SPANYOL, Pena Katolik – Di biara Karmelit Alba de Tormes, Spanyol, tempat jenazah Santa Teresa dari Kanak-Kanak Yesus beristirahat, ilmu pengetahuan dan iman kembali bertemu. Sebuah studi forensik baru mengungkapkan bahwa kain linen yang disebut milik sang santa bukanlah sekadar relik devosional. Kain itu adalah kain kafan yang digunakan untuk membungkus jenazah reformator Karmel dan penulis beberapa puisi Spanyol terhebat sepanjang masa.
Penelitian yang dilakukan oleh insinyur kimia Felipe Montero Ortego dan dokter forensik Alfonso Sánchez Hermosilla — anggota pendiri Asosiasi Sudarium Oviedo — telah mengonfirmasi keberadaan noda yang konsisten dengan cairan kadaver. Garis samar tubuh seorang wanita yang tercetak pada kain itu tampaknya menjadi saksi bisu perjalanan terakhir Teresa.
Ditenun dari linen berkualitas tinggi dengan benang pilin Z — teknik tenun yang canggih untuk abad ke-16 — kain-kain tersebut telah bertahan selama berabad-abad dalam kondisi yang lebih baik dari yang diperkirakan. Namun, para ilmuwan memperingatkan adanya kerusakan biologis aktif, seperti yang dijelaskan oleh Salamanca Al Día. Di bawah mikroskop, kain tersebut menunjukkan kerapuhan sekaligus martabatnya: jejak serat sutra yang diwarnai merah dan ketiadaan bahan pengawet buatan menunjukkan bahwa tekstil ini dijaga dengan penuh penghormatan, terlindungi dari udara dan pembusukan.
Studi ini menunjukkan bahwa satu kain menutupi jenazah sementara kain lainnya menopangnya, sebuah pola yang konsisten dengan adat pemakaman Karmelit dan dengan catatan sejarah penggalian jenazah Santa Teresa setelah wafatnya pada tahun 1582. Selama abad berikutnya, relikui Teresa menjadi objek penghormatan yang mendalam, dan kain-kain pemakaman ini menjadi saksi nyata devosi yang telah bertahan selama lebih dari empat ratus tahun.
Simbol Harapan
Ajaran Katolik menyatakan bahwa tubuh manusia memiliki martabat jiwa dan suatu hari nanti akan dipulihkan dalam kebangkitan. Bahkan benda-benda yang berkaitan dengan kematian—seperti kain-kain ini—dapat menjadi simbol harapan. Sebagaimana Katekismus Gereja Katolik mengingatkan kita: “Tubuh manusia mengambil bagian dalam martabat gambar Allah” (KGK 364). Dalam hal ini, sains tidak mendeskralisasi yang sakral, tetapi membantu kita memahaminya lebih dalam, menyingkapkan persatuan antara materi dan roh yang mendefinisikan iman Kristiani.
Para peneliti kini membayangkan langkah selanjutnya yang menarik: menganalisis materi biologis yang ditemukan pada kain-kain tersebut melalui metode paleogenetika mutakhir. Penelitian semacam itu dapat menghasilkan data genetika yang bernilai sejarah luar biasa.
Di Alba de Tormes, sebagaimana dilaporkan Roberto Jiménez, temuan-temuan tersebut telah menginspirasi rasa takjub sekaligus hormat. Komunitas Karmelit menyambut baik hasil-hasil tersebut sebagai pengingat akan tugas suci untuk menjaga tidak hanya relikwi tetapi juga kenangan hidup seorang perempuan yang imannya telah membentuk kembali Gereja. Sains, pada gilirannya, menawarkan cara baru untuk menceritakan kisahnya—cara di mana jejak-jejak tubuh dan misteri roh berbicara bersama, secara harmonis, di atas kanvas iman dan pengetahuan yang sama.



