Rabu, Juli 9, 2025

Bacaan dan Renungan Senin 14 Juli 2025; Pekan Biasa ke-XV (Hijau)

Bacaan I – Kel. 1:8-14,22

Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf.

Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: “Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita.

Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan? jika terjadi peperangan?jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.”

Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses.

Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu.

Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.

Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: “Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah

Mzm. 124:1-3,4-6,7-8

  • Nyanyian ziarah Daud. Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ?biarlah Israel berkata demikian?
  • Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita, ketika manusia bangkit melawan kita, maka mereka telah menelan kita hidup-hidup, ketika amarah mereka menyala-nyala terhadap kita; maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita, maka telah mengalir melingkupi diri kita air yang meluap-luap itu.
  • Terpujilah TUHAN yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka! Jiwa kita terluput seperti burung dari jerat penangkap burung; jerat itu telah putus, dan kitapun terluput! Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.

Bacaan Injil – Mat. 10:34 – 11:1

“Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.

Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.

Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.

Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.

Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.” Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

***

Damai dan Kedatangan Yesus

Perkataan Yesus dalam Matius 10:34 seringkali mengejutkan kita: “Jangan kamu menyangka bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.” Apakah ini bertentangan dengan gambaran Yesus sebagai Raja Damai?

Sesungguhnya, Yesus tidak mengajarkan kekerasan, tetapi Ia mengingatkan bahwa Injil membawa konfrontasi dengan dunia. Ketika seseorang memilih Yesus sebagai pusat hidupnya, kadang ia harus berani berbeda, bahkan dari keluarganya sendiri. Kasih kepada Kristus menuntut keutamaan dibanding kasih kepada orang tua, anak, atau saudara. Ini bukan ajakan untuk memutuskan relasi, melainkan panggilan untuk mengutamakan kebenaran Injil meski menimbulkan ketegangan.

Mengikut Kristus berarti memikul salib—artinya, siap menderita, ditolak, bahkan dikhianati karena iman. Tapi Yesus tidak hanya menuntut, Ia juga berjanji: “Barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Ini adalah janji kehidupan sejati, kehidupan kekal bersama-Nya.

Kemudian dalam Matius 11:1, Yesus menyelesaikan pengajaran-Nya kepada murid-murid dan melanjutkan pelayanan-Nya. Ia tidak hanya mengajar dengan kata-kata, tetapi juga memberi teladan dengan tindakan. Sebagai murid-murid Kristus, kita pun dipanggil untuk tidak hanya mendengar, tetapi hidup dalam ketaatan dan kesetiaan, walaupun itu berarti menanggung ketidaknyamanan dan penderitaan.

Renungan ini mengajak kita bertanya: Apakah aku sudah mengutamakan Kristus di atas segalanya? Apakah aku bersedia menanggung risiko demi kebenaran Injil? Atau aku masih takut kehilangan kenyamanan, status sosial, atau penerimaan dari orang terdekat?

Marilah kita mohon rahmat keberanian untuk hidup sebagai murid sejati, yang tidak hanya mengikut Kristus saat nyaman, tetapi juga dalam penderitaan.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, Engkau datang bukan untuk membawa damai yang semu, tetapi kebenaran yang menyelamatkan. Berilah aku hati yang berani untuk mengikut Engkau, meski harus berhadapan dengan perpecahan atau penderitaan. Ajarku untuk lebih mengasihi-Mu daripada siapa pun di dunia ini. Teguhkan langkahku agar tidak goyah ketika salib datang menghampiri. Buatlah hidupku menjadi kesaksian kasih dan kebenaran-Mu. Semoga aku selalu setia mengikuti Engkau hingga akhir hidupku. Terima kasih atas pengajaran-Mu hari ini, ya Tuhan. Dalam nama-Mu yang kudus, aku berdoa. Amin.

***

Santo Fransiskus Solanus, Pengaku Iman

Fransiskus lahir di Montilla, Spanyol pada tahun 1549. Semenjak kecil ia tidak suka akan segala bentuk perselisihan. Bila terjadi perselisihan, ia selalu tampil sebagai pendamai. Ketika berusia 20 tahun, Fransiskus masuk Ordo Fransiskan di Montilla. Sebagai seorang pengikut Santo Fransiskus, ia berusaha meneladani semangat hidup Santo Fransiskus. Besar sekali perhatiannya kepada orang-orang sakit, sampai ia sendiri pun terjangkit penyakit menular yang membahayakan hidupnya.

Fransiskus Solanus kemudian diutus sebagai misionaris ke wilayah misi Amerika. Namun di tengah perjalanan, kapal yang ditumpanginya karam. Sesuai wataknya yang periang itu, Fransiskus tidak gentar menghadapi musibah itu. Ia bahkan dengan tenang meneguhkan semua penumpang, menghibur mereka dan berhasil mempermandikan mereka semua sebelum kapal itu ditelan samudra. Pada peristiwa itu ia bersama beberapa penumpang lainnya berhasil menyelamatkan diri dan mendarat di daratan Peru.

Di Peru ia mulai mewartakan Injil Kristus sambil melakukan perbuatan-perbuatan amal di antara penduduk baru. Ia dikenal luas sebagai pembawa damai bagi penduduk sekitar. Banyak sekali usahanya untuk memperbaiki hidup orang-orang Indian di Peru dan juga di Argentina, yang berhasil dipermandikannya. Ketika sekelompok orang Indian mencoba membunuh orang-orang Kristen pada waktu Pekan Suci, Fransiskus berhasil menggugah hati mereka hingga mereka menyerahkan diri untuk dipermandikan. Ketika ia berkhotbah melawan korupsi di Lima, seluruh penduduk kota itu panik dan takut akan akibat perbuatan busuk mereka. Uskup setempat terpaksa turun tangan untuk menentramkan mereka. Fransiskus meninggal pada tahun 1610.

Santo Kamilus de Lellis, Pengaku Iman

Kamilus lahir di Bocchionico, Italia Tengah pada tahun 1550. Pada masa remajanya, ia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda positif akan menjadi seorang Abdi Allah. Putra Pejabat militer ini terkenal nakal dan karena itu harus diawasi secara ketat oleh ayahnya setelah kematian ibunya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi tentara di Venesia. Tetapi tujuh tahun kemudian ia dipecat karena lekas naik darah dan suka berjudi. Setelah meninggalkan dinas militer, Kamilus semakin gemar saja berjudi, hingga berkali-kali ia jatuh miskin dan akhirnya menjadi pengemis. Pada tahun 1574, ia menjadi seorang pekerja bangunan di biara Kapusin Manfredonia. Disana ia bertobat lalu melamar menjadi seorang bruder Kapusin di biara itu. Namun ia ditolak karena luka parah pada kakinya sewaktu menjadi tentara.

Kamilus kemudian berangkat ke Roma untuk mencari pengobatan yang lebih baik untuk lukanya. Di sana ia bertemu dengan Santo Philipus Neri. Philipus menjadi bapa pengakuannya. Setelah beberapa lama, Kamilus diterima menjadi pasien di rumah sakit San Giacomo. Di rumah sakit ini, Kamilus kemudian menjadi seorang perawat. Ia ditugaskan untuk merawat orang-orang sakit yang tidak bisa terobati lagi. Kesabaran dan kesanggupannya untuk merawat orang ini menaikkan prestasinya. Oleh karena itu kemudian Kamilus diangkat menjadi Direktur rumah sakit itu.

Semangat pelayanannya kepada para pasien sungguh besar. Ia kemudian berkeputusan untuk membaktikan dirinya lagi bagi pelayanan orang-orang sakit. Kelalaian para perawat, bahkan imam-imam terhadap kepentingan orang-orang sakit mendorong dia semakin menekuni pelayanan terhadap orang-orang sakit. Atas nasehat Philipus Neri, Kamilus memutuskan untuk menjadi imam. Untuk itu ia giat belajar dan kemudian ditabhiskan menjadi imam pada tahun 1584 di Roma. Pada tahun itu juga ia mendirikan sebuah tarekat baru.

Tarekat Hamba Orang-orang Sakit, yang disebut juga Imam-Imam Kamilian. Anggota tarekat ini mengabdikan diri pada pelayanan orang-orang sakit. Dua tahun berikutnya kongregasi ini direstui olehSri Paus Sixtus V pada tahun 1586, dan pada tahun 1591 Paus Gregorius XIV meningkatkan statusnya menjadi sebuah ordo religius. Kamilus menjadi pemimpin pertama Ordo itu dan membangun biara-biara di Napoli dan kota-kota Italia lainnya. Kepada rekan-rekannya, ia menasehatkan: “Mengabdikan seikhlas-ikhlasnya hingga titik darah yang terakhir, karena Tuhan hadir secara paling nyata di dalam diri orang-orang sakit yang kita layani. Kita ditugaskan Tuhan untuk melayani Dia di dalam diri orang-orang sakit ini.”

Kamilius meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 1614 dalam usia 64 tahun. Jenazahnya dikuburkan di gereja Santa Magdalena di Roma. Banyak mukjizat dialami oleh orang-orang yang berdoa dengan perantaraannya. Kamilius dinyatakan sebagai ‘beato’ pada tahun 1742 dan digelari ‘santo’ oleh Paus Benediktus XIV pada tahun 1746. Ia dihormati sebagai santo pelindung orang-orang sakit, para perawat dan organisasi-organisasi kesehatan.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini