VATIKAN, Pena Katolik – Dikasteri Ajaran Iman mengeluarkan catatan doktrinal berjudul Mater Populi Fidelis yang menegaskan kembali ajaran Gereja Katolik mengenai peran Santa Perawan Maria dalam karya keselamatan. Dokumen ini menolak penggunaan gelar “Co-Redemptrix” (Penebus) dan membatasi penggunaan gelar “Mediatrix” (Pengantara). Dua gelar ini dinilai dapat menimbulkan kesalahpahaman tentang Kristus sebagai satu-satunya Penebus dan Pengantara.
Dokumen ini ditandatangani Prefek Dikasteri Ajaran Iman, Kardinal Víctor Manuel Fernández, pada 7 Oktober 2025 dan disetujui Paus Leo XIV. Dalam dokumen ini, Vatikan menegaskan bahwa Maria memang berperan dalam penebusan dan pengantaraan, tetapi selalu dalam posisi “subordinat” (di bawah) Kristus.
Reaksi dari kalangan Katolik beragam. Sebagian menyambut baik klarifikasi ini sebagai langkah yang membantu umat memahami peran Maria secara tepat. Namun, ada juga yang menilai gelar tersebut tetap konsisten dengan ajaran bahwa Maria selalu berada di bawah Kristus, dan meminta Vatikan mendefinisikan doktrin secara resmi, bukan sekadar mengeluarkan catatan doktrinal.
Sambutan Positif dari Teolog Protestan
Dari kalangan Gereja Protestan, setidaknya tiga teolog Protestan baik dokumen Vatikan ini. David Luy, profesor teologi di North American Lutheran Seminary, menilai dokumen ini menunjukkan “kepekaan” terhadap kekhawatiran Protestan. Ia menekankan pentingnya menjaga keunikan Kristus sebagai satu-satunya pengantara, sebagaimana ditegaskan dalam 1 Timotius 2:5: “Karena Allah itu esa dan esa pula pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.”
Sementara itu, Pendeta Cynthia Rigby, profesor teologi di Austin Presbyterian Theological Seminary, AS, menyebut dokumen ini bisa menjadi “momen bersejarah” bagi hubungan Katolik-Protestan. Menurutnya, Maria sebaiknya dipahami sebagai seorang perempuan beriman yang menjadi teladan, bukan sebagai “penyelamat kedua”.
Volker Leppin, pendeta Lutheran sekaligus profesor teologi di Yale Divinity School, menyebut dokumen ini “sangat membantu” bagi dialog ekumenis. Ia menilai penjelasan Vatikan memperjelas Kristus sebagai satu-satunya Penebus dan Pengantara, sehingga dapat menjadi dasar kebersamaan iman lintas tradisi.
Meski dokumen Mater Populi Fidelis tidak secara eksplisit menyebut ekumenisme sebagai tujuan, banyak pihak melihatnya sebagai langkah yang memperkuat hubungan Katolik-Protestan. Mariologi selama ini menjadi salah satu titik perbedaan utama sejak Reformasi, dan klarifikasi Vatikan dianggap dapat mengurangi kebingungan sekaligus membuka ruang dialog yang lebih konstruktif.
Dengan demikian, dokumen ini bukanlah perubahan doktrin, melainkan penegasan kembali ajaran Gereja tentang peran Maria yang selalu menunjuk kepada Kristus sebagai satu-satunya Penebus dan Pengantara.




