Rabu, November 19, 2025

Memberantas Stunting, Membangun Generasi Hebat

WEETEBULA, Pena Katolik – Caritas Indonesia bersama Caritas Keuskupan Weetebula, pemerintah daerah, dan masyarakat setempat terus memperkuat gerakan bersama dalam penanggulangan stunting di wilayah Sumba Barat Daya. Program Kesehatan dan Nutrisi, yang sudah berjalan dua tahun, tidak hanya berfokus pada pemberian makanan bergizi (PMG) dan pembuatan sumur-sumur bor, tetapi juga membangun kesadaran, memberdayakan kader lokal, serta menguatkan gotong royong masyarakat.

Bupati Sumba Barat Daya, Ratu Ngadu Bonu Wulla menyampaikan apresiasi atas karya Caritas Indonesia dan Caritas Keuskupan Weetebula di Sumba Barat Daya. Ia menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor dalam mengatasi persoalan stunting serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam kesempatan itu, beliau menyampaikan bahwa pendampingan masyarakat melalui kelompok tani, dukungan kepala dinas pertanian, serta bantuan bibit merupakan langkah nyata pemerintah daerah dalam mendorong kemandirian pangan.

“Upaya ini tidak bisa dikerjakan sendiri. Kita membutuhkan kerja sama semua pihak, termasuk tim pemerintah, lembaga mitra, dan masyarakat sendiri,” ujarnya.

Terkait stunting, Ratu menekankan bahwa dukungan bersama sangat penting untuk menekan angka stunting. Untuk itu, ia membuka ruang bagi Caritas, juga masyarakat, untuk menyampaikan usulan yang akan ditindaklanjuti oleh dinas-dinas terkait.

Menurut Ratu, ada mimpi besar untuk membangun Sumba Barat Daya. Mimpi ini akan terwujud dengan kerja bersama lintas sektor. Ia menyatakan, stunting menjadi salah satu fokus utama pada masa pemerintahannya.

“Dengan bonus demografi yang kita miliki, kita harus menciptakan generasi hebat bagi Sumba Barat Daya. Faktor lingkungan juga memengaruhi, karena itu kita terus mendorong terwujudnya rumah layak huni,” katanya.

Keterbukaan dari pemerintah untuk kolaborasi pada kelanjutan program ini kemudian ditanggapi oleh Direktur Caritas Keuskupan Weetebula, Romo Agustinus Waluyo Abubakar CSsR. Ia menyampaikan harapannya untuk kolaborasi semakin baik dengan pemerintah. Ia berharap, pemerintah terus mendukung keberlangsungan infrastruktur yang berhasil dibangun selama program ini.

Pertama, pemerintah dapat mendukung operasional dan pemeliharaan sumur bor. Kedua, pemerintah dapat memfasilitasi pembentukan unit pemeliharaan air di desa berbasis komunitas, dengan pelatihan teknis dan manajemen keuangan. Ketiga, pemerintah mendukung integrasi pembiayaan pemeliharaan pompa air, dengan skema subsidi desa atau melalui alokasi dana desa. Keempat, pemerintah membantu penyediaan alternatif energi terbarukan (solar panel) untuk operasional pompa air di titik sumur yang jauh dari jaringan listrik PLN. Kelima, Sinkronisasi Program Kesehatan dan Nutrisi dengan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes), LPJM Desa, dan forum lintas sektor. Keenam, pemerintah juga mendukung penguatan peran guru, tokoh adat, dan pemuda dalam kampanye gizi, pola asuh sehat dan perlindungan anak. 

“Kami percaya infrastruktur akan memperkuat ketahanan keluarga dan kesehatan komunitas. Sinergi antara masyarakat, gereja, sekolah, dan pemerintah menjadi pondasi kuat untuk kelanjutan program di masa mendatang,” ujar Romo Agus. 

Martabat Manusia

Program Kesehatan dan Nutrisi di Sumba Barat Daya menjadikan penurunan angka stunting, sebagai tujuan utama. Namun, ada beberapa tujuan yang lebih besar dan luas, yang ingin dicapai dalam program ini. Program yang semula hanya berupa PMG kemudian diperluas jangkauan dan cakupannya. Alasan ini yang mendorong penambahan kegiatan: livelihood, pembangunan sumur bor, dan promosi kesehatan. Hidup yang sehat perlu dibangun untuk seluruh anggota komunitas, sehingga perlu dibangun ketahanan pangan bergizi.

Ketua Yayasan Karina (Caritas Indonesia), Mgr. Aloysius Sudarso SCJ, menegaskan bahwa Program Kesehatan dan Nutrisi ini lahir dari panggilan iman. Menurutnya, Caritas berusaha merangkul semua pihak yang memiliki kehendak baik, Gereja lokal, posyandu, serta para relawan dan donatur, untuk membantu dalam mewujudkan masyarakat yang sehat.

“Kami hadir di tempat ini dengan senang hati, karena kami sebagai Caritas Indonesia peduli pada masalah kemanusiaan. Semua ini berakar pada iman kita kepada Kristus yang mengajarkan: kamulah yang harus memberikan makan kepada mereka,” ujarnya.

Mgr. Sudarso menambahkan, pemberian makanan bergizi adalah bentuk nyata belarasa Gereja, yang diharap menciptakan anak-anak yang sehat dan membangun kesadaran hidup sehat untuk masyarakat lokal. 

“Kehadiran kader lokal, para ibu, dan semangat gotong royong menjadi bukti bahwa gerakan ini tumbuh dari komunitas itu sendiri. Kami mengajak siapa pun yang peduli untuk bergabung, agar program ini semakin luas dan berdaya guna,” tambahnya.

Direktur Caritas Indonesia, Romo Fredy Rante Taruk, Pr menegaskan bahwa program ini mendekati persoalan stunting dengan pendekatan integral. Upaya ini berakar pada rasa cinta pada martabat manusia dan keutuhan ciptaan.

“Kami tidak hanya memberi makan, tapi juga memperhatikan martabat manusia. Anak-anak berhak tumbuh sehat dan memiliki masa depan sebagai ciptaan Tuhan,” jelasnya.

Sejak awal program dua tahun lalu, program ini dijalankan dengan terus berkoordinasi dengan pemerintah. Romo Fredy mengatakan, koordinasi ini dilakukan sebab penanganan stunting tidak dapat dilakukan sendiri, perlu kerja sama dengan pelbagai pihak. Untuk itu, ia berharap kerja sama yang semakin baik dengan pemerintah, sehingga program ini semakin berdampak untuk semakin banyak orang. Sinergi ini, lanjut Romo Fredy juga dilakukan dengan Kementerian Kesehatan yang darinya memberi masukan-masukan berarti untuk menjadikan program ini semakin baik. 

“Dalam tahap selanjutnya, program ini akan terus berkolaborasi dengan pemerintah Sumba Barat Daya. Pada akhirnya yang menjadi pemilik program adalah masyarakat bersama pemerintah.”

Menurut Romo Fredy, program penanggulangan stunting ini tidak hanya berbicara soal penurunan angka semata. Program ini ingin membangun pondasi hidup sehat yang kuat, tujuannya agar perubahan dapat berlangsung jangka panjang. 

Konsekuensi dari tujuan ini adalah program yang semakin luas, yang tidak hanya dalam pemberian PMG. Romo Fredy berharap, dampak program ini akan bersifat integral, yakni  mengubah pola pikir, cara mengelola kehidupan, dan bahkan menyentuh sendi-sendi pewartaan iman.

“Pembina umat pun bergerak dari stasi ke stasi untuk berbicara tentang hidup sehat, menanamkan kesadaran bahwa kesehatan adalah bagian dari iman dan tanggung jawab bersama,” ujarnya. 

Hingga bulan Desember mendatang, Program Kesehatan dan Nutrisi ini menargetkan penyelesaian 21 sumur bor. Selanjutnya, akan dibentuk pengurus sumur yang melibatkan masyarakat dalam monitoring dan evaluasi.

Romo Fredy mengatakan, Program Kesehatan dan Nutrisi ini dijalankan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs). Ada partisipasi aktif masyarakat. Ia menegaskan, Caritas hadir untuk memicu, memantik, dan mendukung prosesnya. 

“Antusiasme ini menunjukkan satu hal penting, bahwa semua ingin berjuang bersama demi kemanusiaan,” ujar Romo Fredy.

Sumur untuk Semua

Sekretaris Keuskupan Weetebula, Romo Marselinus Dapawole menyampaikan, bahwa program ini telah membuka ruang bagi Gereja lokal untuk terlibat secara aktif dan bermakna. Melalui program ini, kesadaran masyarakat terus dibangun, kader lokal diperkuat, serta keluarga didampingi agar mampu merawat anak-anak mereka dengan lebih baik.

“Program Kesehatan dan nutrisi ini memberi ruang bagi Gereja lokal untuk terlibat aktif dan bermakna, memperkuat kader lokal serta mendampingi keluarga, sehingga dapat merawat anak lebih baik,” ujarnya. 

Masyarakat diharapkan dapat menjaga sumur bor yang telah dibangun, karena keberadaannya sangat penting untuk mendukung kesehatan bersama. Sumur bor ini bukan hanya sarana penyediaan air bersih, tetapi juga fondasi bagi kehidupan sehat yang berkelanjutan.

Dukungan dari pemerintah menjadi kunci penting agar capaian program dapat terus dipertahankan. Vikjen Keuskupan Weetebula, Pastor Agustinus Malo Bulu, CSsR mengingatkan pengalaman pada pembangunan sumur di beberapa tempat di Sumba yang tidak dijaga dan akhirnya hilang. Untuk itu, ia berharap dukungan pemerintah untuk berkontribusi dalam menjaga kelangsungan sumur, sehingga terus memberikan manfaat bagi masyarakat.

“Sumur ini untuk masyarakat, mereka adalah rakyatnya pemerintah, umatnya Gereja, maka kerja sama ini tujuan dan sasarannya sama,” ujarnya.

Sinergi antara gereja, masyarakat, dan pemerintah sangat dibutuhkan. Masyarakat diberi tanggung jawab untuk merawat dan menjaga sumur bor, namun pemerintah pun perlu hadir memberikan dukungan agar pengelolaan berjalan dengan baik.

“Kolaborasi di masa yang akan dapat dapat semakin baik, sehingga sumur ini dapat menjadi sumber hidup,” ujar Romo Agustinus.

Selanjutnya, Romo Agustinus menegaskan, bahwa pemanfaatan sumur juga untuk kepentingan semua masyarakat. Ia menegaskan, siapa saja yang memerlukan, dapat diberikan akses air dari sumur yang sudah dibangun.

“Sumur tidak punya agama, jadi air itu harus mengalir bagi siapapun yang membutuhkan di wilayah itu,” ujarnya. 

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini