JAKARTA, Pena Katolik – Injil Sinoptik merupakan sebutan bagi tiga Injil pertama dalam Perjanjian Baru, yaitu Injil Matius, Markus, dan Lukas.
Ketiganya sering kali menuliskan kisah yang sama tentang kehidupan dan ajaran Yesus, meskipun dengan gaya penyampaian, panjang penulisan, dan sudut pandang yang berbeda. Namun, kemiripan dalam isi, urutan cerita, dan bahkan penggunaan kata-kata yang identik menunjukkan adanya hubungan erat di antara ketiganya.
Istilah “sinoptik” sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata “syn” yang berarti ‘bersama’, dan “opsis” yang berarti ‘melihat’. Gabungan kata ini menunjukkan bahwa isi dari ketiga Injil tersebut dapat dilihat berdampingan, karena banyaknya persamaan di antara mereka.
Upaya awal untuk menyusun dan memahami hubungan antar Injil ini sudah dimulai sejak abad ke-4 oleh Eusebius dari Kaisarea. Ia mengembangkan cara untuk menemukan teks-teks paralel di antara ketiga Injil tersebut.
Namun, pemahaman modern tentang hubungan antar Injil Sinoptik baru berkembang pada abad ke-18, ketika Johann Jakob Griesbach memperkenalkan pendekatan baru dalam studi Injil.
Salah satu hipotesis yang berkembang dari studi ini adalah bahwa Injil Matius dan Lukas mengambil referensi dari Injil Markus. Ini dikenal sebagai hipotesis Griesbach, yang juga berakar pada hipotesis Augustinian dari tradisi gereja awal.
Meski demikian, mayoritas teolog modern mendukung pandangan bahwa Injil Markus adalah yang pertama ditulis. Pendapat ini didasarkan pada analisis internal teks yang menunjukkan bahwa Markus menjadi sumber bagi Matius dan Lukas.
Lebih lanjut, untuk menjelaskan kemiripan yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan Injil Markus sebagai sumber, muncul Hipotesis Dua Sumber (Two-Source Hypothesis). Hipotesis ini menyatakan bahwa selain menggunakan Markus, penulis Matius dan Lukas juga menggunakan sebuah sumber tertulis lain yang disebut sebagai Sumber Q (Quelle, bahasa Jerman untuk ‘sumber’).
Hingga kini, Sumber Q tersebut belum pernah ditemukan atau disebut dalam naskah Kristen mana pun, membuat keberadaannya tetap menjadi perdebatan.
Burnett Hillman Streeter dalam bukunya The Four Gospels: A Study of Origins (1924), mengusulkan bahwa terdapat dua sumber tambahan lain yang digunakan masing-masing oleh Matius dan Lukas, yaitu Sumber M (materi khusus Matius) dan Sumber L (materi khusus Lukas). Gagasan ini dikenal sebagai Hipotesis Empat Dokumen (Four Document Hypothesis), dan menjadi salah satu teori penting dalam kajian sinoptik modern.
Dengan banyaknya teori dan pendekatan yang dikembangkan selama berabad-abad, studi tentang Injil Sinoptik tetap menjadi salah satu bidang paling menarik dan kompleks dalam teologi Perjanjian Baru, yang terus mendorong penelitian mendalam tentang asal usul dan hubungan antar Injil.