Senin, Oktober 13, 2025

Bagaimana ‘Mukjizat Matahari’ di Fátima membantu mengakhiri rezim ateis

FATIMA, Pena Katolik – Tanggal 13 Oktober 1917 menandai penampakan Maria terakhir di Fátima. Tanggal ini menandai hari di mana ribuan orang menyaksikan mukjizat matahari yang menari. Mukjizat ini meruntuhkan kepercayaan Sebagian orang yang meyakini, “bahwa Tuhan tidak lagi relevan.”

Buku-buku filsafat yang terbit pada periode itu, dipengaruhi konsep filsafat yang dicetuskan oleh filsuf Jerman Friedrich Nietzsche. Ia yang dengan berani menyatakan pada akhir tahun 1800-an itu, bahwa “Tuhan telah mati.”

Selain itu, di Portugal dan di sebagian dunia pada tahun 1917 itu, Perang Dunia I sedang berkecamuk pada suhu terpanasnya. Ketika Perang Dunia I berkecamuk di seluruh Eropa, Portugal mendapati dirinya tidak mampu mempertahankan netralitas awalnya. Mereka lalu bergabung dengan Sekutu. Lebih dari 220.000 warga sipil Portugis tewas selama perang, Sebagian besar karena kekurangan pangan dan sama banyaknya yang wafat karena flu Spanyol.

Beberapa tahun sebelumnya, sebuah revolusi melahirkan Republik Portugis Pertama pada tahun 1910. Sebuah konstitusi liberal baru disusun di bawah pengaruh Freemason, yang berusaha menekan agama dari kehidupan publik.

Gereja-gereja dan sekolah-sekolah Katolik disita oleh pemerintah. Para imam dan suster dilarang menggunakan jubah rohani di depan umum. Gereja dilarang membunyikan lonceng, dan perayaan hari raya keagamaan di tempat umum dilarang. Antara tahun 1911 dan 1916, hampir 2.000 pastor, biarawan, dan biarawati dibunuh oleh kelompok-kelompok anti-Kristen.

Inilah latar belakang yang pada tahun 1917, ketika seorang wanita yang diyakini sebagai Perawan Maria menampakkan diri kepada tiga anak gembala: Lucia dos Santos (10 tahun), dan dua sepupunya, Francisco Marto dan Jacinta Marto (9 dan 7 tahun)

Tanda Agar Orang Percaya

Penampakan itu terjadi di sebuah ladang di Fátima, Portugal. Bunda Maria membawa serta permohonan untuk mendaraskan rosario, persembahan kurban bagi orang berdosa, dan sebuah rahasia tentang nasib dunia.

Untuk membuktikan kebenaran penampakan-penampakan itu, wanita itu berjanji kepada anak-anak itu, bahwa pada penampakan terakhir dari enam penampakannya, ia akan memberikan sebuah tanda agar orang-orang percaya pada penampakan dan pesannya. Peristiwa yang terjadi pada hari itu—13 Oktober 1917—dikenal sebagai “Mukjizat Matahari”, atau “hari matahari menari”.

Menurut berbagai sumber, sekitar 70.000 orang—baik yang beriman maupun yang skeptis—berkumpul untuk menyaksikan mukjizat yang dijanjikan. Langit yang tadinya hujan menjadi cerah, awan-awan menghilang, dan tanah yang tadinya basah dan berlumpur akibat hujan menjadi kering.

Selubung transparan menutupi matahari, membuatnya mudah dilihat, dan cahaya warna-warni memancar di seluruh lanskap. Matahari kemudian mulai berputar, berputar-putar di langit, dan pada satu titik tampak membelok ke arah bumi sebelum melompat kembali ke tempatnya di langit.

Peristiwa menakjubkan ini merupakan kontradiksi langsung dan sangat meyakinkan terhadap rezim ateis pada masa itu. Mengapa demikian, hal ini dibuktikan oleh fakta bahwa surat kabar pertama yang melaporkan mukjizat tersebut di halaman depan penuh, adalah surat kabar anti-Katolik dan Masonik di Lisbon, O Seculo.

Marco Daniel Duarte, seorang teolog dan direktur museum Makam Fátima, berbagi cerita tentang peristiwa ini.  Keajaiban matahari dipahami oleh masyarakat sebagai “meterai, jaminan, bahwa sebenarnya ketiga anak itu mengatakan yang sebenarnya,” kata Duarte.

Bahkan hingga kini, Fátima membuat orang mengubah persepsi mereka tentang Tuhan, karena “salah satu pesan terpenting dari penampakan tersebut adalah bahwa meskipun seseorang telah terpisah dari Tuhan, Tuhan tetap hadir dalam sejarah manusia dan tidak meninggalkan umat manusia.”

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini