Penataan kawasan Gua Maria Lourdes Sendangsono yang juga melibatkan masyarakat sekitar telah selesai. Peresmian penataan ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman yang antara lain menjadikan kawasan itu mampu meningkatkan kemakmuran masyarakat setempat.
Peresmian penataan kawasan Sendangsono ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Institute Komunitas Universal yang diwakili Michael Sumarijanto, Tidar Heritage Foundation yang diwakili Sulistyo Budi Darmo dan Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta.
Ketiga pihak , demikian butir-butir kesepahaman itu, “berusaha mengembangkan dan mengupayakan Sendangsono sebagai daerah wisata spiritual yang diakui dunia sebagai warisan budaya dunia, menjadikan Sendangsono dan sekitarnya sebagai daerah pendukung wisata yang mempunyai taraf internasional, dan meningkatkan kemakmuran masyarakat setempat untuk menjadi faktor pendukung daerah wisata spiritual Sendangsono.”
Salah seorang pemrakarsa penataan Michael Sumarijanto membenarkan bahwa penataan kawasan Sendangsono melibatkan masyarakat sekitar yang terdiri dari berbagai macam lata belakang. “Ini betul-betul merupakan suatu karya masyarakat setempat yang mempunyai rasa empati, rasa melu handarbeni terhadap Sendangsono,” katanya.
Keterlibatan itu, lanjutnya, menunjukkan betapa masyarakat sekitar dapat bersama-sama menjaga kerukunan. Dia pun berharap penataan kawasan Sendangsono bisa membawa kesejahteraan dan kerukunan bagi masyarakat di sekitarnya.
Harapan lain yang muncul adalah semakin banyak peziarah dan wisatawan baik domestik maupun internasional berkunjung di tempat yang berdekatan dengan Borobudur dan Mendut itu. Kesejahteraan masyarakat sekitar juga diharapkan meningkat dengan membuat home stay yang menampung para peziarah.
Penataan kawasan Sendangsono dilakukan dengan merenovasi Gereja Promasan dan bangunan pastoran yang menjadi tempat perhentian pertama jalan salib panjang, pembuatan taman doa dan padusan murni yang menjadi tempat penyucian peziarah, serta perbaikan jalan salib sepanjang 1,5 km. Gereja Promasan direnovasi mengingat usianya sudah cukup tua dan dilindungi secara hukum sebagai artefak arsitektur. Jalan salib panjang di kawasan yang menjadi lebih indah dan asri itu kini bisa dilalui oleh orang-orang difabel yang menggunakan kursi roda.
Dalam peresmian penataan kawasan Sendangsono, 15 Juni 2014, Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta meminta masyarakat di sekitar Gua Maria Lourdes Sendangsono untuk memiliki dan mengembangkan habitus yang telah mulai dibangun untuk memelihara kawasan tersebut sebagai tempat doa.
“Itu berarti, masyarakat sendiri terutama umat Katolik menjadikan tempat ini sebagai tempat doa. Sudah cukup lama jalan salib panjang ditinggalkan karena ada jalan pintas. Saya menghimbau supaya jalan salib panjang yang telah diperbaiki itu menjadi suatu pilihan kita untuk bisa merenungkan peristiwa-peristiwa keselamatan kita,” lanjut Mgr Pujasumarta.
Sendangsono menyimpan peristiwa-peristiwa kehidupan Gereja Keuskupan Agung Semarang, kata Uskup Agung Semarang itu mengenang peristiwa 110 tahun lalu saat Sarikrama yang sebelumnya menderita penyakit yang tak kunjung sembuh bersama tiga orang temannya meminta kepada Romo Van Lith untuk dibaptis di Muntilan.
“Bersyukur atas kesembuhan yang diterimanya, Bapak Sarikrama bersama teman-temannya bersedia mewartakan peristiwa kesembuhan itu kepada orang-orang di Kalibawang ini,” lanjut Mgr Pujasumarta. Akhirnya, tanggal 14 Desember 1904, sebanyak 171 orang juga meminta kepada Romo Van Lith untuk dibaptis dengan air Sendangsono.
Namun salah satu inisiator penataan Purnomo Yusgiantoro mengeluhkan betapa sulitnya mencari air di kawasan itu untuk memenuhi kebutuhan padusan atau penyucian diri. Namun, setelah melakukan pengeboran ditemukanlah sumber air yang melimpah. “Saya tidak tahu, apakah itu mukjizat, apakah satu kebetulan, apakah itu satu berkat Tuhan, setelah dibor beberapa hari saya ditelepon, ternyata debit airnya besar sekali,” kata Purnomo.
Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo sangat bersyukur dengan penataan kawasan Sendangsono yang katanya sangat penting itu. “Yang paling bersyukur adalah kami karena manfaat dan multiplayer effect kegiatan ini sungguh luar biasa,” katanya.
Pemerintah daerahnya siap memfasilitasi dengan membangun jalan menuju tempat peziarahan Sendangsono. “Cita-cita kami bus sampai di tempat ini, karena saya melihat itu penting sekali. Kalau tidak sampai sini, saya kira susah akses dari luar,” katanya. Juga akan disiapkan rencana tata ruang wilayah (RTRW) kawasan itu. “Jadi, kami akan mendukung baik dari sisi regulasi maupun dari sisi pembangunan infrastruktur,” tuturnya.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya mengatakan bahwa ziarah diibaratkan sebagai perjalanan hidup manusia yang singkat, hanya mampir ngombe. “Dalam perjalanan ziarah ke tempat-tempat religius, kita belajar intisari kehidupan yang akan berguna dalam perjalanan kita menuju Tuhan. Berdoa dan bersyukurlah ketika sedang dalam perjalanan ziarah,” katanya. (Lukas Awi Tristanto)
Puji Tuhan, Karya Tuhan sungguh luar biasa dgn menggerakkan hati semua insan yg terlibat dalam penataan ulang Gua Maria Sendangsono menjadi sedemikian rupa indahnya juga membuatnya mudah diakses oleh seluruh umat Katholik di seluruh dunia dgn segala macam kondisi tubuhnya. Semoga semakin banyak hati insan di Indonesia bahkan di dunia ini untuk semakin peduli dgn Iman akan Yesus Kristus dan juga setia pada Bunda Maria. Rancangan NYA buat kita sungguh indah dan tepat pada waktunya Amin…