Semoga kesepakatan antara pemerintah Filipina dan kelompok pemberontak “Front Pembebasan Islam Moro” (MILF), yang ditandatangani tanggal 27 Maret 2014, menghasilkan harapan baru dan benar-benar menjadi “pertanda perdamaian, keadilan dan pembangunan.”
Harapan itu dikatakan kepada Fides Agency oleh para Misionaris Oblat Maria Imakulata (OMI) Provinsi Filipina, yang telah hadir di selatan Filipina selama 75 tahun .
Dalam pesan yang dikirim ke Fides, Superior Provinsi Filipina Pastor Lauro de Guia OMI berharap agar perjanjian itu “mengarah kepada era kerukunan dan pembangunan.” Imam itu mengatakan, “Dengan kesabaran, pengorbanan, kehendak baik, kepercayaan dan dialog, bisa diambil kesepakatan-kesepakatan yang menciptakan ikatan yang kuat antara kelompok-kelompok dengan berbagai latar belakang dan kepentingan berbeda.”
Para misionaris OMI mendukung “semangat” perjanjian itu, khususnya pengakuan terhadap hak atau kekuasaan “Bangsamoro”, serta aspirasi-aspirasi mereka terhadap otonomi melalui proses demokratis.
OMI juga mendukung tujuan untuk menemukan solusi terhadap tuntutan mereka untuk keadilan dan martabat, tujuan untuk mengakhiri pertempuran di antara pemerintah dan MILF serta meningkatkan perdamaian dan stabilitas, dan komitmen para pihak untuk melindungi dan meningkatkan hak-hak semua penduduk Filipina di Selatan.
Para misionaris mencatat, “Kami benar-benar menyadari fakta bahwa kesepakatan hanya bisa berjalan jika diimplementasikan. Maka, kami meminta kepada semua yang berkepentingan untuk memenuhi komitmen mereka, menghormati prinsip-prinsip yang dideklarasikan.”
Secara khusus, dihimbau agar “saling menghormati hak atas identitas seseorang, melanjutkan dialog dan konsultasi, membentuk pemerintah daerah dari keberagaman penduduk yang benar-benar demokratis dan terwakili.”
Guna membuat perjanjian itu “benar-benar infklusif”, OMI juga meminta agar perjanjian itu disampaikan kepada anggota-anggota kelompok-kelompok pemberontak Islam lainnya, seperti Front Pembebasan Nasional Moro. “Kami bertekad untuk untuk terus berdoa, belajar dan berkarya demi proses perdamaian,” demikian Pastor De Guia. (pcp)