Paus Fransiskus memulai katekese Rabu, 23 Oktober 2019, dengan mengatakan bahwa Kisah Para Rasul menceritakan tentang perjalanan panjang Firman Tuhan. Perjalanan itu, kata Paus, dimulai setelah “penganiayaan kejam.” Dalam penganiayaan itu, orang-orang Kristen dipaksa melarikan diri dengan membawa Firman itu, tanpa mengurangi semangat evangelisasi.
Di antara yang melarikan diri dari penganiayaan itu adalah Paulus dan Barnabas. Mereka membawa Injil kepada orang Yahudi Antinoch di Suriah. “Kitab Kisah Para Rasul mengungkapkan sifat Gereja itu,” kata Paus yang menjelaskan bahwa Gereja “bukanlah benteng, tetapi sebuah tenda, yang ruangnya bisa diperluas” sehingga semua orang bisa masuk.
Gereja itu “keluar”, lanjut Paus. Gereja itu berjalan dan berkembang “kalau tidak dia bukan Gereja,” kata Paus seraya mencontohkan gereja-gereja tertentu yang dilihatnya di Roma, Buenos Aires, Argentina, dengan pintu tertutup, yang menggambarkan “tanda buruk”, karena pintu-pintu Gereja harus selalu terbuka.
Paus lalu menjelaskan, “pintu terbuka” ini menyebabkan kontroversi, karena banyak orang bertanya kepada diri sendiri ‘terbuka untuk siapa?’ Paus menceritakan, beberapa orang Yahudi yang bertobat menekankan perlunya melakukan ritual Yahudi kuno, seperti sunat, sebelum pembaptisan “agar selamat.”
Oleh karena itu, kata Paus, Paulus pergi ke Yerusalem untuk berkonsultasi dengan Petrus dan Yakobus, yang dianggap sebagai “pilar-pilar” Gereja Kristen perdana. Dalam “Konsili Yerusalem,” para Rasul menemukan jalan tengah dengan mengatakan anggota non-Yahudi tidak harus disunat, tapi harus menolak penyembahan berhala dan semua ungkapannya.
Paus mengatakan, cara mengatasi perbedaan ini memberi kunci penyelesaian konflik kepada kita. “Ini mengingatkan bahwa metode gerejawi untuk menyelesaikan konflik didasarkan pada dialog dengan mendengarkan secara teliti dan sabar serta pencermatan dalam terang Roh Kudus,” kata Paus.
Akhirnya, Paus mengajak umat beriman yang berkumpul untuk hidup dalam dialog, dalam mendengarkan dan dalam perjumpaan dalam iman, dengan saudara-saudari kita di seluruh dunia.(PEN@ Katolik/pcp berdasarkan Francesca Merlo/Vatican News)