Kamis, November 6, 2025

SAGKI 2025, Hari Ketiga: Berjalan Bersama di Tengah Masyarakat dan Bangsa

JAKARTA, Pena Katolik – Hari Ketiga sesi pertama Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2025 menghadirkan tiga narasumber: Mgr. Adrianus Sunarko, OFM (Uskup Pangkalpinang), Dr. Agustinus Prasetyantoko (Ico) (ekonom dan mantan Rektor Unika Atma Jaya), dan Yunarto Wijaya (Direktur Eksekutif Carta Politika). Ketiganya mengajak peserta merefleksikan arah perjalanan Gereja dan bangsa melalui perspektif sinodalitas, ekonomi, dan politik.

Mgr. Sunarko menegaskan bahwa Gereja sinodal adalah cara hidup umat Allah yang berjalan bersama dalam komunio dan misi. Ia mengajak umat memperkuat partisipasi, keterbukaan terhadap Roh Kudus, serta hidup secara transparan dan akuntabel agar Gereja mampu menjadi suara kenabian yang membawa harapan dan rekonsiliasi.

Dr. Prasetyantoko menyoroti pentingnya keadilan sosial sebagai dasar kesejahteraan ekonomi. Mengutip Amartya Sen, ia menekankan bahwa “tidak ada kemakmuran tanpa keadilan.” Gereja, ujarnya, dapat berperan melalui pendidikan sosial dan pembentukan etika publik yang menumbuhkan solidaritas dan tanggung jawab bersama.

Sementara itu, Yunarto Wijaya mengingatkan pentingnya rasionalitas dan kewarasan demokrasi di tengah cepatnya perubahan politik dan maraknya disinformasi. Ia menekankan bahwa partisipasi warga adalah kekuatan moral bangsa dan generasi muda perlu dibekali pendidikan kritis agar mampu menjaga keadilan serta kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa.

Ketiganya sepakat bahwa Gereja harus hadir di tengah bangsa, membaca tanda-tanda zaman, dan menjadi penabur harapan bagi masyarakat Indonesia.

Hadir di Tengah Masyarakat

Sesi kedua sharing diisi oleh empat sosok dari berbagai perwakilan kelompok. Dimulai dari Prof. Tri Budi Raharjo seorang dokter spesialis gerontologi (studi tentang proses penuaan mencakup perubahan fisik, mental, dan sosial yang terjadi seiring bertambahnya usia serta dampak perubahan tersebut terhadap masyarakat), Sunarman Sukamto seorang difabel yang berhasil menjalani hidup dan berusaha bermanfaat di tengah masyarakat, perwakilan dari OMK Monika Bataona, dan aktivis lingkungan Wima Chrisyanti.

Sharing yang dimoderatori Romo Yus Ardianto ini mengulik bagaimana perwakilan dari para tokoh ini berupaya tampil dan bermanfaat bagi lingkungannya entah di lingkungan keluarga, masyarakat dan gereja. Meski ada banyak keterbatasan seperti yang dialami difabel Sunarman atau Profesor Tri Budi yang sudah lansia, semua itu tidak menyurutkan semangat untuk menjadi manusia yang hadir bersama yang lain dan bermanfaat bagi sesama dan lingkungan sekitar.

Prof Tri Budi dengan segala ilmunya berupaya agar para lansia dapat ditangani dengan baik terutama di lingkungan Gereja Katolik. Sementara Sunarman berupaya agar para difabel bisa percaya diri dan mandiri serta bermanfaat di tengah masyarakat.

Masing-masing menyadari bahwa hidup mesti diisi dengan segala hal yang bermanfaat bagi sekitar. Kesan moderator bahwa para tokoh ini lebih aktif di tengah masyarakat daripada di lingkungan gereja diakui oleh Wima. Namun hal semacam bukan menjadi persoalan karena dengan begitu mereka mereka bisa bersaksi di tengah dunia yang lebih kompleks.

Melalui SAGKI 2025, Gereja Katolik Indonesia menegaskan kembali komitmennya untuk berjalan bersama bangsa — menghadirkan wajah Allah yang penuh belas kasih, serta menumbuhkan kehidupan sosial yang lebih adil, terbuka, dan berkeadaban

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini