Uskup Agung Pontianak Mgr Agustinus Agus mengatakan bangga dengan kaum muda yang memiliki semangat untuk mewartakan kabar sukacita Tuhan kepada seluruh bangsa dan berharap agar dengan kegiatan Asian Youth Day (AYD) itu kaum muda semakin memupuk dan mempererat tali persaudaraan.
“Kita adalah satu, tidak ada lagi perbedaan, kita satu keluarga. Tidak ada lagi orang India, orang Myanmar, orang Indonesia. Sebagai orang muda kita berani menjadi saksi Kristus,” kata lanjut uskup yang juga prihatin karena selama live-in di keuskupannya ada peserta India yang terpaksa harus dirawat di rumah sakit.
Mgr Agus berbicara di Star Hotel Pontianak 1 Agustus 2017 di hadapan kaum muda peserta The 7th Asian Youth Day 2017 dalam acara Pentas Budaya Penutupan Days in Dioceses (DID) di Keuskupan Agung Pontianak. OMK peserta itu datang dari India (37 orang), Myanmar (41 orang), dan Regio Kalimantan Barat yakni Keuskupan Ketapang (17). Keuskupan Sintang (24 orang), Keuskupan Sanggau (21 orang) dan Keuskupan Agung Pontianak (25 orang).
“Saya bangga, keterbatasan bahasa dan perbedaan budaya tidak menjadi halangan atau kendala bagi para OMK untuk bisa berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain,” kata Pastor Astanto CM, ketua Panitia DID di Keuskupan Agung Pontianak.
Dengan bunyi gong sebanyak tujuh kali, DID di Keuskupan Agung Pontianak ditutup oleh Mgr Agustinus Agus, Uskup Ketapang yang juga Ketua Komisi Kepemudaan KWI Mgr Pius Riana Prapdi dan Pastor Astanto CM.
Ketika datang dari paroki tempat live-in para peserta disambut dengan tarian Barongsai sebagai simbol penghormatan untuk menyambut tamu istimewa. Mewakili dari Kuria Keuskupan Agung Pontianak Pastor Andreas Kurniawan OP memotivasi peserta AYD dan mengatakan bahwa momen AYD merupakan suatu rahmat, wadah di mana dalam keberagaman kaum muda boleh saling memperkaya dengan berbagi pengalaman.
Acara dilanjutkan dengan santap malam bersama. Kemudian setiap kontingen baik dari India, Myanmar maupun Regio Kalimantan menampilkan sesuatu yang khas dari budaya masing-masing seperti tarian budaya, vokal group, dan modern dance. (Sr Maria Seba SFIC)