Kamis, Agustus 7, 2025

Peringati 80 Tahun Tragedi Bom Atom, Paus Leo XIV Serukan Dunia Tinggalkan Ilusi Keamanan Nuklir

HIROSIMA, Pena Katolik – Dalam rangka memperingati 80 tahun tragedi bom atom di Hiroshima, Paus Leo XIV mengenang puluhan ribu jiwa yang gugur dan terluka pada 6 Agustus 1945. Ia juga mengingatkan dunia bahwa hanya dalam tiga hari lagi, umat manusia akan menandai satu lagi babak kelam: pengeboman kota Nagasaki.

Pada akhir Audiensi Umum hari Rabu, Bapa Suci menyampaikan solidaritasnya kepada para korban. “Saya menyampaikan doa bagi semua yang masih menderita akibat fisik, psikologis, dan sosial dari tragedi ini,” ungkapnya.

Paus menegaskan bahwa meski delapan dekade telah berlalu, peristiwa Hiroshima dan Nagasaki tetap menjadi peringatan universal atas kehancuran perang, khususnya senjata nuklir. Ia menyerukan dunia yang kini dilanda perpecahan dan kekerasan untuk meninggalkan ilusi keamanan yang dibangun atas ancaman saling menghancurkan, dan beralih pada keadilan, dialog terbuka, dan persaudaraan.

Seruan ini sejalan dengan pesan yang dikirimkan Paus kepada Uskup Hiroshima dalam Misa Perdamaian yang digelar di Taman Peringatan Perdamaian, tempat upacara tahunan digelar. Pada pukul 08.15 pagi—jam persis saat bom dijatuhkan—para peserta dari 120 negara mengheningkan cipta.

Kardinal Blase Cupich, Uskup Agung Chicago, memimpin Misa Perdamaian dalam ziarah bertajuk Pilgrimage of Peace. Dalam homilinya, ia menggambarkan kontras antara cahaya transfigurasi Kristus dan kilatan cahaya bom atom yang membawa kegelapan serta kematian. “Hari ini kita dihadapkan dengan kapasitas kehancuran yang berakar dari hati manusia,” ujarnya.

Paus Leo XIV dalam pesannya menekankan bahwa senjata nuklir bukan hanya menghina martabat manusia, tetapi juga mencederai harmoni ciptaan. Ia menyatakan hormat kepada para penyintas—hibakusha—yang kisah hidupnya merupakan panggilan moral untuk membangun dunia yang lebih aman dan damai.

Mengutip Paus Fransiskus, ia menegaskan, “Perang adalah kekalahan bagi umat manusia.” Perdamaian sejati, lanjutnya, hanya mungkin tercapai bila umat manusia berani meletakkan senjata, terlebih yang berpotensi menimbulkan bencana tak terbayangkan.

“Perayaan ini semoga menjadi panggilan bagi komunitas internasional untuk memperbarui komitmen mereka dalam mengejar perdamaian sejati bagi seluruh keluarga manusia—perdamaian yang tanpa senjata dan yang membawa pembaruan,” tutup Paus.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini