Sakit itu diterima sebagai ganjaran, sebagai karunia. Maksudnya supaya orang yang tidak sakit kemudian mewujudkan dunia sebagai karunia, menjadi berkah bagi orang yang sakit.
Uskup Agung Semarang Mgr Johannes Pujasumarta berbicara dalam pengobatan gratis yang diselenggarakan oleh Tim Pengelola Gua Maria Kerep Ambarawa (GMKA).
“Itulah yang sedang kita buat sekarang, supaya kehadiran kita sebagai orang-orang yang telah dikaruniai oleh Allah dengan kesehatan, kita limpahkan kepada mereka yang membutuhkan,” kata uskup agung itu dalam kegiatan di kompleks GMKA baru-baru ini.
Ibadat atau segala macam bentuk devosi yang ada di GMKA perlu dilengkapi dengan perwujudan iman yaitu pengabdian kepada siapa pun yang membutuhkan, kata Mgr Pujasumarta. “Di sini kita beribadat memuji Allah yang mahakudus dan yang mencintai kita. Tetapi apakah cukup kita beribadat saja? Tidak cukup!”
Maka, ibadat perlu dilengkapi dengan pengabdian kepada sesama, kata uskup agung menyetir buah permenungan Yustinus Kardinal Darmoyuwono yang ditoreh pada prasasti di samping kanan altar GMKA, “Di Sini, Karunia Allah Mengalir Dengan Perantaraan Bunda Maria.”
Karunia Allah itu, tegas Mgr Pujasumarta, mengalir kepada siapa pun “seperti hujan, hujan untuk orang yang jahat dan orang yang baik, seperti matahari juga memberi panas kepada orang yang jahat dan orang yang baik.”
Beato Yohanes Paulus II telah mencanangkan Hari Orang Sakit Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 11 Februari. Maksudnya, menurut Mgr Pujasumarta, “supaya semua yang menjadi murid Tuhan, yang menjadi orang Katolik, sadar betul bahwa kasih kita kepada Allah tidak cukup dinyatakan dalam ibadat tetapi dalam pengabdian kepada orang lain.”
Pengobatan gratis tanggal 22-23 Februari 2014 adalah pelayanan kesembilan yang dilakukan di GMKA. “Dari tahun ke tahun, pengobatan gratis itu dilakukan bukan hanya untuk orang Katolik tetapi untuk siapa pun, karena kita tahu sakit itu menyerang tidak hanya orang tertentu, sakit itu tidak pandang bulu, tidak pandang agama, tidak pandang golongan, tidak pandang ras,” tutur Uskup Agung Semarang.
Ferdinand Hindiarto, seorang anggota pengelola GMKA menambahkan bahwa GMKA bukan hanya berusaha memberikan rahmat atau karunia kepada masyarakat sekitar dengan memberi kesempatan kepada beberapa penduduk untuk membuka usaha di sekitar GMKA secara gratis, “tapi juga melakukan aksi donor darah dan sunatan massal selain pengobatan gratis yang diselenggarakan secara rutin.”
Selain itu, lanjut Ferdinand, tim pengelola GMKA akan terus berusaha mencari cara mewujudkan karunia Allah itu.
Yosef Purwoko, ketua panitia pengobatan mengatakan, kesehatan menjadi prioritas nomor satu dalam hidup masyarakat. “Kalau orang tidak sehat, kebutuhan dasar yang mestinya didapatkan oleh setiap insan atau setiap orang, tidak bisa terpenuhi,” kata dokter itu.
Dalam pengobatan gratis itu, pasien bisa mendapatkan pelayanan dari dokter umum, dokter anak, psikolog, dokter syaraf, dokter kulit dan kelamin, dokter rehabilitasi medis, psikiater, dokter THT, dokter mata, dokter penyakit dalam, dokter gigi, dokter kebidanan dan penyakit kandungan, maupun akupunktur medis.
Sekitar 80 dokter lintas iman terlibat dalam acara yang juga didukung sejumlah instansi kesehatan seperti rumah sakit, perusahaan farmasi dan lembaga pendidikan farmasi. Selama dua hari, lebih dari 2600 orang datang memeriksakan kesehatan dan berobat.
“Saya berharap kegiatan ini tetap bisa berlangsung di waktu-waktu yang akan datang,” kata
Camat Ambarawa Harris Pranowo yang menyampaikan apresiasi karena pelayanan itu diabdikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Lukas Awi Tristanto)