LANCIANO, Pena Katolik – Pada abad ke-8, seorang imam di Biara Basilian, yang didedikasikan untuk St. Longinus, di Lanciano, Italia, ragu apakah benar, hosti dan anggur yang dikonsekrasi selama Misa, adalah bentuk kehadiran tubuh dan darah Kristus. Ia sering bertanya hal ini, setiap kali merayakan Misa, apakah ajaran tentang “Tubuh dan Darah Kristus” dalam ekaristi ini nyata.
Suatu hari, setelah konsekrasi dalam Misa, hosti berubah menjadi “daging” yang hidup dan anggur berubah menjadi “darah” yang hidup, yang menggumpal menjadi lima gumpalan. Daging dan darah tersebut masih dapat dilihat hingga saat ini.
Mukjizat ini seakan menjadi konfirmasi akan kehadiran nyata “Tubuh dan Darah” Kristus dalam ekaristi.
Data Sejarah
Laporan pertama tentang peristiwa itu diketahui bersal dari tahun 1574. Namun, laporn itu tidak menyebutkan tahun pasti terjadinya peristiwa ini. Beberapa penelitian selanjutnya percaya, bahwa peristiwa ini terjadi delapan abad lebih awal, antara tahun 730 dan 750.
Saat itu, Kaisar Bizantium Leo III dari Isauria, yang memerintah dari tahun 717 hingga 741. Ia menerapkan kebijakan ketat terhadap gambar-gambar keagamaan, dengan mengeluarkan dekrit pada tahun 730, yang memerintahkan penghancurannya. Mosaik dan lukisan dinding dihancurkan dengan palu, ikon-ikon dilemparkan ke dalam api, dan beberapa pendeta Yunani dibunuh.
Akibatnya, banyak orang religius, termasuk banyak pendeta Basilian, mengungsi ke Italia. Latar belakang sejarah ini yang menjelaskan mengapa ada biara Basilian di Italia.
Saat mukjizat itu terjadi, Kota Lanciano, Italia, saat itu dikenal sebagai Kota Anxanum. Sekitar tahun 700-an, seorang Imam Basilian ditugaskan untuk merayakan Misa di biara St. Longinus. Ia merayakan Misa dalam Ritus Romawi dan menggunakan roti tak beragi, biarawan itu meragukan doktrin Katolik tentang kehadiran nyata.
Selama Misa, ketika ia mengucapkan Kata-kata Konsekrasi (“Ini tubuhku. Ini darahku”), imam itu melihat roti berubah menjadi daging hidup dan anggur berubah menjadi darah, yang menggumpal menjadi lima gumpalan, dengan bentuk dan ukuran yang berbeda.
Karena tidak ada sumber dari masa awal terjadinya mukjizat itu, maka tidak ada nama yang tercatat dari peristiwa tersebut yang diketahui. Namun, kesimpulan kemudian diambil, bahwa imam itu pastilah seorang imam dari ritus Bizantium dan seorang biarawan Basilian.

Perjalanan Merawat Relikui
Para biarawan Basilian konon menyimpan unsur-unsur Ekaristi itu sampai mereka meninggalkan Lanciano pada tahun 1175. Mereka digantikan oleh para biarawan Benediktin pada tahun 1176.
Relikui tersebut ditempatkan di lokasi yang berbeda di dalam Gereja St. Fransiskus di Lanciano. Relikui itu disimpan di Kapel Valsecca dari tahun 1636 sampai tahun 1902 ketika dipindahkan ke altar baru.
Pada tahun 2012, relikui mukjizat ini disimpan di Gereja St. Fransiskus di Lanciano. Pada tahun 2004, Paus Yohanes Paulus II mengenang kunjungannya ke relikui tersebut saat menjadi kardinal. Relikui ini dipajang dalam monstran perak dan kaca yang dibuat di Naples pada tahun 1713.

Pelbagai Penelitian
Penelitian terhadap relikui ini pertama kali dilakukan tahun 1574 oleh Uskup Montemarano, Mgr. Gaspare Rodriguez OFM. Dar penelitian ini, ditemukan bahwa berat setiap gumpalan darah, sama dengan berat total kelima gumpalan tersebut. “Temuan supranatural” ini memiliki makna teologis: Setiap tetes anggur yang disucikan mengandung keseluruhan substansi darah Yesus yang lengkap dan tak terpisahkan.
Pada bulan November 1970, para biarawan Fransiskan di Lanciano, yang menjaga relik tersebut, memutuskan, dengan izin dari Vatikan, untuk melakukan analisis medis-ilmiah terhadap relik tersebut. Penelitian ini dibuat atas permintaan Uskup Agung Lanciano, Mgr. Pacifico Maria Luigi Perantoni OFM, dan Superior Provinsi Ordo Saudara Dina Konventual wilayah Abruzzo, Pastor Bruno Luciani OFMConv.
Tugas untuk meneliti diserahkan kepada Odoardo Linoli, kepala laboratorium analisis klinis dan anatomi patologis rumah sakit Arezzo, yang juga dosen profesor anatomi, histologi, kimia, dan mikroskopi klinis. Ia dibantu Ruggero Bertelli, ahli anatomi di Universitas Siena. Studi histologis dan mikrokimia mengungkapkan bahwa relikui tersebut adalah jaringan otot jantung manusia. Penelitian dilakukan sekali lagi pada tahun 1981.
Mereka menyimpulkan bahwa daging itu adalah jaringan jantung yang mengandung arteriol, vena, dan serabut saraf. Golongan darah (bersama dengan semua mukjizat Ekaristi yang disetujui lainnya) ditemukan bergolongan AB.
Tak sampai di situ, Dewan Tinggi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjuk komisi ilmiah untuk memverifikasi kesimpulan dokter Italia tersebut. Pekerjaan tersebut dilakukan selama 15 bulan dengan total 500 pemeriksaan. Sekalilagi, penelitian itu mengonfirmasi ketidakmampuan sains untuk menjelaskan fenomena tersebut.
Pembuktian Ilmiah?
Hasil analisis ini dapat dijabarkan secara singkat sebagai berikut: pertama, “Daging” itu adalah daging yang nyata dan “Darah” itu adalah darah yang nyata. Setelah diteliti, keduanya adalah milik spesies manusia.
Kedua, “Daging” ituadalah bagian dari jaringan otot jantung. Di mana dalam “Daging” itu terdapat bagian-bagian berikut: miokardium, endokardium, saraf vagus, dan juga ventrikel kiri jantung karena ketebalan miokardium yang besar. “Daging” itu adalah “HATI” yang lengkap dalam struktur esensialnya.
Ketiga, “Daging dan Darah” memiliki golongan darah yang sama: AB (golongan darah yang identik dengan Kain Kafan Suci Turin). Dalam Darah ditemukan protein dalam proporsi normal yang sama (berdasarkan persentase) seperti yang ditemukan dalam susunan sero-protein darah normal yang segar dari manusia. Dalam Darah juga ditemukan mineral-mineral berikut: klorida, fosfor, magnesium, kalium, natrium, dan kalsium.
Keempat, “Daging dan Darah” mengalami pengawetan terus menerus. Di mana bentuknya tidak pernah berubah selama 12 abad meskipun terpapar agen atmosfer dan biologis. Temuan ini menjadi fenomena yang luar biasa di mana ilmu pengetahuan tidak dapat menjelaskannya.