ROMA, Pena Katolik – Serikat Sabda Allah atau Societas Verbi Divini (SVD), yang populer disebut sebagai Divine Word Missionaries atau Steyler Missionaries, merupakan sebuah tarekat religius klerikal Katolik untuk pria dengan status hukum Pontifikal. Para anggotanya dikenal dengan akhiran nama SVD, sebagai tanda keanggotaan dalam kongregasi ini.
Hingga tahun 2020, SVD tercatat memiliki 5.965 anggota, baik imam maupun bruder, yang berkarya di lebih dari 70 negara. Kongregasi ini kini juga menjadi bagian dari VIVAT International dan dikenal sebagai salah satu tarekat misionaris terbesar dalam Gereja Katolik. Pimpinan tertinggi SVD saat ini adalah Superior Jenderal Anselmo Ricardo Ribeiro, seorang misionaris asal Brasil, yang memimpin menggantikan Mgr. Paulus Budi Kleden SVD yang terpilih menjadi Uskup Agung Ende.
Awal Berdiri
SVD didirikan pada tahun 1875 di Steyl, Belanda oleh St. Arnold Janssen (1837–1909), seorang imam diosesan asal Jerman. Saat itu, banyak imam dan religius Jerman diasingkan ke Belanda akibat kebijakan anti-Gereja dalam konflik politik dan sosial yang dikenal sebagai Kulturkampf. Penutupan seminari serta pengusiran kelompok religius di Jerman mendorong Arnold Janssen membuka rumah misi di Steyl, yang kemudian berkembang menjadi pusat karya SVD.
Hanya tujuh tahun setelah berdiri, tepatnya tahun 1882, SVD mulai mengutus para misionaris ke Provinsi Shandong, Tiongkok. Metode misi yang tegas kala itu menjadi bagian dari dinamika yang memicu Pemberontakan Boxer pada akhir 1890-an. Selanjutnya, pada tahun 1892, SVD membuka misi di Togo, Afrika Barat. Karya ini sangat berkembang hingga 15 tahun kemudian Vatikan menetapkannya sebagai Prefektur Apostolik.
Misi berikutnya dibuka di German New Guinea (sekarang bagian utara Papua Nugini) serta di Paraguay. Dari titik-titik awal inilah, SVD semakin meneguhkan identitasnya sebagai tarekat lintas budaya dan lintas bangsa.

Perkembangan di Abad ke-20
Memasuki abad ke-20, karya SVD meluas ke berbagai benua. Komunitas-komunitas baru didirikan di Australia, Botswana (Gaborone, Gumare, Ghanzi), Brasil, Kanada (Quebec dan Ontario), Indonesia, Afrika Selatan (Phalaborwa, Polokwane, Pretoria), Amerika Serikat (Appalachia dan Illinois), serta Zambia (Kabwe, Livingstone, Lusaka).
Di Eropa sendiri, SVD membangun komunitas tambahan di Austria (Bischofshofen dekat Salzburg dan Wina), Belanda (Tegelen), Roma, Inggris, dan kawasan Silesia, Polandia. Dari Polandia inilah, pada tahun 1994, seorang anggota SVD bernama Mirosław Piątkowski memperkenalkan devosi baru yang dikenal sebagai Tata Laksana Doa Rosario Roh Kudus dan Tujuh Karunianya.
Dalam sejarah panjangnya, Serikat Sabda Allah tidak hanya hadir sebagai penyebar Injil, tetapi juga sebagai pembawa terang di tengah keberagaman bangsa. Dengan ribuan anggota yang melayani di pelosok dunia, SVD terus melanjutkan visi Santo Arnold Janssen: menjadi saksi Sabda Allah, lintas bahasa, budaya, dan bangsa.
Empat Identitas
Serikat Sabda Allah (SVD) dikenal memiliki ciri khas yang membedakan mereka dari banyak tarekat religius lain. Empat dimensi utama yang menandai identitas dan karya mereka adalah Kitab Suci, Animasi Misi, Komunikasi, serta Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan. Keempat dimensi ini menjadi landasan pelayanan mereka di berbagai belahan dunia.
Keunikan SVD dalam karya misi terletak pada semangat internasionalitas. Tidak seperti tarekat lain yang wilayah misionernya menjadi tanggung jawab provinsi tertentu, bagi SVD, seluruh wilayah misi adalah tanggung jawab bersama seluruh Serikat. Dewan Jenderal SVD dapat menugaskan anggotanya dari negara mana pun ke negara lain, dengan prioritas pada daerah yang paling membutuhkan. Hal ini menjelaskan mengapa komunitas-komunitas SVD kerap bersifat internasional, dihuni oleh misionaris dari berbagai bangsa.
Selain SVD, St. Arnold Janssen juga mendirikan dua kongregasi suster yang menjadi saudari mereka, yakni Suster Misionaris Hamba Roh Kudus (SSpS), yang dikenal dengan sebutan “Suster Biru,” serta cabang kontemplatif Suster Hamba Roh Kudus dari Adorasi Abadi (SSpSAP) yang akrab disebut “Suster Merah Muda.” Julukan tersebut merujuk pada warna habit yang mereka kenakan.
Dalam sejarahnya, Serikat Sabda Allah terus memperbarui kepemimpinan demi menanggapi tanda-tanda zaman. Pada tahun 2024, imam Afro-Brasil, Pastor Anselmo Ricardo Ribeiro, terpilih sebagai Pemimpin Umum. Kepemimpinan ini menegaskan wajah multikultural dan universal dari Serikat Sabda Allah.
Sebagai anggota tarekat religius, para misionaris SVD menghayati kaul-kaul evangelis: kemiskinan, kemurnian, dan ketaatan. Kaul kemiskinan berarti semua harta dimiliki bersama tanpa akumulasi kekayaan pribadi. Kaul kemurnian dimaknai bukan sekadar pantang dari aktivitas seksual, tetapi sebagai tanda bahwa hanya Allah yang sanggup memenuhi hati manusia sepenuhnya dan sebagai ungkapan kesiapsediaan total untuk melayani. Kaul ketaatan berarti kesediaan mendengarkan kehendak Allah melalui doa dan arahan pemimpin, bukan sekadar melaksanakan perintah secara buta. Semua kaul ini dijalani dalam kehidupan komunitas dan ditopang oleh relasi mendalam dengan Allah.
Santo, Beato, dan Hamba Allah:
Santo
- St. Arnold Janssen (5 November 1837 – 15 Januari 1909), pendiri Serikat Sabda Allah, dikanonisasi pada 5 Oktober 2003.
- St. Joseph Freinademetz (15 April 1852 – 28 Januari 1908), salah satu pendiri Serikat Sabda Allah, dikanonisasi pada 5 Oktober 2003.
Para Beato
- Stanisław Kubista (27 September 1898 – 26 April 1940), imam yang wafat sebagai martir pada masa pendudukan Nazi di Polandia, dibeatifikasi pada 13 Juni 1999.
- Ludwik Mzyk (22 April 1905 – 20 Februari 1942), imam yang wafat sebagai martir pada masa pendudukan Nazi di Polandia, dibeatifikasi pada 13 Juni 1999.
- Alojzy Liguda (23 Januari 1898 – 8 Desember 1942), imam yang wafat sebagai martir pada masa pendudukan Nazi di Polandia, dibeatifikasi pada 13 Juni 1999.
- Grzegorz Bolesław Frąckowiak (18 Juli 1911 – 5 Mei 1943), imam yang wafat sebagai martir pada masa pendudukan Nazi di Polandia, dibeatifikasi pada 13 Juni 1999.
Para Hamba Allah
- William Finnemann (18 Desember 1882 – 26 Oktober 1942), Uskup Auksilier Manila yang wafat sebagai martir pada masa pendudukan Jepang di Filipina, dinyatakan sebagai Hamba Allah pada 7 Desember 1999.
- Teodor Sąsała dan 19 Rekan (wafat antara 16 April 1940 – 9 Juli 1943), para martir pada masa pendudukan Nazi di Polandia, dinyatakan sebagai Hamba Allah pada 18 Februari 2003.
- Gabriel Wilhelmus Manek (18 Agustus 1913 – 30 November 1989), Uskup Agung Ende dan pendiri Kongregasi Putri-Putri Ratu Rosario Tersuci, dinyatakan sebagai Hamba Allah pada 2023.
- Augustinus Van Aaken (16 Juli 1914 – 11 Agustus 1990), Uskup Ciudad del Este, Paraguay.
- Jorge Novak (4 Maret 1928 – 9 Juli 2001), Uskup Quilmes, Argentina.
- Marian Żelazek (30 Januari 1918 – 30 April 2006), imam, dinyatakan sebagai Hamba Allah pada 30 Mei 2018.