Anak-anak Beasiswa Dominikan Indonesia (BDI) pulang ke Kalimantan dengan hati penuh sukacita usai perjalanan rohani-budaya ke Jakarta, 31 Juli–3 Agustus 2025. Dalam puncak Dominican Family Gathering di Wisma Samadi, Klender, mereka memukau peserta dari delapan negara lewat pertunjukan “SIGNADOU: Membawa Terang Santo Dominikus”, 31 Juli 2025.
Perjalanan itu menjadi bagian dari perayaan besar Dominican Family Gathering, yang tahun 2025 terasa istimewa karena bertepatan dengan Asia Pacific Dominican Common Study 2025. Acara tersebut dihadiri peserta dari delapan negara: Vietnam, India, Myanmar, Pakistan, Tiongkok, Korea Selatan, Indonesia, dan Filipina.
Pertunjukan “SIGNADOU: Membawa Terang Santo Dominikus”, yang memadukan tarian, drama, dan musik untuk menyampaikan pesan harapan Santo Dominikus bagi dunia. Pertunjukan tersebut disambut tepuk tangan meriah dari hadirin yang terkesima oleh kreativitas dan semangat para penampil muda.
Ketua Yayasan Martinus de Porres, Romo Andreas Kurniawan OP menyambut setiap orang yang hadir dalam pertunjuk ini di “rumah keluarga tanpa dibatasi tembok”, dari lintas bangsa, lintas usia, dan lintas jalan hidup.
“Kita menyambut satu sama lain, sebagai bagian keluarga besar Dominikan, yang menangis bersama seperti St. Dominikus, bersama seperti St. Katarina dari Siena, dan melayani bersama seperti St. Martinus de Porres, dan tertawa bersama denagn anak-anak dengan penuh rahmat.”
Sementara itu, Pemimpin Panti Asuhan Pondok Si Boncel, Suster Lusia Kusrini OP menyampaikan cerita singkat tentang anak-anak panti yang juga terlibat dalam pertunjukkan. Anak-anak Pondok Si Boncel berasal dari latar belakang beragam. Ia bangga terhadap mereka karena semangat berbagi yang dimiliki anak-anak panti.
“Mereka bersemangat terlibat dalam pertunjukan ini, mereka membagikan cinta dan semangat St. Dominikus,” ujarnya.
Di akhir pertunjukkan, Romo Jamshed Gill OP menyampaikan terima kasih untuk semua yang terlibat dalam pertunjukan ini dan atas sambutan hangat yang ia terima selama di Indonesia. Ia mengingat pesan Paus Fransiskus bagi Dominikan, bahwa para imam, suster, awam dalam Keluarga Dominikan, hidup dalam semangat dan spiritualitas Dominikan. Mengingat sebentar lagi aka nada kanonisasi dua Dominikan Awam, St. Pier Giorgio Frassato OP dan St. Bartolo Longo OP, makai a juga menyampaikan selamat untuk para Dominikan Awam.
“Saya melihat kita di sini bersama sebagai keluarga Dominikan,” ujar Socius Master Ordo untuk Asia-Pasifik ini.

Anak Panti Asuhan
Keceriaan juga datang dari partisipasi anak-anak Panti Asuhan Boncel. Sebagian dari mereka tampil mengenakan jubah imam dan suster Dominikan versi anak-anak, menirukan peran para pewarta Injil dengan polos dan riang.
Sebagian lainnya memakai pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia, menampilkan keindahan Bhinneka Tunggal Ika dalam nuansa persaudaraan lintas budaya. Momen hari itu menjadi simbol nyata bahwa Keluarga Dominikan adalah rumah bagi semua generasi dan latar belakang.
Kemeriahan acara semakin lengkap dengan penampilan Koor Dominikan Awam Indonesia yang membawakan lagu-lagu rohani seperti Tuhan Bentengku, Laskar Pewarta, Dominican Blessing, dan Ave Maria. Harmoni musik dan doa ini memperkuat rasa persatuan serta menghangatkan hati setiap orang yang hadir.
Perjalanan anak-anak BDI ke Jakarta tak hanya untuk tampil di panggung, tetapi juga menjadi kesempatan belajar dan berziarah. Selama empat hari, mereka mengikuti agenda padat yang mencakup: Menjelajahi kekayaan budaya di Taman Mini Indonesia Indah; Berdoa di Gereja St. Katarina Siena; Mengunjungi Monumen Nasional (Monas); Melangkah melewati Pintu Suci (Holy Door) di Katedral Jakarta dalam rangka Tahun Yubileum 2025.
“Rasanya seperti mimpi. Kami bisa tampil di depan keluarga besar Dominikan dari berbagai negara, belajar budaya, dan berdoa bersama,” ujar salah satu anak asuh yang tidak disebutkan namanya itu. Semua itu terwujud berkat dukungan Yayasan Martinus de Porres, para pendamping, imam, suster, frater, awam, serta para donatur yang setia menopang pendidikan dan pembinaan anak-anak BDI.
Dukungan yang diberikan—baik dalam bentuk doa, tenaga, maupun dana—telah menjadi jembatan yang memungkinkan anak-anak ini melangkah lebih jauh, bermimpi lebih tinggi, dan melayani dengan hati yang lebih luas. Dari Kalimantan hingga Pintu Suci, dari panggung seni hingga pintu pengampunan, perjalanan ini menjadi penanda bahwa Keluarga Dominikan dipanggil bukan hanya untuk berkumpul, tetapi juga untuk menyalakan terang bersama—melintasi batas daerah, negara, dan budaya. Anak-anak BDI kini kembali ke tanah Kalimantan sebagai peziarah pengharapan, siap membagikan cahaya Kristus bagi dunia. (AES, Sam)
