Senin, November 25, 2024
28.2 C
Jakarta

Yesus, Mempelai Pria Kita: yang rela menyerahkan hidup-Nya bagi kita

Mempelai

(Renungan berdasarkan Bacaan Injil Hari Minggu Prapaskah Ketiga [A], 15 Maret 2020: Yohanes 4: 5-42)

Kita melihat Yesus sebagai beberapa figur. Beberapa orang menganggap Dia sebagai guru, beberapa memanggilnya sebagai sahabat, dan beberapa yang lain hanya akan menyatakan Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Namun, sedikit yang kita ketahui bahwa Injil memperkenalkan Dia sebagai mempelai laki-laki.

Gagasan bahwa Yesus sebagai mempelai kita agak canggung dan sulit diterima. Seseorang mungkin berpikir, “Jika saya single, tidak apa-apa menikah dengan Yesus. Tetapi jika saya sudah menikah, apakah itu berarti Yesus akan menjadi suami kedua saya, atau haruskah saya menceraikan suami pertama saya?” Kekhawatiran semacam ini tentu saja valid, namun ini berakar pada pemahaman manusiawi dan bahkan seksual kita tentang pernikahan. Lalu, mempelai laki-laki macam apa Yesus ini?

Untuk menjawab ini, kita perlu memahami beberapa simbol dalam Injil hari ini. Yesus pergi ke sebuah sumur dan Yohanes sang penginjil menegaskan bahwa itu bukan hanya sumur biasa, tetapi sumur Yakub. Seorang wanita Samaria kemudian datang untuk mengambil air, dan bertemu Yesus di sana. Bagi kita, itu hanya kisah biasa tentang pertemuan Yesus dengan seorang wanita, seperti ketika Yesus mengunjungi Maria dan Marta, atau Yesus membantu seorang wanita yang terjebak dalam perzinaan. Namun, ketika kita mengetahui Alkitab kita, pertemuan itu jauh dari biasa. Adegan di sumur adalah saat seorang pria menemukan pengantin wanitanya. Dalam Kejadian 29, Yakub menemukan Rahel di dekat sumur ketika dia akan memberi minum domba. Dalam Kel 3, setelah Musa melarikan diri dari Mesir, ia pergi ke tanah Midian, dan di dekat sumur, ia membela para wanita yang diganggu oleh para gembala. Salah satu dari wanita ini akhirnya akan menjadi istrinya.

Namun, Injil dengan jelas menunjukkan bahwa Yesus tidak mencari istri atau menikahi wanita Samaria itu. Yesus juga tetap sendiri selama seluruh hidupnya, tetapi sekali lagi, kita tidak berbicara di tingkat manusia dan literal. Jika Yesus adalah Mempelai Pria yang ilahi, wanita Samaria juga melambangkan mempelai wanita Kristus yang sejati. Tidak heran, para Bapak Gereja, akan mengidentifikasi wanita Samaria sebagai simbol dari Gereja. Seperti wanita Samaria yang bukan Yahudi, Gereja juga datang dari banyak bangsa. Seperti wanita Samaria yang bergumul dengan kehidupan pernikahannya, Gereja juga bergumul dengan banyak dosa dan kelemahan. Seperti wanita Samaria yang sedang menunggu Mesias, Gereja juga membutuhkan seorang Juru Selamat.

Sungguh aneh melihat Yesus sebagai pengantin laki-laki kita terutama ketika kita terbiasa dalam pemahaman yang terlalu manusiawi. Namun, dalam tingkat spiritual, untuk memiliki Yesus sebagai mempelai laki-laki kita berarti kita memiliki seseorang yang sangat mengasihi kita, seseorang yang akan melindungi dan merawat kita, seseorang yang akan menerima ketidaksempurnaan kita dan seseorang yang akan rela menyerahkan hidupnya demi kita.

Virus Covid-19 hanya dalam waktu tiga bulan telah mendatangkan malapetaka di dunia. Apa yang mengerikan dengan virus ini bukan hanya sangat menular dan belum memiliki obat yang pasti, tetapi juga memaksa manusia untuk menunjukkan naluri bertahan hidup dasarnya: ketakutan dan bahkan keegoisan. Namun, ini adalah juga kesempatan terbaik untuk bertumbuh dalam iman. Iman kita tidak kosong karena kita berpegang pada seseorang, dan Dia adalah Yesus, Mempelai Pria kita yang akan memberikan hidup-Nya bagi kita.

Pastor Valentinus Bayuhadi Ruseno OP

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini