Jumat, Oktober 24, 2025

Raja Charles III Dianugerahi Gelar “Royal Confrater” dalam Upacara Ekumenis di Basilika Santo Paulus di Luar Tembok

VATIKAN, Pena Katolik – Dalam suasana penuh harapan dan persaudaraan, Basilika Kepausan Santo Paulus di Luar Tembok menjadi saksi sejarah baru hubungan antara Gereja Katolik dan Gereja Inggris. Dalam upacara yang sarat makna ekumenis, Raja Charles III dari Inggris dianugerahi gelar kehormatan Royal Confrater oleh pihak Basilika, dengan persetujuan Paus Leo XIV.

Upacara yang berlangsung pada Kamis sore itu dihadiri oleh Ratu Camilla, Uskup Agung York sekaligus Primat Inggris, Stephen Cottrell, Moderator Majelis Umum Gereja Skotlandia, Rosie Frew, serta Kardinal James Michael Harvey, Imam Agung Basilika Kepausan Santo Paulus.

Raja Charles dan Ratu Camilla memasuki basilika melalui Pintu Suci (Holy Door), disambut dengan nyanyian “Hosanna to the Son of David” karya komponis Inggris Orlando Gibbons (1605–1625). Lagu tersebut dibawakan oleh paduan suara Biara Santo Paulus, para penyanyi dari St. George’s Chapel di Windsor, serta anak-anak dari St. James’s Royal Chapel di London.

Setelah berhenti sejenak di depan altar, Kardinal Harvey dan Abbot Ogliari mengajak pasangan kerajaan untuk berdoa di makam Rasul Paulus. Di sana, Uskup Agung Cottrell memanjatkan doa agar umat beriman dapat “menjadi saksi Injil di tengah kegelapan zaman ini.”

Paduan suara kemudian membawakan “Sing Joyfully” karya William Byrd, komponis besar era Ratu Elizabeth I, yang juga dikenal sebagai anggota Chapel Royal di Inggris.

Jejak Panjang Hubungan Inggris–Vatikan

Dalam sambutannya, Kardinal Harvey mengingatkan kembali sejarah panjang hubungan antara Kerajaan Inggris dan Basilika Santo Paulus. Ia menyinggung pertemuan bersejarah antara Paus Paulus VI dan Uskup Agung Canterbury, Michael Ramsey, pada 1966—yang membuka kembali dialog resmi antara Gereja Katolik dan Gereja Inggris untuk pertama kalinya sejak Reformasi abad ke-16.

Kardinal Harvey menegaskan bahwa gelar kehormatan Royal Confrater ini merupakan tanda “pengharapan” dan “persaudaraan iman.” “Ini bukan hanya sambutan untuk seorang raja, tetapi juga penerimaan terhadap seorang saudara dalam Kristus,” ujarnya.

Selama upacara, Raja Charles duduk di kursi khusus yang baru dibuat untuk kesempatan ini, berhias lambang kerajaan Inggris dan kutipan dari Injil Yohanes dalam bahasa Latin: Ut unum sint – ‘Semoga mereka semua menjadi satu’. Kursi ini akan tetap disimpan di basilika dan digunakan oleh Raja Charles serta para penerusnya dalam kunjungan mereka ke Vatikan.

Setelah pembacaan deklarasi resmi tentang confraternity, Abbot Ogliari dan Kardinal Harvey memberikan salam damai kepada Raja Charles. Doa umat dipimpin oleh Kardinal Vincent Nichols, Uskup Agung Westminster, yang memohonkan berkat bagi Paus Leo XIV, para pemimpin gereja di seluruh dunia, serta Raja Charles dan para penguasa bangsa-bangsa. Doa khusus juga dipanjatkan bagi kelestarian ciptaan agar “jeritannya didengar dan dijaga bagi generasi mendatang.”

Perayaan ekumenis ini dihiasi karya musik sakral klasik dari berbagai zaman: “Excelsam Pauli gloriam” karya St. Peter Damian, “Ecce quam bonum” dari Mazmur 133, dan “In God’s Word Will I Rejoice” karya Henry Purcell. Lagu-lagu ini menegaskan tema utama perayaan: persatuan dan sukacita dalam kebersamaan sebagai saudara seiman.

Menjelang akhir upacara, paduan suara mempersembahkan “Exultate Deo” karya Giovanni Pierluigi da Palestrina, memperingati 500 tahun kelahiran komponis besar Gereja Katolik itu. Upacara ditutup dengan himne “Praise to the Holiest in the Height,” yang teksnya diambil dari puisi The Dream of Gerontius karya Santo John Henry Newman — yang akan dinyatakan sebagai Doctor of the Church pada 1 November mendatang.

Usai perayaan, organis Christian Almada memainkan Sonata dalam G Mayor karya Edward Elgar, komponis Katolik Inggris yang pernah menjabat sebagai Master of the King’s Music. Sebelum meninggalkan basilika, Raja Charles dan Ratu Camilla menyempatkan diri berkunjung secara pribadi ke perpustakaan monumental biara yang terletak di kompleks basilika.

Dengan semangat Ut Unum Sint, upacara ini menandai babak baru dalam perjalanan persaudaraan antara Gereja Katolik dan Gereja Inggris — sebuah horizon harapan bagi persatuan umat Kristiani di masa depan.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini