Kamis, Oktober 16, 2025

Sudah Siapkah Aku?

Pena Katolik, Kalimantan Barat | Retret Dominikan Awam Chapter Santo Dominikus – Merenungkan Panggilan dan Pembaharuan Janji Hidup, bertempat di Susteran Dominikan Indonesia, Mandor – 10–12 Oktober 2025.

Acara tersebut mengusung tema tentang “Sudah siapkah aku?” Pertanyaan sederhana itu bergema di hati setiap peserta ketika mereka tiba pada Jumat sore hari itu.

Di bawah langit Kalimantan yang teduh dan udara lembap khas pegunungan, para anggota Persaudaraan Dominikan Awam (PDA) Chapter Santo Dominikus datang dengan hati terbuka — membawa doa, rasa syukur, dan kerinduan untuk diperbarui.

Retret tiga hari ini bertema “Sudah Siapkah Aku?” dengan subtema “Satu Kata, Satu Hati, Satu Langkah.”

Bukan sekadar persiapan pembaharuan janji tahunan, melainkan sebuah perjalanan batin untuk meneguhkan kembali panggilan sebagai pewarta kasih dan kebenaran di tengah dunia yang haus akan terang.

Menyapa dan Memulai Perjalanan (Jumat)

Sore itu, suasana dibuka dengan sapaan hangat dan minuman sederhana dari tim dapur yang setia melayani. Pukul 16.30, seluruh peserta berkumpul di kapel untuk Rosario Dominikan dan Ibadat Sore yang dipimpin oleh Komunitas Mandor.

Lantunan Ave Maria bergema lembut di antara dinding kapel, menuntun setiap hati memasuki keheningan rohani.

Pukul 17.30, lonceng misa berdentang menandai dimulainya Perayaan Ekaristi Pembukaan yang dipimpin oleh R.P. Aris Luis Kung, O.P.

Dalam homilinya, Romo Aris menyapa para peserta dengan suara lembut namun penuh daya.

“Apakah kita sungguh siap menjadi bagian dari keluarga Dominikan — bukan hanya dengan nama, tetapi dengan hati?”

Ia mengingatkan bahwa Santo Dominikus memulai Ordo bukan dengan kekuasaan, melainkan dengan air mata dan cinta pada kebenaran (Veritas).

Usai misa, Romo Aris membuka sesi pertama bertajuk “Menjadi Keluarga Dominikan.” Ia menegaskan bahwa menjadi Dominikan bukan sekadar status, melainkan cara hidup yang berakar pada empat pilar: doa, studi, komunitas, dan pelayanan kasih.

Malam ditutup dengan Doa Kompletorium. Lilin-lilin menyala lembut, membiaskan cahaya di wajah-wajah yang diam — tanda hati yang mulai disiapkan untuk mendengar suara Tuhan.

Foto bersama dalam masa retret keluarga besar Dominikan.

Merenungkan Empat Pilar Hidup Dominikan (Sabtu)

Udara pegunungan Mandor yang sejuk menyambut hari kedua. Pagi dibuka dengan doa Laudes dan Misa Kudus yang dipimpin oleh Komunitas Jordan Saxony.

Setelah sarapan, para peserta berkumpul kembali untuk mendalami tema panggilan hidup Dominikan.

Suster Tresia, O.P. membuka Sesi 2 bertajuk “Hidupku sebagai Dominikan dan Empat Pilar OP.”

Dengan kehangatan seorang ibu rohani, ia mengajak para peserta memeriksa ulang kehidupan doanya:

“Empat pilar — doa, studi, komunitas, dan pewartaan — bukan teori. Mereka adalah jalan yang menuntun kita agar Kristus sungguh menjadi pusat.”

Pukul 10.30, Suster Roshele, O.P. melanjutkan dengan sesi “Hidupku sebagai Dominikan dalam Keluarga Dominikan.”

Dengan nada khas Dominikan, ia berkata,

“Kita dipanggil bukan hanya untuk berdoa bersama, tetapi juga untuk menanggung satu sama lain dalam kasih.”

Kata-katanya menggema di hati peserta. Menjelang siang, waktu hening diberikan untuk refleksi pribadi. Ada yang berjalan di taman, ada yang menulis catatan doa, dan ada yang duduk diam di hadapan salib. Dalam keheningan itu, setiap peserta berjumpa dengan Allah yang berbicara tanpa kata.

Sore hari, Sakramen Tobat menggantikan sesi sharing.

Satu per satu peserta datang dengan hati terbuka. Air mata yang jatuh bukan tanda kelemahan, melainkan tanda kasih Tuhan yang memulihkan. Hari ditutup dengan Rosario, Ibadat Sore, dan Doa Malam — membingkai seluruh hari dengan rasa syukur dan damai.

Malamnya, Suster Hilde, O.P. memimpin sesi “Hidupku sebagai Dominikan di Lingkungan dan Masyarakat.”

Ia menegaskan bahwa panggilan Dominikan tidak berhenti di biara atau kapel, melainkan harus tampak dalam kesaksian hidup sehari-hari.

“Kita dipanggil untuk menjadi Injil yang terbuka, agar lewat hidup kita, orang lain melihat wajah Kristus yang penuh belas kasih,” tuturnya.

Dokumentasi dalam masa retret keluarga besar Dominikan.

Pembaharuan dan Pengutusan (Minggu)

Minggu pagi, 12 Oktober, dimulai dengan Ibadat Pagi bersama Suster Roshele, O.P. Pukul 08.30, Br. Edy, O.P. dan Suster Roshele, O.P. membuka sesi “Mau ke Mana dan Jadi Apa Kita?”

Keduanya mengajak peserta menatap masa depan Chapter Santo Dominikus dengan harapan dan tanggung jawab.

“Persaudaraan Dominikan Awam bukan sekadar komunitas doa, tetapi medan misi — tempat kita membawa terang ke keluarga, tempat kerja, dan masyarakat,” ujar Bro. Edy.

Sesi berikutnya dibawakan oleh Bro. Akim dengan topik “Media Sosial dan Dunia Digital dalam Pewartaan.”

Ia mengingatkan bahwa tugas utama adalah memastikan kasih dan kebenaran tetap bergema.

“Kita tidak boleh kalah oleh algoritma. Tugas kita adalah memastikan kasih dan kebenaran tetap bergema, bahkan di dunia maya,” pungkasnya.

Peserta diajak untuk hadir di ruang digital dengan wajah Kristus — menjadi pembawa harapan dan kebaikan di tengah dunia yang sering bising.

Setelah makan siang, suasana menjadi hening ketika Suster Roshele dan Bro. Edy memimpin sesi pengendapan.

Di ruangan yang sederhana itu, para peserta merenungkan kembali seluruh pengalaman tiga hari yakni doa, tobat, refleksi, dan kebersamaan.

Perlahan, niat-niat kecil namun tulus mulai muncul. Ada yang berjanji memperkuat komunitas, menghidupi empat pilar dengan lebih tekun, serta ikut mendukung pembangunan Rumah Persaudaraan Dominikan.

Beberapa menulis niat untuk mempersembahkan waktu, tenaga, keahlian, bahkan bantuan nyata.

Semangat itu terasa hidup — bukan sekadar rencana, melainkan keputusan hati untuk berjalan bersama.

Pembaharuan Janji Hidup Dominikan Awam (Puncak Retret) Siap Menjadi Terang

Sore hari, lonceng kapel berdentang lembut menandai puncak retret: Misa Pembaharuan Janji Dominikan Awam, dipimpin oleh R.P. Aris Luis Kung, O.P.

Suasana menjadi khidmat dan haru. Di hadapan altar dan sesama saudara seiman, para anggota memperbarui komitmen untuk hidup dalam semangat Santo Dominikus — mewartakan kebenaran, membangun kasih, dan melayani dengan rendah hati.

Dalam misa ini, dilaksanakan pula ritus penerimaan dan profesi baru: tiga anggota baru diterima, tujuh orang memperbarui profesi pertama, tujuh lainnya profesi ketiga, dan tujuh belas orang mengikrarkan profesi kekal.

Wajah-wajah mereka bersinar dalam cahaya lilin — tanda penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan dalam panggilan Dominikan Awam.

Doa syukur dan nyanyian penutup menggema di kapel. “Tuhan, jadikan kami terang-Mu, agar dunia mengenal kasih-Mu.”

Makan malam sederhana menutup seluruh rangkaian kegiatan. Namun bagi banyak peserta, ini bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan baru — perjalanan menjadi peziarah pengharapan, pewarta kebenaran, dan pembawa terang di tengah dunia.

Mereka datang membawa banyak pertanyaan, dan pulang membawa satu jawaban: “Ya Tuhan, aku siap.” Siap untuk berubah, siap untuk mengasihi, siap untuk menjadi terang-Mu di mana pun aku berada. (Penulis: FX. Edy, O.P. & Sr. Roshelle, O.P. dan Rosinta,OP).

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini