ROMA, Pena Katolik – Asal-usul pasti dari Medali Santo Benediktus memang sulit dipastikan. Berbagai simbol yang terukir di dalamnya, diyakini berasal dari sebuah biara Benediktin di abad ke-17. Salah satu sumber historis menyebut bahwa medali ini memiliki kaitan erat dengan perlindungan terhadap “kekuatan jahat”.
Menurut Dom Prosper Guéranger dalam bukunya The Medal or Cross of St. Benedict, pada tahun 1647 di Nattremberg, Bavaria, sekelompok penyihir mengaku tidak mampu melakukan praktik sihir mereka di sekitar Biara Metten. Penyelidikan kemudian menemukan bahwa tembok biara tersebut dipenuhi dengan gambar salib suci dan huruf-huruf tertentu yang kini terukir pada Medali Santo Benediktus.
Sebuah manuskrip kuno juga menggambarkan Santo Benediktus dalam jubah biarawan, memegang tongkat dengan ujung berbentuk salib—ciri khas yang kini tercermin dalam desain medali.
Medali Santo Benediktus sejak lama digunakan umat untuk memohon perlindungan dan perantaraan Santo Benediktus dalam melawan pengaruh jahat. Medali ini baru diperkenalkan secara resmi pada abad ke-18 dan mendapat pengesahan penuh pada abad ke-19
Tulisan-tulisan di sekeliling medali adalah doa-doa eksorsisme, antara lain:
Vade Retro Satan (V.R.S.): “Enyahlah, Setan!”
Non Suade Mihi Vana (N.S.M.V.): “Jangan goda aku dengan kesia-siaan!”
Sunt Mala Quae Libas (S.M.Q.L.): “Apa yang kau tawarkan adalah kejahatan.”
Ipse Venena Bibas (I.V.B.): “Minumlah racunmu sendiri!”
Medali ini bukanlah jimat, tetapi lambang iman dan doa. Gereja Katolik, dalam Katekismus No. 2117, menegaskan bahwa segala bentuk sihir atau takhayul bertentangan dengan kebajikan agama. Medali Santo Benediktus bukan alat sihir, tetapi pengingat akan kemenangan Kristus atas kejahatan dan komitmen umat untuk menolak segala bentuk kejahatan, seperti dalam janji baptis mereka.
Dengan sejarah panjang melawan kekuatan jahat, Medali Santo Benediktus tetap menjadi tanda iman yang kuat dan sumber penghiburan rohani bagi umat Katolik di seluruh dunia.