Katedral Santa Maria di Filipina selatan merayakan Misa pertamanya hari Minggu 3 Oktober 2017, empat bulan setelah serangan oleh sebuah kelompok teroris yang terkait ISIS. Kelompok Maute Al-Qaeda menyerang katedral Prelatur Marawi di pulau Mindanao itu tanggal 23 Mei 2017, yang memicu konflik dengan pasukan keamanan dan menghancurkan kota Marawi yang berpenduduk mayoritas Muslim itu. Sejak itu provinsi Lanao del Sur berada di bawah darurat militer. Dalam Misa Minggu, pesta Santa Teresa dari Lisieux, pelindung tentara Filipina, suara tembakan dan ledakan terdengar di balik doa dan nyanyian rohani. Sinar matahari masuk ke katedral itu melalui lubang-lubang pada dinding dan atap seng yang ditembusi peluru. Di katedral itu dibebaskan 28 Agustus oleh pasukan pemerintah itu seorang pastor tentara merayakan Misa yang dihadiri sekitar 300 pasukan pemerintah. Sebanyak 749 gerilyawan dibunuh oleh pasukan pemerintah sejak Mei, sementara 155 tentara tewas dalam aksinya. Menurut tentara, perlu masih waktu untuk mengakhiri pengepungan Marawi. Katanyha, masih lebih dari 40 sandera di tangan para teroris. Vikjen Jendral Marawi Pastor Teresito ‘Chito’ Suganob dan beberapa staf katedral disandera 23 Mei. Pastor itu bersama berapa orang diselamatkan oleh tentara Filipina 16 September. Saat serangan itu, Uskup Narawi Mgr Edwin dela Pena sedang mengunjungi stasi misi. (pcp berdasarkan Radio Vatikan)