Senin, Desember 8, 2025

Pertumbuhan Iman dan Lonjakan Konversi ke Katolik di Amerika Serikat

NEW YORK, Pena Katolik – Laporan terbaru dari berbagai media menunjukkan adanya tren kebangkitan iman Kristen, khususnya di kalangan anak muda. Ruth Graham dari New York Times menulis pada 19 November bahwa para imam kini berbagi kisah tentang rekor jumlah katekumen dan umat yang hadir dalam Misa. Ia mulai menyusun strategi untuk menampung para katekumen  yang jumlahnya melebihi kapasitas pelayanan rohani yang ada di paroki mereka.

Fenomena ini awalnya terlihat di Gereja Ortodoks, namun hal serupa juga terjadi di Gereja Katolik.

“Anak muda berbondong-bondong masuk Katolik,” tulis Rikki Schlott pada April lalu.

Meski angka pasti belum tersedia, National Catholic Register melaporkan bahwa sejumlah keuskupan mencatat peningkatan baptisan baru hingga 30%, 40%, 50%, bahkan lebih dari 70%.

Pertanyaannya, apakah ini sekadar fenomena sesaat atau sebuah tren jangka panjang? Fakta menunjukkan bahwa kebangkitan iman sudah terlihat sejak beberapa tahun terakhir. Pada 2023, ribuan anak muda mendatangi Universitas Asbury di Kentucky setelah doa karismatik tanpa henti menjadi sorotan nasional. Setahun kemudian, 65.000 orang hadir di Kongres Ekaristi Nasional di Indianapolis, dan hanya sebulan berselang, 1,5 juta umat Katolik berkumpul di Lisbon untuk World Youth Day 2024.

Puncaknya, studi Pew Religious Landscape yang dirilis Februari 2025 — penelitian pertama dalam 10 tahun terakhir — menegaskan bahwa jumlah orang dewasa di AS yang mengidentifikasi diri sebagai Kristen tidak lagi menurun. Angka itu stabil di 62% sejak 2019, sementara pertumbuhan kelompok “nones” (mereka yang tidak berafiliasi agama) berhenti. Meski demikian, angka tersebut masih jauh di bawah 78% pada 2007, dan hingga kini hampir 1 dari 3 orang dewasa (29%) tetap menyatakan tidak beragama.

Sosiolog Rodney Stark pernah menekankan bahwa kenaikan “nones” lebih mencerminkan berkurangnya afiliasi nominal, bukan meningkatnya ateisme. Orang yang dulu merasa perlu menyebut diri “Kristen” meski jarang ke gereja, kini tidak lagi merasa wajib melakukannya. Dengan kata lain, yang berkurang adalah Kristen nominal, bukan iman sejati.

Evangelis Ed Stetzer membedakan antara “Kristen kultural” (mengaku Kristen karena norma sosial), “Kristen kongregasional” (terikat denominasi), dan “Kristen konviksional” (benar-benar percaya dan ingin berelasi dengan Yesus). Dua kategori pertama menurun, sementara kategori terakhir justru bertumbuh. Hal ini tercermin dalam survei Pew yang menunjukkan 83% orang Amerika percaya pada Tuhan, 86% percaya pada jiwa, dan 70% percaya pada kehidupan setelah mati. Bahkan riset Barna menemukan hampir 3 dari 10 orang yang tidak mengaku Kristen tetap membuat komitmen pribadi kepada Yesus.

David Kinnaman dari Barna menegaskan, “Tidak bisa dipungkiri, ada minat baru terhadap Yesus. Ini tren paling jelas dalam lebih dari satu dekade, dan untuk pertama kalinya dipimpin oleh generasi muda.”

Pertumbuhan Katolik juga tercatat dalam laporan Catholic Herald, yang menyebut bahwa untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, lebih banyak orang Amerika bergabung dengan Gereja Katolik daripada yang meninggalkannya. Namun, agar angka ini benar-benar meningkat, para pemimpin Gereja diingatkan untuk menekankan inti iman: memperkenalkan orang pada Yesus Kristus. Dialah yang ditemui dalam Misa Minggu, yang mengampuni dalam Sakramen Tobat, yang hadir dalam doa Rosario, dan yang dilayani melalui sesama.

Kebangkitan iman ini menjadi tanda bahwa meski pernah dianggap meredup, Kristen dan Katolik kini menunjukkan denyut baru, terutama di kalangan generasi muda yang mencari makna spiritual lebih dalam.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini