Jumat, November 22, 2024
29.4 C
Jakarta

Sari Warta Gereja Mancanegara

Vatican by L'Osservatore Romano

 

Para uskup minta pemimpin politik benua Afrika bekerja demi kepentingan semua warganya

Para uskup Afrika mengakhiri sidang pleno ke-26 Simposium Konferensi Waligereja Afrika dan Madagaskar (SECAM), seraya menyerukan kepada para pemimpin politik benua itu untuk bekerja tidak dalam kepentingan mereka sendiri, tetapi kepentingan semua penduduk Afrika. Tema sidang pleno itu adalah “Gereja, keluarga Allah di Afrika demi rekonsiliasi, keadilan dan perdamaian,” dan tujuannya mengadopsi orientasi pastoral baru demi rekonsiliasi melalui Injil, demikian VIS, 13 Juli 2013 dari Kota Vatikan. Para uskup, yang bertemu di Kinshasa, Kongo, dari tanggal 9 hingga 14 Juli, mengajak orang-orang Afrika untuk benar-benar berkomitmen memperjuangkan tatanan sosial yang adil serta memungkinkan semua orang menikmati hak yang layak bagi martabat manusia, dalam semua bidang kehidupan. Mereka menyerukan untuk mengakhiri perang di Republik Demokratik Kongo, yang telah menghancurkan negara itu bertahun-tahun dan yang menyebabkan jutaan kematian dan pelanggaran berat hak asasi manusia, di samping pemerkosaan ribuan perempuan dan anak perempuan. “Kami tidak bisa tinggal diam di depan drama yang tampaknya terlupakan,” kata para uskup. “Kami lontarkan seruan mendesak kepada PBB, Uni Eropa, Uni Afrika dan pemerintah negara lain agar dengan cara apa pun ikut bertindak tegas mengakhiri perang yang telah terlalu lama ini.” Para uskup juga memfokuskan situasi di Republik Afrika Tengah, negara-negara Tanduk Afrika, Mali, Nigeria, Sudan Selatan, Madagaskar, Rwanda, Uganda, Tunisia dan Mesir.***

 

Kardinal Van Thuan dari Vietnam sebentar lagi jadi beato

Selangkah lagi Kardinal Francis Xavier Nguyen Van Thuan (17 April 1928–16 September 2002) dari Vietnam akan dibeatifikasi menjadi beato. Tanggal 5 Juli 2013, sesuai laporan Radio Vatikan, Vikaris Keuskupan Roma, Kardinal Agostino Vallini, memimpin sesi penutupan proses beatifikasi tingkat keuskupan di Istana Lateran. Peserta sesi diterima oleh Paus Fransiskus tanggal 6 Juli dan Misa Syukur akan dilaksanakan di Gereja tituler Thuận di Roma, Santa Maria della Scala. Tanggal 24 April 1975, Thuận diangkat menjadi Uskup Agung Koajutor Saigon. Dia ditangkap oleh pemerintah komunis Vietnam dan ditahan di “kamp pendidikan ulang” selama 13 tahun, sembilan di antaranya di sel isolasi. Presiden Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian tahun 1998-2002 itu diangkat menjadi Kardinal oleh Paus Yohanes Paulus II tahun 2001.

 

Kesepakatan pemerintah-oposisi dicapai berkat Uskup Atakpame

Kesepakatan pemerintah dan oposisi untuk pemilu transparan dan damai di Togo tercapai berkat upaya Uskup Atakpame Mgr Nicodème Anani Barrigah-Benissan. Ia memediasi perundingan yang dihadiri Duta Besar AS di Lome, Robert E. Whitehead. Setelah lima pertemuan, 9 Juli dicapai kesepakatan, antara lain penguatan kehadiran perwakilan oposisi di Pemilihan Komisi. Menyambut perjanjian itu, pemerintah mengumumkan perpanjangan kampanye hingga 23 Juli. Pemilu akan diadakan 25 Juli. Ketegangan di Togo berlangsung berbulan-bulan karena perbedaan pendapat antara pemerintah dan oposisi. Baru-baru ini para uskup mengungkapkan kekhawatiran akan situasi negara. Upaya perdamaian yang dipimpin Gereja Katolik diakui. Kenyataannya, Mgr Barrigah ditunjuk memimpin Komisi Kebenaran, Keadilan dan Rekonsiliasi, yang diciptakan pemerintah tahun 2009 untuk mengatasi kekerasan politik yang telah lama mengganggu kehidupan sosial.

 

Caritas Internasionalis minta pengungsi diterima sebagai saudara

Presiden Caritas Internationalis Kardinal Oscar Rodriguez Maradiaga merilis dukungan bagi seruan Paus Fransiskus untuk menyambut pengungsi sebagai saudara-saudari kita, demikian Radio Vatikan. Kardinal Maradiaga mengeluarkan dukungannya 8 Juli, saat Paus pergi ke Pulau Lampedusa, temat puluhan ribu migran mendarat untuk berusaha mencapai Eropa demi masa depan lebih baik. “Kunjungan Paus ke Lampedusa mengingatkan kita tentang nasib jutaan pengungsi di dunia. Pemimpin agama dan organisasi keagamaan berperan penting dalam memastikan bahwa pengungsi diperlakukan dengan martabat dan kasih sayang. Kita harus sambut pengungsi sebagai saudara-saudara kita.” Kini, lebih dari 40 juta pengungsi di dunia. Kardinal Maradiaga ikut bersama badan pengungsi PBB dan perwakilan organisasi berbasis agama lain untuk meminta perlindungan lebih besar bagi pengungsi.

Komentar

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini