Minggu Paskah
1 April 2018
Yohanes 20: 1-10
… dia melihat dan percaya (Yoh 20: 8)
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno OP
Tuhan telah bangkit! Kematian telah dikalahkan! Paskah adalah kemenangan kita semua! Ini adalah sukacita Hari Raya Paskah, dan pada hari kita diajak untuk merenungkan bagaimana kita memahami arti sebuah kebangkitan? Apa artinya ketika kita mengatakan bahwa kematian telah ditaklukkan?
Walaupun maut telah dikalahkan, kita semua tetap akan mati. Kita hanya tidak tahu kapan, di mana dan bagaimana, tetapi kita yakin bahwa kematian akan datang. Kita tetap cemas dan takut akan realitas penderitaan dan kematian. Tampaknya kematian belum sungguh-sungguh dikalahkan? Memang benar bahwa terkadang kematian bisa menjadi sebuah pembebasan. Seorang wanita paruh baya yang saleh bercerita kepada pastor parokinya bahwa dia berdoa agar Tuhan akan memanggilnya ketika dia tampak masih cantik dan sebelum dia terlihat tua, keriput dan jelek. Kemudian, sang pastor pun berkomentar, “Lalu, kenapa kamu masih di sini!”
Jika kita perhatikan, para imam biasanya berkhotbah tentang kebangkitan saat misa arwah! Kebangkitan telah menjadi semacam penghilang rasa sakit bagi keluarga dan kerabat yang berduka. Kita yakin bahwa kematian mereka yang kita cintai bukanlah akhir dari segalanya. Ada kehidupan baru yang menanti, dan kita akan bergabung dengan Allah kita dalam hari kebangkitan. Meskipun para pastor kita berkhotbah tentang kebenaran yang menghibur, cara kita mewartakan kebangkitan cenderung menjadikan kehidupan kekal sebagai tempat pensiun yang permanen, dan kebangkitan sebagai realitas yang sangat jauh dari kehidupan yang sekarang. Seorang imam pernah menyatakan bahwa dia diciptakan tidak begitu tampan, dan karena itu dia merencanakan bahwa pada hari kebangkitan, dia akan segera mengambil tubuh penyanyi Kanada yang terkenal, Justin Bieber! Kebangkitan itu hanya untuk mereka yang sudah meninggal, dan itu tidak berarti banyak bagi kita yang masih hidup. Namun, kebangkitan Yesus di hari Paskah benar-benar untuk kita semua yang masih hidup di dunia.
Jika kita membaca kembali ke kebangkitan Yesus, Injil tidak menjelaskan bagaimana kebangkitan itu terjadi. Namun, ada kubur yang kosong, dan tubuh Yesus hilang. Petrus sangat bingung. Maria Magdalena menangis dengan sedih. Hanya ada satu murid yang mengerti. Dia adalah murid yang sangat mengasihi Yesus dan yang dikasihi Yesus. Meskipun menghadapi kematian dan kekosongan, cinta kasih tidak pernah hilang. Melalui mata kasih, murid ini dapat melihat kebangkitan.
Kasih dan kebangkitan memiliki hubungan yang erat, bahkan jejaknya kembali ke kisah penciptaan manusia dalam kitab Kejadian. Kita diciptakan menurut citra Allah (Kej 1:26). Jika Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8), kita diciptakan menurut citra kasih. Oleh karena itu, melebihi makhluk-makhluk lain, kita dirancang dengan kemampuan untuk mengasihi dan dikasihi. Tidak hanya memiliki kemampuan untuk mengasihi satu sama lain, kita juga dikaruniai kemampuan untuk dikasihi oleh Tuhan dan untuk mengasihi Tuhan. Tidak ada ciptaan lain di bumi yang dapat berpartisipasi dalam kisah kasih paling indah dengan Tuhan. Sayangnya, dosa menghancurkan kisah kasih dengan Tuhan ini, dan secara serius merusak kemampuan kita untuk mengasihi dan dikasihi. Sejarah umat manusia berubah menjadi sejarah dosa, penderitaan, dan kematian. Suami dan istri saling menyakiti, saudara saling membunuh, pria mengeksploitasi wanita, wanita menjual anak-anak mereka, dan manusia merusak alam. Manusia membutuhkan penebusan.
Sungguh, Allah dalam kasih-Nya menjadi manusia untuk memulai karya penebusan, dan penebusan Yesus ini mencapai puncaknya dalam kebangkitan-Nya. Salah satu anugerah yang terbesar dari kebangkitan adalah kemampuan kita untuk mengasihi Allah dan dikasihi Allah dipulihkan. Saat Yohanes sang murid terkasih mampu melihat lebih jauh dari sekedar kubur yang kosong, dan percaya kepada Tuhan yang bangkit, Injil memberikan kita sebuah tanda bahwa rahmat kebangkitan telah bekerja. Jika Yohanes disembuhkan, karunia yang sama menyembuhkan kita juga dan memulihkan kemampuan kita untuk mengasihi Allah. Di tengah-tengah kekosongan hidup, kita diberdayakan untuk melihat Tuhan yang bangkit. Terlepas dari absurditas kehidupan, kita dimampukan untuk mengubah kesedihan dan rasa sakit kita menjadi kesempatan untuk mencintai lebih banyak dan melayani dengan lebih baik. Meskipun sakit dan mati, cinta tetap bertahan. Ini adalah kebangkitan Tuhan dalam hidup kita, Ini adalah hari Paskah!