Minggu, Oktober 19, 2025

Bacaan dan Renungan Sabtu 25 Oktober 2025, Pekan Biasa ke-XXIX (hijau)

Bacaan I – Rm. 8:1-11

Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.

Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.

Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.

Demikian Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah

Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6

  • Hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar.
  • Tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia memasang kemah di langit untuk matahari.
  • Yang keluar bagaikan pengantin laki-laki yang keluar dari kamarnya, girang bagaikan pahlawan yang hendak melakukan perjalanannya.

Bacaan Injil – Luk. 13:1-9

Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.

Ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul:

Simon yang juga diberi-Nya nama Petrus, dan Andreas saudara Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.

Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar: di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-murid-Nya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon.

Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka; juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan.

Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari pada-Nya dan semua orang itu disembuhkan-Nya.

Demikianlah Injil Tuhan

U. Terpujilah Kristus

***

Pertobatan Sejati

Yesus menanggapi kabar tentang orang-orang Galilea yang mati dibunuh oleh Pilatus, dan mereka yang tertimpa menara di Siloam. Orang-orang pada waktu itu berpikir bahwa penderitaan adalah hukuman langsung atas dosa. Namun Yesus menegaskan bahwa bukan soal siapa yang lebih berdosa, melainkan soal kesiapan hati untuk bertobat.

“Jika kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa,” sabda Yesus. Kalimat ini bukan ancaman, melainkan ajakan penuh kasih. Yesus ingin agar kita menyadari betapa pentingnya memperbarui hidup setiap hari. Pertobatan bukan sekadar perasaan bersalah atau menyesal, melainkan perubahan arah — dari hidup yang jauh dari Allah menjadi hidup yang kembali kepada-Nya.

Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah memperdalam pesan ini. Pohon itu sudah tiga tahun tidak menghasilkan buah, dan sang pemilik ingin menebangnya. Namun si penggarap memohon: “Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini juga, aku akan mencangkul tanah di sekelilingnya dan memberi pupuk.” (Luk 13:8). Ini menggambarkan kesabaran dan belas kasih Allah. Ia tidak cepat menghukum, melainkan memberi waktu dan kesempatan agar kita bertumbuh dan berbuah.

Kita semua adalah seperti pohon ara dalam kebun Tuhan. Kadang kita tumbuh subur secara lahiriah — sibuk dengan kegiatan, pekerjaan, atau pelayanan — tetapi tidak menghasilkan buah pertobatan: kasih, kejujuran, kerendahan hati, dan pengampunan. Tuhan sabar menunggu, namun waktu yang Ia beri bukan tanpa batas. Kasih karunia yang diberikan harus disambut dengan perubahan nyata.

Pertobatan sejati tidak menunda, karena setiap hari adalah kesempatan baru untuk bertumbuh dalam kasih Allah. Jangan tunggu saat hidup memaksa kita berhenti baru kita sadar untuk kembali. Marilah kita membuka hati dan membiarkan Tuhan “mencangkul dan memupuk” tanah hati kita agar menghasilkan buah yang menyenangkan-Nya.

Doa Penutup

Tuhan Yesus yang penuh kasih, Engkau sabar menantikan kami yang sering lambat untuk berubah. Ampunilah kami atas kekerasan hati dan kelalaian kami dalam berbuat baik. Seperti penggarap yang memelihara pohon ara, rawatlah hati kami agar subur oleh kasih dan berbuah dalam perbuatan nyata. Berilah kami keberanian untuk bertobat setiap hari dan kesetiaan untuk hidup menurut kehendak-Mu. Jadikanlah kami pohon yang menghasilkan buah kasih, kedamaian, dan keadilan di dunia ini. Kami serahkan hidup kami ke dalam tangan-Mu, kini dan selamanya. Amin.

***

Santo Gaudensius, Uskup dan Pengaku Iman

Gaudensius lahir pada pertengahan abad ke-4 di kota Brescia, Italia dari sebuah keluarga Kristen saleh. Semenjak masa mudanya ia mendapat pendidikan dan pelajaran agama langsung dari uskupnya, Santo Philaster. Ternyata oleh pendidikan itu, ia berkembang dewasa menjadi seorang pemuda yang saleh, bijaksana dan cakap. Karena itu ia dikagumi oleh orang-orang sekotanya.

Ketika dewasa, ia berziarah ke Yerusalem dan berbagai tempat suci bersejarah dengan maksud agar dilupakan oleh para pencintanya di Brescia. Sementara ia berada di Tanah Suci, uskup kota Brescia meninggal dunia. Segenap imam dan umat kota itu dengan suara bulat memilih Gaudensius sebagai uskup baru. Uskup-uskup Italia di bawah pimpinan Uskup Santo Ambrosius berkumpul dan meresmikan pilihan itu.

Mereka lalu mengirim kabar kepada Gaudensius yang pada waktu itu sedang berada di Kapadokia, Asia Kecil untuk memintanya segera pulang ke Brescia guna mengemban tugas sebagai Uskup kota Brescia. Mendengar kabar itu, Gaudensius, yang mulanya merasa berat, segera pulang karena hormatnya yang besar kepada Uskup Santo Ambrosius yang saleh itu. Di Brescia ia ditahbiskan menjadi uskup pada tahun 397. Sebagai uskup, Gaudensius menaruh perhatian besar pada bidang pengajaran agama bagi seluruh umatnya.

Dalam rangka itu, ia dengan rajin menjelajahi seluruh keuskupannya untuk berkotbah. Ia sendiri pun bersikap tegas kepada dan menghukum orang-orang yang berkelakuan buruk, yang hanya mengejar kenikmatan duniawi sambil melupakan tuntutan ajaran Injil Kristus. Prestasi kerjanya sungguh mengagumkan. Ia diutus Paus untuk menghadap kaisar Konstantinopel guna membebaskan Santo Krisostomus. Usahanya itu gagal malahan ia diperlakukan dengan kasar oleh kaisar. Gaudensius meninggal dunia pada tahun 410.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini