Rabu, Agustus 20, 2025

Katedral Changchung, Bukti bahwa Katolik ada di Korea Utara

Katedral Changchung adalah katedral monir dari Keuskupan Katolik Roma di Pyongyang, Korea Utara, yang terletak di lingkungan Changchung di Songyo-guyok, Pyongyang. Ini adalah salah satu dari hanya empat tempat ibadah Kristen resmi di Pyongyang. Katedral ini beroperasi di bawah Asosiasi Katolik Korea.

Sebelum pembagian Korea, Pyongyang adalah kota dengan jumlah penganut Kristen tertinggi di Korea, dan dikenal sebagai “Yerusalem Korea”. Pada tahun 1945, hampir 1/6 warganya beragama Kristen. Oleh karena itu, Pyongyang dijadikan satu-satunya keuskupan di Korea Utara.

Namun, setelah pembagian Korea, pemerintah Kim Il-sung menganiaya orang-orang Kristen dan menuduh mereka sebagai kolaborator dan mata-mata imperialis; bahkan Nasionalis Kristen terkenal Cho Man-sik, yang awalnya lebih dekat dengan Kim, ditangkap dan ditembak. Sebagian besar komunitas Katolik dibunuh atau dipenjarakan, dan banyak lagi yang melarikan diri ke selatan.

Katedral Merah

Katedral Changchung aslinya dibangun dari bata merah pada akhir abad ke-19. Katedral ini sempat dihancurkan dalam Perang Korea oleh pasukan Amerika. Sebelumnya, pada tahun 1949, Uskup resmi Pyongyang yang terakhir, Mgr. Francis Hong Yong-ho, telah dipenjarakan oleh pemerintah komunis; dia kemudian menghilang.

Pada tahun 1988 sebuah katedral baru dibuka di Pyongyang Timur. Pada saat yang sama, dua gereja Protestan nondenominasi dibuka sebagai upaya pemerintah untuk menunjukkan kebebasan beragama.

Katedral ini dioperasikan oleh Asosiasi Katolik Korea dan tidak berafiliasi dengan Takhta Suci. Karena hubungan yang tegang dengan Tahta Suci, katedral ini kini tidak memiliki uskup atau bahkan imam yang ditahbiskan. Tidak ada imam yang menetap juga di sini. Misa yang dirayakan di sini umumnya dilayani oleh imam dari luar negeri.

Ada sebuah pabrik mie yang terkait dengan gereja yang menerima dukungan keuangan dari Keuskupan Agung Seoul dan umat Katolik Korea di Amerika Serikat.

Katedral Changchung

Sejarah Kekatolikan

Tidak mudah untuk mengerti apakah ada umaty Katolik di Korea Utara. Gereja Katolik di Korea Utara beberapa umat yang ada di bawah pengawasan Asosiasi Katolik Korea (gereja yang dikelola negara) yang didirikan pemerintah Korea Utara. Tentu, persekutuan ini tidak berada di bawah hierarki Katolik Roma.

Kumpulan umat yang paling menonjol adalah mereka yang berada di Pyongyang, yang sering mengadakan doa dan Misa di Katedral Changchung. Saat ini, ideologi negara praktis menggantikan iman Katolik. Saat ini pelayanan sakramen hanya diberikan kepada orang-orang dengan latar belakang keluarga Katolik.

Para misionaris Katolik pertama tiba pada tahun 1794, satu dekade setelah kembalinya Yi Sung-hun, seorang diplomat yang merupakan orang Korea pertama yang dibaptis di Beijing. Dia mendirikan gerakan Katolik awam di semenanjung itu. Namun, tulisan-tulisan Matteo Ricci, yang tinggal di istana kekaisaran di Beijing, mencatat bahwa kekristenan telah dibawa ke Korea dari Cina pada abad ke-17.

Cendekiawan Silhak tertarik pada doktrin Katolik, dan ini merupakan faktor kunci penyebaran iman Katolik pada tahun 1790-an. Sebuah studi tahun 1801 menemukan bahwa lebih dari separuh keluarga yang telah memeluk agama Katolik terkait dengan sekolah Silhak. Sebagian besar dari mereka lalu menolak untuk melakukan ritual leluhur Konfusianisme.

Sejumlah besar orang Kristen tinggal di bagian utara semenanjung di mana pengaruh Konfusianisme tidak sekuat di selatan. Sebelum 1948, Pyongyang adalah pusat Kristen yang penting. Saat itu, seperenam dari populasinya yang berjumlah sekitar 300.000 orang adalah pemeluk Kristen. Populasi keuskupan Pyongyang pada 1943 adalah 3.650.623, semuanya etnis Korea.

Asosiasi Katolik Korea didirikan pada 30 Juni 1988. Samuel Chang Jae-on telah menjadi presidennya sejak pendiriannya. Asosiasi tersebut menerbitkan katekismus dan buku doa pada tahun 1991. Kim Jong-il mengundang Paus Yohanes Paulus II ke Pyongyang setelah KTT antar-Korea tahun 2000, tetapi kunjungan itu gagal terwujud. Undangan serupa kepada Paus Fransiskus dibuat oleh Kim Jong-un setelah serangkaian KTT antar-Korea pada tahun 2018. (Antonius E. Sugiyanto)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini