VATIKAN, Pena Katolik – Sejarah baru terukir di Vatikan pada Kamis (23/10), ketika Paus Leo XIV dan Raja Charles III berdoa bersama di Kapel Sistina. Momen bersejarah ini menjadi pertama kalinya sejak Reformasi Protestan seorang raja Inggris yang sedang berkuasa berdoa bersama dengan Paus dalam kunjungan kenegaraan ke Takhta Suci.
Paus Leo XIV memimpin doa tengah hari Divine Office di bawah fresco karya Michelangelo, The Last Judgment. Di sampingnya berdiri Uskup Agung York, Stephen Cottrell, Raja Charles III, dan Ratu Camilla. Upacara doa ekumenis ini diiringi paduan suara Kapel Sistina, Paduan Suara St. George’s Chapel dari Kastil Windsor, serta His Majesty’s Chapel Royal.
Ketiga paduan suara tersebut bersama-sama membawakan himne “Come, Holy Ghost, Who Ever One,” karya Santo Ambrosius yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Santo John Henry Newman — seorang kardinal Inggris dan mantan rohaniwan Anglikan yang akan dinyatakan sebagai Doctor of the Church oleh Paus Leo pada 1 November mendatang.
Raja Charles, yang menghadiri kanonisasi Newman pada tahun 2019, baru-baru ini juga menjadi raja Inggris pertama yang mengunjungi Birmingham Oratory, komunitas religius yang didirikan Newman pada 1848.
Dalam doa bersama tersebut, mazmur 8 dan 64 dinyanyikan dalam bahasa Latin dan Inggris. Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (8:22–27) dibacakan sebelum Paus Leo dan Uskup Agung Cottrell memimpin doa penutup bersama dalam bahasa Inggris.
Hadir pula para kardinal, uskup, dan perwakilan Gereja Anglikan. Acara ini menjadi puncak dari kunjungan kenegaraan pertama Raja Charles ke Takhta Suci sejak naik takhta pada 2022.
Sebagai bagian dari kunjungan tersebut, Paus Leo menganugerahkan gelar kehormatan baru kepada Raja Charles sebagai “Royal Confrater” dari Basilika Santo Paulus di Luar Tembok. Sebagai balasan, Paus Leo menerima gelar “Papal Confrater” dari St. George’s Chapel di Windsor. Kedua gelar itu disebut sebagai simbol persaudaraan rohani antara Gereja Katolik dan Gereja Inggris yang telah menempuh perjalanan panjang selama lima abad.
Sebelum doa bersama, Raja Charles dan Ratu Camilla diterima secara pribadi oleh Paus Leo di Istana Apostolik. Raja juga bertemu dengan Kardinal Pietro Parolin, Sekretaris Negara Vatikan, dan Uskup Agung Paul Gallagher, Menteri Luar Negeri Takhta Suci. Pertemuan tersebut membahas isu perlindungan lingkungan, penanggulangan kemiskinan, serta promosi dialog ekumenis dan perdamaian dunia.
Dalam kesempatan itu, Raja Charles menganugerahkan Paus Leo penghargaan Knight Grand Cross of the Order of Bath, sementara Paus membalas dengan menganugerahkan Raja Charles Knight Grand Cross with the Collar of the Order of Pope Pius IX, dan Ratu Camilla sebagai Dame Grand Cross dari ordo yang sama.
Kunjungan bersejarah ini berlangsung di tengah perawatan kanker yang dijalani Raja Charles sejak awal 2024. Istana Buckingham menyebut kunjungan kenegaraan ini sebagai bagian dari perayaan Jubilee Year 2025 Gereja Katolik, sekaligus menegaskan semangat kerja sama ekumenis antara Gereja Inggris dan Gereja Katolik dengan tema “Peziarah Harapan.”
Usai doa di Kapel Sistina, Paus Leo dan Raja Charles melanjutkan dialog bersama para pemimpin gereja dan dunia usaha di Aula Sala Regia, membahas keberlanjutan lingkungan dan tanggung jawab moral terhadap ciptaan.
Raja Charles dijadwalkan menutup kunjungannya dengan berziarah ke Basilika Santo Paulus di Luar Tembok — melanjutkan tradisi kuno hubungan antara Inggris dan Roma yang sempat terputus sejak masa Reformasi. Sebuah kursi khusus dengan lambang kerajaan dan tulisan Latin “Ut unum sint” (“Semoga mereka semua menjadi satu”) kini ditempatkan di basilika itu, melambangkan harapan baru bagi kesatuan umat Kristiani.




