Paus Leo XIV pernah mengunjungi Papua pada tahun 2003, saat itu ia datang untuk mengunjungi karya Ordo St. Agustinus di tanah Papua. Sudah sejak lama, Ordo St. Agustinus memiliki karya di Papua.
Saat kunjungan itu, Pastor Robert Francis Prevost OSA menjabat sebagai Pior/Superior Jenderal OSA. Pastor Prevost berkunjung ke Sorong dalam rangka 50 tahun karya Ordo St. Agustinus di Papua pada tahun 2003. Ordo St. Agustinus sudah berkarya di Papua, khususnya di Keuskupan Manokwari-Sorong sejak 1953.
Ordo St. Agustinus di Papua membantu menata dan mendorong partisipasi umat yang semakin kuat dalam kehidupan menggereja. Kehadiran Pastor Prevost saat itu sebagai kunjungan dan bentuk syukur atas capaian setengah abad kehadiran Ordo OSA di Papua. Dalam kunjungan ke Papua ini, Pastor Prevost menyambangi Kota Sorong, Papua Barat Daya dan beberapa lokasi lain.

Melihat Papua Pedalaman
Pastor Markus Malar OSA menuturkan kesan pribadinya saat ia berjumpa dengan Pastor Prevost. Mantan Uskup Chiclayo, Peru ini merupakan sosok yang cerdas, sederhana, dan rendah hati.
“Kesan yang saya tangkap, ia pribadi yang hangat dan rendah hati,” ujar Pastor Markus Jumat 9 Mei 2025.
Sebagai pemimpin Ordo Agustinian, Pastor Prevost mengunjungi saudara-saudaranya seordo di Provisiat Ordo Agustinus Indonesia Papua. Karya Ordo Agustinian di Papua terutama ada di Keuskupan Manokwari-Sorong. Karya mereka selain dalam bidang parokial, juga dalam bidang sosial dan pendidikan. Di bidang pendidikan ini, Ordo St. Agustinus mengelola SMA Katolik Villanova, Manokwawi dan SMA YPPK Agustinus Sorong.
Di Papua, Pastor Prevost salah satunya membawakan materi ketika seminar sehari di Aula SMA YPPK Agustinus Sorong. Pastor Prevost sempat mengikuti misa di Gereja Katedral Kristus Raja, Sorong dam melawat ke Seminar Petrus Van Diepen di Aimas, Sorong.
Karya Ordo Agustinian di Papua juga mencakup beberapa paroki di pedalaman. Di lokasi ini, Pastor Prevost juga sempat menjejakkan kakinya yaitu di dua paroki: Paroki Santo Yosep Ayawasi di Kabupaten Maybrat dan paroki Santo Yosep Senopi di Kabupaten Tambrauw.
Di dua lokasi ini, Pastor Prevost bercengkrama dengan anak-anak yang bersekolah dan tinggal di Seminari Sorong.
Lokasi lain yang pernah ia kunjungi adalah Pastoran Paroki Yosep Senopi, Kabupaten Tambrauw.

Harapan dari Indonesia
Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo menjadi salah satu peserta konklaf yang akhirnya memilih Paus Leo XVI. Ia bercerita, konklaf ini berjalan sangat hangat, tidak ada yang berkampanye atau saling memengaruhi pilihan setiap kardinal.
“Beberapa kardinal berseloroh, pemilihan berlangsung cepat karena mereka tidak cocok dengan makanan yang disajikan di Kapel Sistina,” kenang Kardinal Suharyo.
Dalam refkelsinya, Kardinal Suharyo mengatakan bahwa semua berjalan sangat mulus, semua berjalan sungguh-sungguh atas daya kuasa Roh Kudus.
“Tidak ada kampanye, tidak ada gosip, tidak ada intrik, pasti tidak ada suap. Kalau ada, pasti saya menerima. Tidak ada permainan uang,” canda Kardinal Suhayo.
Setelah terpilih, Paus Leo XIV sempat berbincang dengan Kardinal Suharyo di Vatikan. Dalam kesempatan ini, Kardinal Suharyo menyampaikan rencana tahbisan uskup seorang Imam Ordo Agustinus (OSA) di Indonesia, Mgr. Bernardus Bofitwos Baru OSA.
Ketika mendengar hal ini, Paus Leo XIV sontak teringat akan saudara satu ordonya itu. Kabar ini pun sangat membahagoakan hati Paus Leo XIV. Paus Leo XIV teringat akan kunjungannya ke Indonesia dan Papua pada 2003 itu.
“Uskup Bernard Baru adalah pribadi yang sangat dekat dengan saya, kami sudah lama saling mengenal,” kata Paus Leo XIV kepada Kardinal Suharyo.
Kesan akan pribadi Paus Leo XIV juga disampaikan Romo Markus Solo SVD yang saat ini berkarya di Kantor Dialog Antaragama Vatikan. Paus Leo XIV sering berjalan pagi hari antara pkl 7:00 dan 7:30 dari Vatikan menuju biaranya Augustinianum yang terletak di samping Vatikan.
“Kami saling menyapa dari waktu ke waktu dari jarak jauh, tetapi tidak pernah berbicara satu sama lain.
Romo Markus berpendapat, Paus Leo XIV adalah pribadi yang sederhana, rendah hati, sosial dan berpihak pada kebenaran. Pikiran dan tindakan Paus Leo XIV menyangkut hal-hal gerejawi, beliau dikenal bersikap moderat dan terbuka terhadap dunia.
Romo Markus berpendapat, dengan nama Leo XIV, didapati kesan bahwa ia tetap berada pada garis dan haluan Paus Fransiskus sebelumnya namun dengan aksen-aksen baru.
“Beliau mengambil nama Paus Leo XIII (yang menjadi Paus pada awal abad ke-19) sebagai contoh orang yang berkomitmen pada isu-isu sosial (lih. ensiklik doktrin sosial “Rerum Novarum”).

Harapan dari Indonesia
Nunsius Apostolik untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo menyampaikan harapannya, bersama Paus Leo XIV, hubungan Vatikan dan Indonesia akan berlanjut terjalin baik demi mencapai perdamaian dunia.
“Terima kasih banyak atas perayaan yang indah ini yang telah berkontribusi sehingga kita memiliki paus yang baru. Marilah, kita bersyukur kepada Allah atas gembala Gereja Katolik yang baru,” katanya.
Pada saat Misa Inagurasi Paus Leo, Pemerintah Indonesia mengutus Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar dan Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi. Keduanya diutus Presiden Prabowo Subianto mewakili Pemerintah Indonesia turut mengikuti langsung misa pelantikan Paus Leo XIV di Alun-alun Santo Petrus, Vatikan. (AES)