Kamis, Juli 3, 2025

Bacaan dan Renungan Rabu 9 Juli 2025; Pekan Biasa ke-XIV (Hijau)

acaan Pertama Kejadian 41:55-57; 42:5-7a.17-24a

“Kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita.”

Sekali peristiwa seluruh negeri Mesir menderita kelaparan, dan rakyat berteriak meminta roti kepada Firaun. Maka berkatalah Firaun kepada semua orang Mesir, “Pergilah kepada Yusuf, perbuatlah apa yang akan dikatakannya kepadamu.”

Kelaparan itu melanda seluruh bumi. Maka Yusuf membuka semua lumbung dan menjual gandum kepada orang Mesir, sebab kelaparan itu makin hebat di tanah Mesir. Juga dari seluruh bumi datanglah orang ke Mesir untuk membeli gandum dari Yusuf, sebab kelaparan itu menghebat di seluruh bumi.

Di antara orang yang datang membeli gandum itu terdapatlah pula anak-anak Israel, sebab tanah Kanaan pun ditimpa kelaparan. Sementara itu Yusuf telah menjadi mangkubumi di negeri itu; dialah yang menjual gandum kepada seluruh rakyat negeri itu.

Maka ketika saudara-saudara Yusuf datang, kepadanyalah mereka menghadap, dan kepadanyalah mereka sujud dengan mukanya sampai ke tanah. Yusuf melihat saudara-saudaranya dan segera mengenal mereka.

Tetapi ia berlaku seolah-olah ia seorang asing bagi mereka. Dan dimasukkannyalah mereka semua ke dalam tahanan tiga hari lamanya. Pada hari ketiga berkatalah Yusuf kepada mereka, “Buatlah begini, maka kalian akan tetap hidup, sebab aku takut akan Allah.

Jika kalian orang jujur, biarkanlah seorang saudaramu tetap tinggal terkurung dalam rumah tahanan, tetapi kalian boleh pulang dengan membawa gandum untuk meredakan kelaparan seisi rumah.

Tetapi saudaramu yang bungsu harus kalian bawa kepadaku sebagai tanda bukti bahwa perkataanmu benar. Kalau begitu kalian tidak akan mati.” Demikianlah diperbuat mereka.

Mereka berkata seorang kepada yang lain, “Betul-betul kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita Yusuf! Bukankah kita melihat betapa besar kesesakan hatinya ketika ia memohon belas kasih kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya! Itulah sebabnya kesesakan ini menimpa diri kita.”

Lalu Ruben menjawab mereka, “Bukankah dahulu kukatakan kepadamu, ‘Janganlah kamu berbuat dosa terhadap anak itu!’ Tetapi kamu tidak mendengarkan perkataanku. Sekarang darahnya dituntut dari pada kita.”

Tetapi mereka tidak tahu, bahwa Yusuf mengerti perkataan mereka, sebab mereka memakai juru bicara. Maka Yusuf mengundurkan diri dari mereka, lalu menangis. Kemudian ia kembali kepada mereka.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm. 33:2-3.10-11.18-19

Ref. Semoga kasih setia-Mu menyertai kami, ya Tuhan, sebab kami berharap kepada-Mu.

  • Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali! Nyanyikanlah bagi-Nya lagu yang baru; petiklah kecapi baik-baik mengiringi sorak-sorai!
  • Tuhan menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa. Tetapi rencana Tuhan tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun temurun.
  • Sungguh, mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takwa, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya; Ia hendak melepaskan jiwa mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.

Bait Pengantar Injil Markus 1:15

Ref. Alleluya.

Kerajaan Allah sudah dekat; bertobatlah dan percayalah kepada Injil. Alleluya.

Bacaan Injil Matius 10:1-7

“Pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel!”

Pada suatu hari Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi mereka kuasa untuk mengusir roh-roh jahat dan melenyapkan segala penyakit serta segala kelemahan. Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas, saudaranya; Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes, saudaranya; Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius, pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus.

Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus, dan Ia berpesan kepada mereka, “Janganlah kalian menyimpang ke jalan bangsa lain, atau masuk ke dalam kota Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan wartakanlah, ‘Kerajaan Surga sudah dekat’.”

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

***

Mengikuti Yesus

Kisah dalam Injil hari ini berlatar belakang pada kenyataan bahwa jumlah orang yang mengikuti Tuhan Yesus dan yang gemar mendengarkan ajaranNya makin bertambah banyak.

Selain itu jenis orang yang menatikan pelayananNya juga makin bervariasi. Ada yang mencariNya untuk mendengarkan sabdaNya, mencari kesembuhan dari berbagai penyakit atau pelepasan dari kuasa roh jahat.

Ada pula yang mungkin hanya ikut-ikutan. Dimata Tuhan Yesus, orang-orang itu ibaratnya domba-domba yang terlantar tanpa gembala (bdk. Mat 9:36). Karena situasi dan tuntutan pelayanan tersebut, Tuhan Yesus memilih 12 orang sebagai muridNya, yang diharapkan akan melanjutkan karya-karyaNya.

Bila kita mencita-citakan sebuah karya pelayanan akan terus hidup, maju dan makin besar, kita tidak boleh terlambat menyiapkan kader-kader untuk menopang dan menjamin karya tersebut di masa depan.

Tuhan selalu menghendaki lebih banyak orang yang akan dilibatkan, dipersiapkan bekerjasama untuk melanjutkan karya-karyaNya di dunia.

Sejak menerima baptis dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, kita telah diangkat Yesus menjadi rasulNya. Pada akhir perayaan Ekaristi, kita semua mendapat tugas dari Gereja, diutus membawa damai dan mewartakan Kabar Gembira.

Di zaman sekarang tugas perutusan sebenarnya jauh lebih mudah kita laksanakan dibanding zaman 12 rasul. Kalau dulu mereka harus mendatangi satu demi satu domba yang hilang, sekarang dengan alat-alat komunikasi modern (telepon, handphon, internet) kita bisa menyapa mereka dari jarak jauh. Sebagai sarana pewartaan, alat-alat komunikasi itu sangat membantu tugas perutusan kita.

Pertanyaannya, pernahkah kita memanfaatkan secara maksimal alat-alat itu untuk mewartakan Kerajaan Sorga? Jangan-jangan malah cuma kita gunakan untuk menyebarkan isu, urusan bisnis, ngerumpi dan omong kosong tak bernilai.

Doa Penutup

Allah Bapa Raja Damai, semua yang haus akan keadilan dan kedamaian Kausinari cahaya pengharapan dalam diri Yesus Putra-Mu terkasih. Perkenankanlah pula kami menjadi saksi warta sukacita itu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

Sumber https://www.renunganhariankatolik.web.id/

***

Santo Veronika dari Binasko, Perawan

Veronica adalah seorang gadis desa dan anak petani sederhana di sebuah desa dekat kota Milano. Ia mempunyai bakat dan bawaan yang luar biasa untuk mengerjakan segala macam pekerjaan, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang dianggap tak berarti. Tugas-tugas yang diserahkan kepadanya selalu diselesaikannya dengan baik dan penuh tanggung jawab.

Ia memang tidak tahu membaca dan menulis namun terbuka kepada Allah dan kokoh imannya. Hal ini membuat dia disenangi orang. Hal itu pulalah yang menghantar dia ke pintu gerbang hidup membiara. Gadis desa ini kemudian menjadi suster di biara Santa Martha di kota Milano.

Badannya yang kurang sehat karena ia sering sakit. Meskipun demikian ia tetap rajin melaksanakan setiap tugas yang dibebankan pimpinan kepadanya. Kehidupan rohaninya pun tetap dipeliharanya dengan doa dan Kurban Misa setiap hari. Semboyan hidupnya sederhana: “Saya akan terus bekerja selama saya masih sanggup dan selama masih ada waktu.” Cita-citanya yang luhur untuk mengabdi Tuhan dan sesama setulusnya, mendorong dia untuk melakukan setiap pekerjaan dengan ujud yang murni. Ia tampak sabar dan tabah serta ramah kepada rekan-rekannya.

Kebiasaannya merenungkan sengsara Kristus memberi dia enghiburan dalam semua pengalamannya yang pahit. Akhirnya ia meninggal dunia dengan tenang pada tahun 1497.

Santo Adrian Fortoscue, Martir

Adrian lahir pada tahun 1476. Beliau adalah seorang perwira ordo Malta dan keponakan istri kedua Henry VIII. Karena tidak mengakui Raja Henry VIII sebagai kepala Gereja di Inggris, ia dipenggal di Tower, London pada tahun 1539.

Kesembilanbelas Martir kota Gorkum

Pada tanggal 26 Juni 1572 kota Gorkum jatuh ke tangan para bajak laut Belanda yang beragama Protestan. Penduduk memang mendapat jaminan keselamatan dan keamanan hidupnya, namun para imam dan biarawan tahu dan insyaf bahwa meraka akan mengalami banyak hambatan dalam karyanya, bahkan terancam juga hidup mereka. Untuk itu mereka seyogianya bersedia dan menanggung segala akibat buruk dari pendudukan itu. Mereka menyiapkan batin dengan mengaku dosa-dosanya dan menerima Komuni Kudus. Betullah dugaan mereka.

Para bajak laut itu segera menangkap dan memenjarakan mereka. Selama delapan hari mereka diadili dan disiksa. Di antara mereka terdapat dua orang Pastor Gorkum, yakni Pater Leonardus Vechel dan Pater Nikolas Poppel. Bersama mereka ada juga 9 orang imam dan 2 orang bruder Ordo Saudara-saudara Dina Santo Fransiskus, di bawah pimpinan Pater Nikolas Pieck. Beberapa hari kemudian ditangkap lagi Pastor Joanes, seorang imam Dominikan disebuah desa tak jauh dari Gorkum, seorang imam dan dua orang bruder Tarekat Santo Norbertus.

Pada tanggal 6 Juli para rohaniwan itu dibawa dengan kapal ke kota Brielle. Sepanjang perjalanan mereka terus disiksa dan tidak diberi makan. Keesokan harinya kapal itu berlabuh di pelabuhan Brielle. Lumey, kepala komplotan bajak laut itu datang menjemput mereka di pelabuhan. Mereka diolok-olok dan diarak menuju tiang gantungan yang sudah disiapkan di pasar. Mereka ditanyai perihal ketaatannya kepada Sri Paus di Roma dan imannya akan kehadiran Kristus di dalam Sakramen MahaKudus. Atas pertanyaan Lumey, soerang Bruder Fransiskan dengan tegas menjawab: “Saya meyakini semua yang diajarkan Gereja Katolik dan dipercayai oleh pemimpin biaraku.”

Pater Nikolas Pieck, pemimpin biara Fransiskan itu dibebaskan karena keseganan para bajak laut itu terhadapnya. Tetapi Pater Nikolas sendiri tidak tega hati membiarkan rekan-rekannya disiksa. Ia menolak meninggalkan saudara-saudaranya sendirian menanggung penderitaan karena imannya. Lumey membujuk mereka untuk meninggalkan imannya dan menyangkal kepemimpinan Sri Paus atas Gereja. Namun usahanya ini sia-sia saja. Para martir itu dengan gigih mempertahankan imannya dan rela mati demi imannya.

Lumey yang sudah hilang kesabarannya itu segera memerintahkan anak buahnya untuk menggantung para martir itu ditiang gantungan. Seorang imam tua yang sudah berusia 70 tahun mendapat giliran terakhir. Para penjahat itu bimbang dan bermaksud melepaskan imam tua itu. Tetapi imam tua itu dengan senang hati menyerahkan diri untuk digantung agar dapat mati bersama saudara-saudaranya yang lain.

Demikianlah kesembilanbelas martir itu menjadi korban kebencian kaum Protestan Calvinis Belanda pada tanggal 9 Juli 1672, karena imannya akan kehadiran Kristus dalam Sakramen MahaKudus dan kesetiannya kepada Sri Paus di Roma sebagai pemimpin Gereja.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini