MERAUKE, Pena Katolik – Sebuah karya seni lukis bertema Bunda Maria di Gua Lourdes baru-baru ini dipamerkan di Monumen Kapsul Waktu Merauke pada 26–28 November 2025 dan berhasil menarik perhatian banyak orang. Dari puluhan karya yang ditampilkan, lukisan hasil karya pelukis asli Papua, Benny Tokio asal Kabupaten Mappi, menjadi sorotan utama.
Sekjen Keuskupan Agung Merauke, Romo Johanes Joenmo Kandam, menyampaikan kegembiraannya karena karya tersebut bukan hanya indah secara visual, tetapi juga mencerminkan iman yang mendalam. Ia menilai bahwa pelukis memiliki iman luar biasa dan karya itu merupakan anugerah Tuhan. Romo Johanes berharap generasi muda Papua, khususnya di Papua Selatan, dapat lebih difokuskan untuk mengembangkan bakat seni, karena jumlah pelukis asli Papua masih sangat sedikit.
“Saya kira tidak ada seorang pun bisa melukis Bunda Maria di Lourdes karena yakin usahanya karena rahkat Tuhan,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa melukis atau membuat patung tidak dilarang oleh gereja, bahkan didukung sebagai sarana pengembangan iman dan budaya, serta mendorong kerja sama dengan pemerintah daerah agar kreativitas seniman Papua semakin dikenal luas.
Sementara itu, Benny Tokio menjelaskan bahwa lukisan Bunda Maria di Lourdes dibuat dengan teknik unik menggunakan bahan sederhana seperti semen putih, gabus, spon, bingkai daur ulang, dan plastik bening sebagai pelindung.
“Membuat patung, atau melukis tidak dilarang oleh lembaga gereja bahkan mendukung untuk bisa berkembang lagi,” urainya. Semuanya sungguh indah, tetapi secara iman katolik,dengan melihat melukis Bunda Maria dalam gua terbersit karya Tuhan yang luar biasa,” katanya.
Baginya, melukis bukan sekadar aktivitas seni, melainkan doa dan ekspresi iman Katolik yang menghadirkan karya Tuhan dalam wujud visual. Ia menekankan bahwa seni mampu menembus ruang dan waktu, melampaui sekat suku, agama, dan ras, sehingga dapat dinikmati oleh semua orang. Benny juga baru bergabung dengan komunitas Capung Art di Merauke, yang membuka ruang bagi seniman untuk menuangkan gagasan secara bebas dan terbuka.
Dukungan terhadap kegiatan ini juga datang dari pemerintah daerah. Kepala Seksi Objek Pemajuan Kebudayaan Dinas Kebudayaan Merauke, Yoseph M. Mahuze, menyatakan komitmennya untuk memperbanyak generasi pelukis di Merauke.
Menurutnya, melukis adalah cara untuk mengasah cakrawala berpikir sekaligus merangkum perasaan, kekaguman terhadap alam, dan nilai budaya dalam satu karya. Ia menilai pameran seni rupa, tari, sastra, dan lukis seperti ini harus terus digiatkan agar menjadi wadah ekspresi lintas generasi. Dengan dukungan pemerintah, gereja, dan masyarakat, karya seni seperti lukisan Bunda Maria di Lourdes diharapkan dapat menjadi simbol iman, kreativitas, dan harapan bagi generasi muda Papua.



