“Dengan otoritas kerasulan kami, kami nyatakan bahwa Hamba Allah Yang Mulia Paulus VI, Paus, akan selanjutnya disebut Beato …” Dengan kata-kata itu, Paus Fransiskus membeatifikasi Paulus VI dalam Misa penutupan Sinode para Uskup. Perayaan itu berlangsung pada akhir pertemuan dua minggu, saat Paus bersama para Uskup dan Kardinal dari seluruh dunia, membahas tantangan-tantangan keluarga.
Junno Arocho Esteves dari Zenit.org Kota Vatikan melaporkan tanggal 19 Oktober 2014 bahwa Paus Emeritus Benediktus XVI, yang diangkat sebagai Kardinal di tahun 1977 oleh Paus yang baru dinyatakan sebagai Beato itu, hadir dalam beatifikasi itu. Paus Fransiskus menyalami Paus emeritus itu dengan hangat pada awal Misa. Benediktus XVI menyatakan Paulus VI sebagai ‘Yang Mulia’ di bulan Desember 2012.
Paus Fransiskus mengenakan kasula emas milik Beato Paulus VI dan juga salib pastoral dari Paus yang baru dibeatifikasi itu.
Dalam refleksi tentang sinode, Bapa Suci mengatakan bahwa para gembala dan umat awam bekerja sama “guna membantu keluarga saat ini untuk berjalan di jalan Injil dengan pandangan yang tertuju kepada Yesus.”
Sinode itu, “merupakan pengalaman yang sangat bagus, saat menjalani sinodalitas dan kolegialitas, dan merasakan kuasa Roh Kudus yang terus-menerus membimbing dan memperbaharui Gereja,” jelas Paus Fransiskus seraya menambahkan “Karena Gereja dipanggil untuk tidak membuang-buang waktu berupaya membalut luka-luka terbuka dan menghidupkan kembali harapan dalam begitu banyak orang yang telah kehilangan harapan.”
Paus berharap agar Roh Kudus akan terus “memandu perjalanan yang, dalam Gereja-Gereja seluruh dunia, membawa kami ke Sinode Biasa para Uskup di bulan Oktober 2015.”
Merujuk Beato Paulus VI sebagai “rasul yang tak kenal lelah,” Paus Fransiskus mengenang bagaimana pendahulunya membentuk Sinode sebagai cara untuk beradaptasi dengan “kebutuhan-kebutuhan zaman kita yang sedang berkembang.”
“Kalau kita melihat ke Paus yang agung ini, umat Kristen yang berani ini, rasul yang tak kenal lelah ini, kita tidak bisa tidak mengatakan di hadapan Allah sebuah kata sesederhana yang tulus dan penting: Terima kasih!” seru Paus di tengah tepukan tangan umat beriman. “Terima kasih, Paus Paulus VI kami yang tercinta dan terkasih! Terima kasih untuk kesaksian cintamu yang rendah hati dan profetis untuk Kristus dan Gereja-Nya!”
Selama masa kepausan, Beato Paulus VI memimpin Gereja selama revolusi seksual tahun 60-an. Di masa itulah Paus itu menulis ensiklik terkenal “Humanae Vitae” (Kehidupan Manusia) yang menegaskan kembali sikap Gereja tentang cinta suami-istri, orang tua, dan sikap Gereja tentang kontrasepsi. Meskipun menghadapi tantangan dari luar dan dalam Gereja, Paulus VI kukuh membela “desain yang sudah dibuat oleh Sang Pencipta.”
Itulah kerendahan hatinya, tegas Paus Fransiskus, di sana “keagungan Beato Paulus VI bersinar.” (terjemahan pcp dari Zenit.org)