RHODE ISLAND, Pena Katolik – Frank Caprio, hakim pengadilan kota Providence, Rhode Island, yang dikenal luas sebagai “hakim paling baik di Amerika,” telah meninggal dunia pada 20 Agustus 2025 akibat kanker pankreas. Ia wafat di usia 88 tahun, meninggalkan warisan besar berupa keteladanan, belas kasih, dan keadilan yang penuh empati selama hampir 40 tahun pengabdiannya di bangku hakim.
Dalam pernyataan yang diunggah melalui laman resmi Facebook-nya, tertulis: “Dicintai karena kasih sayang, kerendahan hati, dan keyakinannya yang tak tergoyahkan pada kebaikan manusia, Hakim Caprio telah menyentuh jutaan jiwa lewat pekerjaannya di ruang sidang dan di luar itu. Kehangatan, humor, dan kebaikannya meninggalkan kesan mendalam bagi siapa pun yang mengenalnya.”
Sebagai bentuk penghormatan, Gubernur Rhode Island, Dan McKee, memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang di seluruh instansi dan gedung negara bagian hingga hari pemakaman Caprio. Ia juga mengimbau warga untuk melakukan hal yang sama.
Caprio dikenal dunia berkat gaya mengadilinya yang unik: menggabungkan keadilan dengan empati dan kemurahan hati. Namanya melejit melalui acara televisi “Caught in Providence” yang mulai tayang pada 1999 dan menjadi viral pada 2017, meraih ratusan juta penonton di berbagai platform. Acara ini bahkan masuk nominasi Daytime Emmy Award pada 2021 dan kanal YouTube-nya kini memiliki hampir 3 juta pelanggan.
Dalam wawancara dengan EWTN News pada Februari lalu, Caprio mengungkap bahwa ia selalu mengingat pesan ayahnya, seorang imigran Italia yang bekerja sebagai penjual buah dan pengantar susu:
“Apa yang tampak seperti denda kecil bagi sebagian orang, bisa menjadi beban berat bagi orang lain.”
Karena itu, Caprio kerap bertanya kepada terdakwa: “Ceritakan sedikit tentang hidup Anda.” Kalimat “Perkara Anda saya nyatakan bebas” pun menjadi ciri khasnya.
Salah satu momen yang paling membekas adalah ketika Caprio membebaskan denda seorang pria berusia 96 tahun yang menerima tilang pertama dalam hidupnya saat mengantar putranya yang sakit disabilitas ke dokter. Empat tahun kemudian, Caprio menghadiri ulang tahun ke-100 pria itu sebagai teman.
Masa Kecil, Pendidikan, dan Karier
Frank Caprio lahir di Providence, Rhode Island, tahun 1936, anak kedua dari tiga bersaudara dalam keluarga imigran asal Napoli, Italia. Ia lahir dalam keluarga Katolik, dan Ia menempuh pendidikan di sekolah negeri dan memenangkan kejuaraan gulat tingkat negara bagian saat bersekolah di Central High School. Lulus dari Providence College pada 1958, Caprio kemudian mengambil studi hukum malam hari di Suffolk University School of Law sambil mengajar di Hope High School, dan lulus ujian advokat pada 1965.
Caprio diangkat menjadi hakim pada 1985 dan menjabat hingga pensiun pada 2023. Ia mengatakan masa kecilnya yang sederhana, tinggal di apartemen tanpa air hangat dan membantu ayahnya mengantar susu sejak dini hari. Namun, ini justru memberinya “keistimewaan dibesarkan dalam kesederhanaan.”
Saat berusia sekitar 12 tahun, ayahnya berkata kepadanya: “Kamu akan jadi pengacara suatu hari nanti, dan kamu tidak boleh mengenakan biaya kepada orang miskin seperti kita.” Pesan ini menjadi prinsip hidup Caprio hingga akhir hayat.
Pelajaran dari Ayahnya dan Filosofi Mengadili
Caprio tak pernah melupakan pelajaran yang ia dapat dari ayahnya tentang memperlakukan orang dengan martabat dan rasa hormat. Pada hari pertamanya sebagai hakim, ia menjatuhkan hukuman penuh kepada seorang perempuan yang kasar dan memiliki banyak pelanggaran. Namun ayahnya yang menyaksikan hari itu menegurnya karena tidak menunjukkan belas kasih—wanita itu, katanya, mungkin tak bisa memberi makan anak-anaknya malam itu.
Pesan itu melekat selamanya: “Hanya karena kau punya kekuasaan, bukan berarti harus menggunakannya melawan mereka yang tidak punya.” Sejak saat itu, Caprio dikenal sebagai hakim yang rendah hati, adil, dan penuh pengertian.
Iman dan Penyakit
Pada 2023, Caprio didiagnosis menderita kanker pankreas. Sebagai penganut Katolik yang taat, ia mengandalkan imannya selama perjuangan melawan penyakit. Dalam sebuah ziarah ke Lourdes, Prancis, tahun 2024, ia menyanyikan “Ave Maria” di gua ziarah yang terkenal, menyebutnya sebagai pengalaman spiritual yang mendalam.
Ia meminta doa dari para penggemarnya dan mengaku bahwa imannya kepada Tuhan serta dukungan doa dari banyak orang memberinya kekuatan untuk bertahan. Sehari sebelum wafat, Caprio kembali mengunggah video permintaan doa. Ia meninggal keesokan harinya, 20 Agustus 2025.
Selain sebagai hakim, Caprio pernah menjabat anggota Dewan Kota Providence dari 1962 hingga 1968, serta menjadi delegasi dalam lima Konvensi Nasional Partai Demokrat. Ia juga aktif dalam berbagai organisasi sosial, termasuk Boys Town of Italy dan Bank Makanan Rhode Island.
Untuk menghormati ayahnya, Caprio mendirikan Antonio “Tup” Caprio Scholarship Fund di Suffolk Law School, mendukung mahasiswa hukum dari Rhode Island yang ingin memperluas akses keadilan bagi masyarakat miskin. Beberapa beasiswa lain di Providence College dan Central High School juga ia dirikan.
Ia menerima dua gelar doktor kehormatan, satu Producer’s Circle Award dari Rhode Island International Film Festival, dan pada 2023, ruang sidang tempatnya bekerja dinamai “The Chief Judge Frank Caprio Courtroom.”
Caprio juga dikenal sebagai penggemar berat tim bisbol Boston Red Sox dan sempat melempar bola pertama secara seremonial di Fenway Park pada 2019. Pada 2025, ia menerbitkan memoarnya berjudul “Compassion in the Court: Life-Changing Stories from America’s Nicest Judge.”
Frank Caprio meninggalkan istri tercinta, Joyce, setelah 60 tahun menikah, bersama lima anak: Frank T. Caprio, David Caprio, Marissa Pesce, John Caprio, dan Paul Caprio. Ia juga memiliki tujuh cucu dan dua cicit.
“Saya tidak pernah duduk di bangku hakim dengan merasa lebih baik dari siapa pun. Saya hanya ingin bersikap layak kepada semua orang,” kata Caprio.