KEUSKUPAN Amboina merupakan keuskupan sufragan dari Keuskupan Agung Makassar. Wilayahnya meliputi seluruh provinsi Maluku dan Maluku Utara dengan luas wilayah 78.896km² dan berpusat di Ambon, Maluku. Umat Keuskupan Amboina diperkirakan mencapai 120.000 jiwa.
Sejarah Keuskupan Amboina dimulai sejak didirikan Prefektur Apostolik Nugini Belanda pada tanggal 22 Desember 1902 yang memisahkan diri dari Vikariat Apostolik Batavia. Wilayah Gerejawi ini lalu ditingkatkan menjadi Vikariat Apostolik Nugini Belanda pada tanggal 29 Agustus 1920 dan berganti nama menjadi Vikariat Apostolik Amboina pada tanggal 12 Mei 1949. Seiring dimulainya hierarki di Indonesia wilayah Gerejawi ini lalu ditingkatkan menjadi Keuskupan Amboina pada tanggal 3 Januari 1961.
Pembaptisan Pertama
Perisiwa pembaptisan beberapa penduduk asli dan seorang kepala desa oleh Baltasar Veloso, ipar dari Sultan Hairun, terjadi pada tahun 1534 di Mamuya, Galela, Halmahera Utara. Peristiwa ini merupakan peristiwa pembaptisan pertama yang terjadi di wilayah Kevikepan Maluku Utara. Adapun peristiwa pembaptisan pertama masyarakat Maluku di wilayah Kevikepan Ambon terjadi pada tahun 1538 saat setidaknya 400 warga Ternate datang ke Hative untuk dibaptis oleh misionaris Portugis.
Beberapa waktu setelah 14 Februari 1546, Fransiskus Xaverius singgah di Hative dan membangun sebuah kapel. Datangnya Fransiskus Xaverius di tahun 1546 sempat membuat Sultan Hairun terkesima dan mempertimbangkan niatnya untuk menjadi Katolik meskipun, pada akhirnya, ia mengurungkan niat tersebut karena, menurutnya, Kristen dan Islam menyembah Tuhan yang sama.
Keuskupan Amboina
Pergolakan politik antara Portugis dengan sejumlah Kesultanan di Maluku Utara membuat karya misi Yesuit terhambat pada tahun 1573, terutama setelah terbunuhnya Sultan Hairun pada tahun 1570. Adapun gereja terakhir yang masih eksis pada tahun 1576 hanyalah gereja yang terletak di Kevikepan Ambon dan Kepulauan Sangihe. Karya Gereja Katolik berakhir pada tahun 1605 manakala pendudukan VOC membubarkan pendudukan Portugal di Ambon.
Missi dari Keuskupan Agung Manila sempat singgah di Ternate pada 1606 namun tidak berjalan dengan lancar. Pada tahun 1606 dan 1610, sejumlah misionaris dari Ordo Fransiskan dan Dominikan datang dan membangun Gereja di Ternate. Datangnya misionaris Fransiskan dan Dominikan menciptakan persaingan di antara misionaris Fransiskan dengan misionaris Yesuit. Sulitnya misi di Keuskupan Amboina membuat misi di Moro terhenti pada tahun antara tahun 1613 atau 14.
Secara kelembagaan, sejarah Keuskupan Amboina bermula pada pendirian Prefektur Apostolik Nugini/Nouva Guinea Olandese pada 22 Desember 1902. Prefektur Apostolik ini merupakan wilayah yang terpisah dari Vikariat Apostolik Batavia. Misi Serikat Yesuit dihentikan pada tahun 1905 dan pimpinan Yesuit di Hindia Belanda menyerahkan karya kerasulan kepada Misionaris Hati Kudus.
<<Dilayout di kotak>>
Alur Sejarah Keuskupan Amboina
Prefek Apostolik Nugini Belanda
Matthias Neijens, M.S.C. (13 Februari 1903 s.d. Desember 1914, mengundurkan diri)
Hendrik Nollen, M.S.C. (1915–1920, mengundurkan diri)
Vikaris Apostolik Nugini Belanda
Arnoldus Johannes Hubertus Aerts, M.S.C. (29 Agustus 1920–30 Juli 1942, wafat)
Sede vacante, diisi oleh Jacobus Grent, M.S.C. sebagai administrator apostolik
Jacobus Grent, M.S.C. (10 Juli 1947–12 Mei 1949)
Vikaris Apostolik Amboina
Jacobus Grent, M.S.C. (12 Mei 1949–3 Januari 1961)
Uskup Amboina
Jacobus Grent, M.S.C. (3 Januari 1961–15 Januari 1965, mengundurkan diri)
Andreas Peter Cornelius Sol, M.S.C. (uskup koajutor, 10 Desember 1963–15 Januari 1965)
Andreas Peter Cornelius Sol, M.S.C. (15 Januari 1965–10 Juni 1994, pensiun)
Petrus Canisius Mandagi, M.S.C. (10 Juni 1994–11 November 2020, ditunjuk sebagai Uskup Agung Merauke)
Sede vacante (11 November 2020—sekarang), diisi oleh Petrus Canisius Mandagi, M.S.C. sebagai administrator apostolik
Uskup Auksilier Amboina Josephus Tethool, M.S.C. (2 April 1982–1 April 2009)