Senin, Oktober 27, 2025

Paus Leo XIV Menahbisakan Seorang Uskup: “Pelajaran Pertama bagi Seorang Uskup adalah Kerendahan Hati”

VATIKAn, Pena Katolik — Dalam perayaan Misa Tahbisan Uskup baru di Basilika Santo Petrus, Paus Leo XIV menegaskan bahwa pelajaran pertama bagi setiap uskup adalah “kerendahan hati”. Uskup, katanya, harus menjadi pelayan yang rendah hati dan pribadi doa, bukan pemilik atau penguasa atas umat yang dipercayakan kepadanya.

“Kerendahan hati bukanlah soal kata-kata, melainkan sikap hati dari mereka yang tahu bahwa mereka adalah hamba, bukan tuan; gembala, bukan pemilik kawanan,” ujar Paus dalam homilinya di Altar Takhta Santo Petrus, Minggu 26 Oktober 2025.

Dalam Misa tersebut, Paus Leo XIV sendiri menahbiskan Mgr. Mirosław Stanisław Wachowski sebagai uskup. Mgr. Wachowski, yang berasal dari Polandia, baru-baru ini diangkat menjadi Nunsius Apostolik untuk Irak, sekaligus menerima gelar Uskup Agung.

Mgr. Wachowski, yang kini 55 tahun, telah mengabdi dalam dinas diplomatik Takhta Suci sejak 2004. Ia pernah bertugas di berbagai kedutaan Vatikan dan di Sekretariat Negara, khususnya pada bagian hubungan dengan negara-negara. Sejak 2019, ia menjabat sebagai Wakil Sekretaris untuk Hubungan dengan Negara, setara dengan wakil menteri luar negeri.

Mengenang latar belakang Mgr. Wachowski yang dibesarkan di keluarga petani di pedesaan Polandia, Paus Leo XIV mengatakan bahwa pengalaman itu mengajarkan nilai kesetiaan dan kesabaran, dua hal yang sangat penting dalam pelayanan seorang uskup.

“Seorang uskup dipanggil untuk menabur dengan sabar, mengolah dengan hormat, dan menanti dengan pengharapan,” ujar Paus. “Ia adalah penjaga, bukan pemilik; seorang pendoa, bukan pencari kekuasaan. Tuhan mempercayakan padamu sebuah ladang untuk kau rawat dengan ketekunan dan iman, seperti seorang petani yang setia pada tanahnya.”

Paus juga menyoroti peran penting seorang nunsius apostolik sebagai tanda kehadiran dan perhatian Paus bagi seluruh Gereja di dunia.

“Nunsius bukanlah diplomat biasa,” tegas Paus Leo XIV. “Ia adalah wajah Gereja yang menyertai, menghibur, dan membangun jembatan. Tugasnya bukan membela kepentingan kelompok tertentu, melainkan melayani persekutuan.”

Dalam pesannya kepada Uskup Wachowski yang akan bertugas di Irak — “tanah yang terluka namun haus akan kebangkitan” — Paus meminta agar ia menjadi bapa, gembala, dan saksi harapan bagi umat setempat.

“Engkau dipanggil untuk berjuang dalam iman, bukan melawan orang lain, tetapi melawan godaan untuk lelah, menutup diri, dan mengukur hasil,” ujar Paus. “Jadilah setia, bukan demi dirimu, tetapi demi pelayanan yang tulus dan profesional yang menerangi, bukan menyombongkan diri.”

Menutup homilinya, Paus Leo XIV mengenang akar kekristenan yang panjang di tanah Mesopotamia, yang menurut tradisi berawal dari Rasul Santo Tomas serta para muridnya, Addai dan Mari.

“Di tanah itu, umat masih berdoa dalam bahasa yang sama dengan yang digunakan Yesus, bahasa Aram,” katanya. “Akar kerasulan itu tetap hidup, meski kekerasan berusaha memadamkannya. Mereka yang kehilangan nyawanya di tanah itu kini berdoa bagi engkau, bagi Irak, dan bagi damai di dunia.”

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini