Selasa, Oktober 7, 2025

Bacaan dan Renungan Senin 13 Oktober 2025, Pekan Biasa ke-XXVIII (Hijau)

Bacaan I: Rm. 1:1-7

Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah.

Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.

Dengan perantaraan-Nya kami menerima kasih karunia dan jabatan rasul untuk menuntun semua bangsa, supaya mereka percaya dan taat kepada nama-Nya. Kamu juga termasuk di antara mereka, kamu yang telah dipanggil menjadi milik Kristus.

Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus: Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus.

Demikianlah Sabda Tuhan

U. Syukur Kepada Allah

Mazmur 98:1,2-3ab,3cd-4

  • Mazmur. Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, sebab Ia telah melakukan perbuatan-perbuatan yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan kepada-Nya oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.
  • TUHAN telah memperkenalkan keselamatan yang dari pada-Nya, telah menyatakan keadilan-Nya di depan mata bangsa-bangsa.
  • Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.
  • Ia mengingat kasih setia dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita.
  • Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah!

Bacaan Injil – Lukas 11:29-32

Sekali peristiwa Yesus berbicara kepada orang banyak yang mengerumuni Dia, “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menuntut suatu tanda, tetapi mereka tidak akan diberi tanda selain tanda Nabi Yunus.

Sebab sebagaimana Yunus menjadi tanda bagi orang-orang Niniwe, demikian pulalah Anak Manusia akan menjadi tanda bagi angkatan ini. Pada waktu penghakiman ratu dari selatan akan bangkit bersama orang dari angkatan ini dan ia akan menghukum mereka.

Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo, dan sungguh, yang ada di sini lebih besar daripada Salomo! Pada waktu penghakiman orang-orang Niniwe akan bangkit bersama angkatan ini dan mereka akan menghukumnya.

Sebab orang-orang Niniwe itu bertobat waktu mereka mendengarkan pemberitaan Yunus, dan sungguh, yang ada di sini lebih besar daripada Yunus!”

Demikianlah Injil Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

***

Menuntut Tanda

Yesus menegur orang banyak yang menuntut tanda sebagai bukti bahwa Ia benar-benar diutus oleh Allah. Mereka ingin melihat mukjizat yang menakjubkan, padahal tanda terbesar sudah hadir di hadapan mereka: Yesus sendiri. Dalam teguran ini, Yesus mengajak kita untuk menyingkap hati kita—apakah kita mencari Allah dengan iman, atau sekadar mengejar keajaiban yang memuaskan rasa ingin tahu kita.

Nabi Yunus menjadi tanda pertobatan bagi orang Niniwe. Ketika ia mewartakan bahwa kota mereka akan binasa, seluruh penduduk, dari raja sampai rakyat kecil, berbalik kepada Allah. Mereka tidak menuntut bukti atau keajaiban, melainkan langsung menanggapi panggilan Tuhan dengan tobat yang tulus. Demikian juga Ratu dari Selatan datang dari jauh untuk mendengarkan hikmat Salomo. Ia tidak menunggu tanda, melainkan mencari kebenaran dengan hati yang lapar akan kebijaksanaan.

Yesus menegaskan bahwa di hadapan orang Niniwe dan Ratu dari Selatan, generasi yang menolak-Nya akan dipermalukan. Sebab di hadapan mereka kini ada “yang lebih dari Yunus” dan “yang lebih dari Salomo”: Sang Sabda Allah yang hidup. Namun, banyak orang gagal mengenali kehadiran Allah karena hatinya tertutup oleh keraguan, kesombongan, atau kebiasaan mencari bukti lahiriah.

Renungan ini mengingatkan kita bahwa iman sejati tidak menunggu tanda, melainkan menanggapi Firman. Setiap hari Allah memberi tanda kasih-Nya melalui sabda, sakramen, dan peristiwa hidup kita. Pertanyaannya: apakah kita cukup peka untuk mengenali-Nya di sana? Jangan sampai kita menjadi generasi yang menuntut tanda, padahal Allah sudah berbicara begitu jelas di dalam hati kita. Marilah kita meneladani orang Niniwe—bertobat, mendengarkan, dan memperbarui hidup dengan rendah hati. Karena tanda terbesar sudah diberikan: kasih Allah yang nyata dalam Yesus Kristus.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, Engkau adalah tanda kasih Bapa yang hidup di tengah kami. Ampunilah kami bila sering mencari bukti dan keajaiban, namun lalai mengenali-Mu dalam sabda dan sesama. Bukalah mata hati kami agar mampu melihat kehadiran-Mu dalam peristiwa hidup sederhana. Jadikan kami seperti orang Niniwe yang segera bertobat, dan seperti ratu dari Selatan yang haus akan kebenaran. Semoga iman kami tidak bergantung pada tanda, tetapi berakar pada kasih dan ketaatan kepada-Mu. Bimbinglah kami agar selalu setia berjalan di jalan-Mu setiap hari. Amin.

***

Santo Eduardus, Raja Inggris dan Pengaku Iman

Eduardus lahir di Islip Oxford, sebuah kota terkenal di Inggris kira-kira pada tahun 1004. Ayahnya, Ethelred, terhitung sebagai salah satu Raja Inggris yang tersohor namanya, sedang ibunya, Emma, adalah Ratu Normandia, Prancis Barat. Semenjak kecil, ia dididik di sekolah biara. Oleh pendidikan para biarawan itu, ia berkembang menjadi seorang putera raja yang berhati mulia, berbakti kepada Allah dan sesama, terutama rakyat kecil.

Ketika berusia 10 tahun, ia lari ke tanah air ibunya, karena percobaan pembunuhan atas dirinya oleh bangsa Denmark yang menyerang Inggris. Di sana ia tinggal bersama pamannya, seorang panglima di Normandia, Prancis Barat. Di Normandia, ia tetap hidup suci dan menunjukkan sikap hidup yang terpuji di tengah-tengah segala kejahatan bangsa Normandia. Sebuah ungkapannya yang terkenal ialah: “Lebih baik saya kehilangan kerajaan daripada memperolehnya dengan darah dan pembunuhan.”

Sepeninggal saudaranya Hardecanute, Eduardus terpilih mengganti sebagai raja pada tahun 1042. Sebetulnya ia sendiri tidak suka menjadi raja, tetapi rakyat sangat mencintainya dan mendesak dia menjadi raja. Ia menerima jabatan itu dengan penuh pengorbanan dan tanggungjawab. Sebagai raja ia berusaha keras meniadakan semua kesan permusuhan, memperhatikan nasib kaum miskin dan rakyat kecil dan membantu perkembangan Gereja. Untuk menyemarakkan lagi penghayatan iman umat ia merombak semua kuil menjadi gereja bagi upacara-upacara suci. Walaupun ia mempunyai istri, namun ia hidup penuh pantang bersama Edith istrinya. Perhatiannya kepada para miskin begitu besar sehingga ia dijuluki ‘Bapa Kaum Miskin’.

Dalam Gereja, ia dikenal sangat berjasa. Ia mendirikan banyak gereja dan berusaha meningkatkan semangat iman umat. Ia sendiri rajin mengikuti Kurban Misa meskipun banyak kesibukannya. Ia mendirikan biara Westminster. Orang menjuluki dia ‘The Confessor’ artinya ‘Pengaku Iman’. Ia sangat membantu Gereja dalam menyebarkan ajaran Kristen. Ia wafat pada tanggal 13 Oktober 1066. Tahun 1617 dinyatakan sebagai ‘santo’; dua tahun kemudian jenazahnya dipindahkan ke biara Westminster oleh Santo Thomas Becket.

Santa Eustokia OSB, Pengaku Iman

Eustokia lahir sebagai anak haram seorang suster yang tergoda. Ia sering sakit dan kerasukan roh jahat. Tetapi karena berpegang teguh pada kerahiman Tuhan, lagi pula sangat sabar dan taat pada bimbingan bapa pengakuannya, suster di Padua, Italia ini menjadi suci. Jenazahnya tetap utuh sampai sekarang. Ia meninggal dunia pada tahun 1469.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini