawasan Timur Tengah. Imam itu mengatakan, solidaritas dunia Katolik dan seruan-seruan Paus Fransiskus atas nama umat Kristiani yang teraniaya sangat penting dan sangat dihargai oleh umat di sana.(pcp berdasarkan Radio Vatikan)
Pastor Gabriel Quicke