Sabtu, November 23, 2024
25.6 C
Jakarta

Pastor TNI  minta anak-anak dididik toleransi sejak dini dan tidak tawuran bawa bendera

20170122_095747

Sejak dini anak-anak harus diajari untuk bersikap toleran, menghargai dan menghormati perbedaan-perbedaan dengan sesama, baik di tengah keluarga, di lingkungan sekolah, maupun di masyarakat luas, kata seorang Pastor TNI dalam homili Misa.

Pastor Antonius Dwi Hariyanto Pr, yang bertugas di paroki yang berlokasi di Komplek TNI AU Lanud Atang Sendjaja Blok C Bogor Barat, Paroki Santo Ignatius Loyola Atang Senjaya, Semplak, Keuskupan Bogor, berbicara dalam homili Misa 22 Januari 2017.

Pastor Anton menegaskan, Tanah Air Indonesia, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bangsa Indonesia adalah harga mati. Sedangkan keberanekaragaman, perbedaan-perbedaan baik dalam adat-istiadat, agama dan keyakinan, bahasa dan budaya serta asal daerah, yang dianugerahkan Tuhan kepada Bangsa Indonesia, tegas imam itu, adalah kekuatan kita sebagai satu bangsa dan satu negara. “Jadi, kita harus memelihara dan menghargai kebhinekaan itu, bukan malah menghilangkan kebhinekaan itu,” kata Pastor Anton.

Khusus kepada remaja, pastor itu mengingatkan tentang pentingnya menghargai simbol-simbol negara termasuk Bendera Merah Putih, karena para pahlawan telah berjuang dengan mengorbankan jiwa-raga untuk mengibarkan Sang Merah Putih. “Jangan corat-coret, merobek atau memperlakukan bendera Merah Putih secara sembarangan. Jangan membawa bendera Merah Putih sambil tawuran!” pesannya.

Pastor TNI itu mengamati bahwa Indonesia saat-saat ini sedang mengalami masalah intoleransi yang berat, karena adanya kelompok-kelompok tertentu yang ingin mengubah dasar negara Pancasila, ingin menghapus keberanekaan, lalu menjadikan negeri ini sebagai negeri yang tidak lagi menghargai dan menghormati kebhinekaan dan menguasainya.

“Oleh karena itu, kita umat Katolik harus berjuang bersama-sama komponen bangsa lain yang toleran dan pro kebhinekaan, Pancasila dan UUD 45, untuk mempertahankan Indonesia yang berbhineka, karena kita adalah ‘”100% Orang Katolik dan 100% Warga Negara Indonesia!” tegas Pastor Anton.

Pesan-pesan dalam homili itu didasari oleh bacaan Surat Rasul Paulus kepada Jemaat Korintus, khususnya mengenai pandangan yang memecah belah dari umat perdana karena di antara mereka ada yang mengaku sebagai pengikut Paulus, ada yang pengikut Yakobus atau rasul lainnya, dan ada juga yang pengikut Kristus.

Paulus mengingatkan bahwa semua mereka adalah pengikut Kristus, yang harus bersatu padu, saling membantu, bekerja sama dan toleran, kata imam itu. (Ans Gregory)

Artikel sebelum
Artikel berikut

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini