Rabu, September 24, 2025

Studi Bersama Ordo Dominikan Asia Pasifik ke-13 Jejak Berkat di Indonesia

Pena Katolik, Pontianak – Perjumpaan tahunan para frater Dominikan dari berbagai negara di kawasan Asia Pasifik kembali digelar pada 13 Juli hingga 3 Agustus 2025. Tahun ini, Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah Program Studi Bersama Asia Pasifik (Asia Pacific Common Study Program) ke-13.

Rangkaian kegiatan dilaksanakan di tiga lokasi penting di Rumah Retret Santo Johanes Paulus II Anjongan, Pontianak, dan ibu kota Jakarta.

Program yang digagas Ordo Pengkhotbah atau Dominikan ini diorganisir oleh Provinsi Dominikan Filipina, dan menjadi salah satu agenda besar bagi para frater yang baru mengikrarkan profesi meriah maupun yang baru ditahbiskan.

Tujuannya, mendampingi mereka dalam masa transisi menuju karya kerasulan penuh, sebagaimana diamanatkan oleh Kapitel Jenderal Ordo Dominikan di Bogotá.

Dalam dokumen resmi yang menjadi acuan, para pemimpin ordo menegaskan pentingnya “annual provincial or regional meeting of friars who have just entered the ministry, or establishing a relationship with a friar-mentor who would guide and accompany them,” sebagai upaya mendampingi generasi muda Dominikan dalam pengutusan mereka.

Romo JAMSHED ALBERT GILL, OP_ Socius of the MO for Asia Pacific

Pembukaan yang Penuh Syukur

Rangkaian kegiatan dibuka dengan Misa Pembukaan yang dipimpin oleh Romo Edmond Nantes, OP, mantan formator Program Studi Bersama Asia Pasifik. Dalam pesan resminya, Romo Jamshed Albert Gill, OP, Socius of the Master of the Order for Asia-Pacific, menyampaikan rasa terima kasih mendalam kepada Romo Edmond yang telah mendampingi program ini sejak 2008 hingga 2024.

“I sincerely thank him for his generous support and service as formator for these programs from 2008 to 2024,” tulis Romo Jamshed.

Baginya, kesetiaan Romo Edmond merupakan teladan komitmen pelayanan yang membuahkan generasi Dominikan yang kokoh secara spiritual dan intelektual.

Peserta dari Delapan Negara

Program tahun ini diikuti 18 frater dari delapan negara di Asia Pasifik, empat saudara dari Vietnam, tiga dari India, dua dari Myanmar, dua dari Pakistan, satu dari Tiongkok, satu dari Korea Selatan, tiga dari Indonesia, dan dua dari Filipina.

Keberagaman asal peserta menghadirkan warna tersendiri. Selama lebih dari tiga minggu, mereka melakukan perjalanan formasi yang menyentuh berbagai lanskap budaya Indonesia, mulai dari hiruk pikuk Jakarta, kesejukan pegunungan Lembang, hingga keramahan Kalimantan Barat di Anjungan dan Pontianak.

Rangkaian kunjungan tersebut memberi kesempatan para saudara untuk merasakan kekayaan tradisi dan kehidupan iman masyarakat Indonesia yang multikultural dan majemuk. Kegiatan ini sekaligus memperluas pemahaman mereka mengenai tantangan pewartaan Injil di tengah keragaman budaya dan agama, yang menjadi ciri khas kawasan Asia Pasifik.

Tema “Pilgrims of Hope”

Mengusung tema “Pilgrims of Hope”, pertemuan ini selaras dengan semangat Tahun Yubileum 2025 yang diusung Gereja Katolik. Tema tersebut menegaskan harapan yang tak pernah mengecewakan, bahkan di tengah penderitaan dan kematian.

“Hope is the assurance that God dwells with us in the mysteries of joy, sorrow, glory, and light of our lives,” tulis Romo Jamshed dalam pesannya.

Ia menambahkan, “O Spem Miram! God is the wonderful Hope promised by Dominic, our constant Companion in the holy endeavor of spreading and deepening God’s Word — across lands and seas, beyond the horizons of our vision. St. Paul assures us: Christ in us, the hope of glory (Col 1:27), strengthening us to face the future with openness of spirit and a trusting heart.”

Kutipan Kitab Kolose 1:27 itu menjadi pengingat bagi para saudara Dominican bahwa Kristus adalah harapan kemuliaan yang menuntun mereka melampaui batas-batas geografis, budaya, dan bahkan kesulitan hidup.

Hidup Bersama Lintas Budaya

Sejalan dengan tujuan umum pertemuan tahunan ini, mereka diajak untuk hidup bersama dan terlibat dalam pengalaman lintas budaya. Selama program, mereka menempuh hari-hari yang penuh studi, refleksi, doa, dan dialog. Mereka belajar dari perspektif satu sama lain, memperkaya pemahaman akan tradisi intelektual dan spiritual Dominikan, serta memperdalam formasi misi di konteks regional.

Mereka juga diberi kesempatan untuk berdoa bersama, berdiskusi dengan awam Dominikan, mengunjungi berbagai gereja lokal, dan meresapi budaya Indonesia melalui kegiatan lintas agama dan antarbudaya. Romo Jamshed menekankan bahwa perjalanan bersama ini menjadi “a true witness of communion,” kesaksian nyata akan persekutuan iman yang menghidupkan semangat persaudaraan sejati.

Ia menggambarkan, “It was a journey of love and friendship — as Pilgrims of Hope — moving forward in communion toward God, in fidelity to Christ, and under the guidance of the Holy Spirit, experiencing the authentic joy of brotherhood.”

Perjalanan itu, lanjutnya, bukan sekadar kegiatan akademis, melainkan perjumpaan yang menyalakan cinta kasih dan persahabatan di antara para peserta.

Apresiasi untuk Para Pendukung

Dalam pesan yang sama, Romo Jamshed menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang memastikan kelancaran acara. Ia menyoroti peran Romo Filemon dela Cruz, OP, Prior Provinsial Provinsi Filipina, sebagai tuan rumah yang memfasilitasi program ini di Indonesia.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Romo. Andreas Kurniawan OP, yang dengan teliti mengoordinasikan seluruh rangkaian kegiatan, sehingga terselenggara dengan baik dan meninggalkan kesan mendalam bagi peserta.

Romo Jamshed tidak lupa menyebut nama Romo Samuel Sonny Gunawan OP, bersama para bruder Dominikan Indonesia yang memberikan kontribusi besar, mulai dari penyediaan tempat yang nyaman, agenda rekreasi yang menyenangkan, hingga dialog lintas agama yang sarat makna serta perjumpaan budaya yang kaya. “Many of the wonderful experiences we had were thanks to their care and support,” ujarnya.

Narasumber dan Pendamping

Para narasumber yang hadir juga mendapat apresiasi khusus. Mereka dengan murah hati membagikan waktu dan keahlian di bidang pelayanan dalam Ordo dan Gereja, sehingga para peserta memperoleh wawasan yang memperkaya karya kerasulan mereka di masa depan.

Secara khusus, Romo Jamshed menyinggung peran Romo Shiju Francis OP, dari Provinsi India, yang mendampingi para saudara Dominican sepanjang program.

His generous accompaniment throughout the entire period helped guide the friars in living a rhythm of prayer, study, and fraternal sharing,” tulisnya.

Pendampingan yang penuh perhatian ini memungkinkan mereka menjalani keseharian yang seimbang antara doa, studi, dan kebersamaan persaudaraan, sebuah ciri khas formasi Dominikan yang menekankan harmoni antara kontemplasi dan aksi.

Romo Jamshed juga memberikan apresiasi kepada Kuria Jenderal Ordo Dominikan atas dukungan finansial yang memungkinkan program ini terlaksana, serta kepada Provinsi Filipina atas kontribusi besar mereka.

“Without this assistance, the program would not have been possible,” tegasnya. Dukungan ini menjadi bukti nyata solidaritas internasional dalam tubuh Ordo Dominikan, yang selalu menekankan semangat kebersamaan lintas negara dan budaya.

Momen foto bersama usai misa pembukaan common study, Dominican Asia Pasific, di Rumah Retret Anjongan, Kalimantan Barat.

Perjumpaan Menguatkan Misi

Program Studi Bersama Asia Pasifik bukan hanya forum akademis atau formasi spiritual, melainkan wadah nyata bagi para frater muda untuk merasakan panggilan misi yang lebih mendalam. Dalam konteks Indonesia yang kaya akan keberagaman, para peserta merasakan bagaimana Injil dapat diwartakan dengan penuh hormat dan dialog di tengah masyarakat majemuk.

Rangkaian kegiatan di Jakarta, Lembang, dan Pontianak menjadi laboratorium hidup bagi para frater untuk mempraktikkan semangat Dominikan: mencari kebenaran (veritas) melalui studi, doa, dan perjumpaan. Mereka pulang dengan pemahaman baru tentang pentingnya harapan, keberanian, dan persaudaraan lintas budaya sebagai modal utama dalam perutusan.

Sebagaimana disampaikan Romo Jamshed, tema “Pilgrims of Hope” bukan hanya slogan, tetapi panggilan nyata bagi setiap peserta untuk menjadi peziarah harapan di tengah dunia yang kerap diliputi ketidakpastian. Harapan yang “tidak mengecewakan” ini, katanya, hanya mungkin terwujud ketika setiap pribadi membiarkan Kristus, Sang Harapan Kemuliaan, hadir dan menuntun langkah.

Dengan semangat itu, pertemuan di Indonesia tahun 2025 ini menjadi tonggak penting yang meneguhkan keyakinan: di tengah keragaman budaya Asia Pasifik, persaudaraan Injili dapat tumbuh subur, membawa cahaya pengharapan bagi Gereja dan dunia.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini