Kamis, Juni 26, 2025

Bacaan dan Renungan Rabu 2 Juli 2025; Pekan Biasa ke-XIII (Hijau)

caan I – Kejadian 21:5.8-20

“Ismael tak mungkin menjadi ahli waris bersama dengan anakku Ishak.”

Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya lahir baginya. Ketika Ishak bertambah besar, pada hari ia disapih, Abraham mengadakan perjamuan besar. Pada waktu itu Sara melihat, bahwa Ismael, anak yang dilahirkan Hagar, wanita Mesir itu, bagi Abraham sedang main dengan Ishak, anak kandungnya.

Berkatalah Sara kepada Abraham, “Usirlah hamba wanita itu beserta anaknya, sebab anaknya itu tidak akan menjadi ahli waris bersama-sama dengan anakku Ishak.” Hal ini sangat menyebalkan hati Abraham oleh karena anaknya itu.

Tetapi Allah bersabda kepada Abraham, “Janganlah sebal hatimu karena anak dan budakmu itu. Segala yang dikatakan Sara itu haruslah engkau dengarkan, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.

Tetapi keturunan dari hambamu itu pun akan Kujadikan suatu bangsa, karena ia pun anakmu.” Keesokan harinya pagi-pagi Abraham mengambil roti serta sekirbat air dan memberikannya kepada Hagar.

Ia meletakkan semua itu beserta anaknya di atas bahu Hagar, dan menyuruhnya pergi. Maka pergilah Hagar dan mengembara di padang gurun Bersyeba. Ketika air di kirbat itu habis, dibuangnyalah anaknya ke bawah semak-semak, dan ia duduk agak jauh, kira-kira sepemanah jauhnya, katanya, “Aku tidak tahan melihat anakku mati.”

Sedang ia duduk di situ, menangislah anaknya dengan suara nyaring. Allah mendengar suara anak itu, lalu malaikat Allah berseru dari langit kepada Hagar, katanya, “Apakah yang engkau susahkan, Hagar? Janganlah takut, sebab Allah telah mendengar suara anakmu dari tempat ia terbaring. Bangunlah, angkatlah anakmu itu, dan bimbinglah dia, sebab Aku akan menjadikan dia bangsa yang besar.”

Lalu Allah membuka mata Hagar, sehingga ia melihat sebuah sumur. Ia pergi mengisi kirbatnya dengan air, dan anaknya ia beri minum. Allah menyertai Ismael, sehingga ia bertambah besar. Ia menetap di padang gurun dan menjadi seorang pemanah.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Syukur Kepada Allah.

Mazmur Tanggapan Mzm. 34:7-8.10-11.12-13

Ref. Orang tertindas itu berseru, dan Tuhan mendengarkannya.

  • Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya. Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takwa, lalu meluputkan mereka.
  • Takutlah akan Tuhan, hai orang-orangnya yang kudus, sebab orang yang takut akan Dia tak berkekurangan. Singa-singa muda merasa kelaparan, tetapi orang-orang yang mencari Tuhan tidak kekurangan suatu pun.
  • Marilah anak-anak, dengarkanlah aku, takut akan Tuhan akan kuajarkan kepadamu! Siapakah yang menyukai hidup? Siapakah yang mengingini umur panjang untuk menikmati yang baik?

Bait Pengantar Injil Yakobus 1:18

Ref. Alleluya, alleluya.

Atas kehendak-Nya sendiri Allah telah menciptakan kita dengan kebenaran, agar kita menjadi yang pertama dari ciptaan-Nya.

Bacaan Injil Matius 8:28-34

“Adakah Engkau kemari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?”

Pada suatu hari Yesus menyeberang danau Genesaret dan tiba di daerah orang Gadara. Maka datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan, menemui Dia. Mereka itu sangat berbahaya, sehingga tak seorang pun berani melalui jalan itu. Dan mereka itu pun berteriak, katanya, “Apakah urusan-Mu dengan kami, hai Anak Allah? Adakah Engkau datang kemari untuk menyiksa kami sebelum waktunya?” Tidak jauh dari mereka itu ada sejumlah besar babi sedang mencari makan.

Maka setan-setan itu minta kepada Yesus, katanya, “Jika Engkau mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu.” Maka Yesus berkata kepada mereka, “Pergilah!” Lalu keluarlah mereka dan masuk ke dalam babi-babi itu.

Maka terjunlah seluruh kawanan babi itu dari tepi jurang ke dalam danau, dan mati di dalam air. Para penjaga babi lari, dan setibanya di kota mereka menceritakan segala sesuatu, juga tentang dua orang yang kerasukan itu.

Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah berjumpa dengan Dia, mereka mendesak supaya Ia meninggalkan daerah mereka.

Demikianlah Sabda Tuhan.

U. Terpujilah Kristus.

***

Dalam perikop ini, Yesus tiba di daerah Gadara dan langsung berhadapan dengan dua orang yang kerasukan roh jahat. Mereka sangat berbahaya, hingga orang-orang tidak berani melewati jalan itu. Namun kehadiran Yesus membuat setan gemetar. Mereka berseru, “Apa urusan-Mu dengan kami, Anak Allah?” dan memohon agar diizinkan masuk ke dalam kawanan babi.

Yesus tidak hanya mengusir setan, tetapi juga menunjukkan kuasa-Nya atas segala kuasa kegelapan. Dengan satu kata—“Pergilah!”—Ia membebaskan kedua orang itu dari penderitaan. Namun yang menarik adalah reaksi orang-orang di kota setelah melihat mukjizat ini: bukannya bersyukur atau bersukacita, mereka malah memohon agar Yesus meninggalkan daerah mereka.

Mengapa? Karena kawanan babi itu, yang menjadi mata pencaharian mereka, telah binasa. Mereka lebih mementingkan kerugian materi daripada keselamatan jiwa dua orang yang telah lama menderita. Inilah cerminan hati manusia yang sering kali lebih memilih kenyamanan duniawi daripada kehadiran Tuhan yang bisa mengguncang hidup kita.

Perikop ini mengajak kita untuk bertanya pada diri sendiri: apakah kita sungguh siap menerima Yesus dalam hidup kita, bahkan jika kehadiran-Nya menuntut perubahan atau pengorbanan? Ataukah kita, seperti orang-orang di Gadara, lebih memilih “Yesus yang jauh” demi mempertahankan zona nyaman kita?

Yesus tidak memaksa diri-Nya untuk tinggal. Ia menghormati pilihan manusia. Tetapi, kita rugi besar jika menolak kehadiran-Nya hanya karena takut kehilangan hal-hal duniawi.

Mari kita renungkan: adakah bagian dari hidup kita yang “kerasukan”—entah oleh ego, kebiasaan buruk, amarah, atau cinta akan harta—yang perlu diserahkan pada Yesus agar Ia membebaskan kita?

Yesus tetap datang hari ini, bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menyelamatkan. Jangan usir Dia. Terimalah Dia, dan biarlah hidup kita dibebaskan, diubah, dan dipenuhi damai.

Doa Penutup

Tuhan Yesus, Engkaulah Sang Pembebas sejati. Kami datang kepada-Mu dengan segala kelemahan dan belenggu hidup kami. Bebaskanlah kami dari roh-roh jahat yang tersembunyi—keserakahan, kesombongan, kebencian, dan ketakutan. Ampunilah kami jika kami lebih mementingkan harta daripada hadirat-Mu. Berilah kami hati yang terbuka untuk menerima-Mu, meski itu berarti harus berubah dan melepaskan kenyamanan dunia. Jadilah Tuhan yang berkuasa dalam hidup kami. Kami percaya, bersama-Mu, hidup kami akan dipulihkan. Datanglah, Tuhan, tinggallah bersama kami, sekarang dan selamanya. Amin.

***

Santo Bernardinus Realino, Pengaku Iman

Bernardinus lahir di Carpi, lembah sungai Po, Italia Utara pada tahun 1530. Setelah belajar ilmu kedokteran dan hukum, ia berturut-turut diangkat sebagai walikota di Fellizano, jaksa di Aleksandria dan sekretaris kedutaan Napoli.

Setelah Kloside, istrinya meninggal dunia, ia berkenalan dengan Serikat Yesus di Napoli. Perkenalan itu berawal dari khotbah-khotbah seorang imam Yesuit yang diikutinya dengan rajin. Khotbah-khotbah ini sungguh menarik sehingga ia memutuskan untuk lebih memperhatikan kehidupan rohaninya. Keputusan ini semakin diperkuat oleh penampakan istrinya sebanyak tiga kali dengan pesan supaya ia meninggalkan karier duniawinya. Pesan istrinya itupun kemudian dikuatkan lagi oleh penampakan Bunda Maria padanya.

Terdorong oleh hal-hal diatas, Bernardinus memutuskan untuk mengajukan permohonan untuk menjadi anggota Serikat Yesus. Permohonannya diterima dan setelah mengikuti suatu pendidikan khusus, Bernardinus ditabhiskan menjadi imam. Selama beberapa tahun ia bekerja di Napoli. Sifatnya yang sopan dan ramah, penuh cinta dan pengertian kepada umatnya menyebabkan dia sangat dicintai oleh umat Napoli. Umat dengan berat hati melepaskan dia ketika dia dipindahkan ke Lecce, Propinsi Apulia, untuk mendirikan sebuah Kolose. Di Kolose Yesuit ini, Bernardius memberi kuliah filsafat dan teologi. Hingga akhir hidupnya dalam masa kerja selama 42 tahun, Bernardius menetap di Lecce.

Sebagaimana di Napoli, di Lecce pun Bernardinus sungguh dicintai. Ia menampilkan diri sebagai seorang pewarta iman yang tangguh, pengkhotbah ulung, pembimbing rohani dan bapa pengakuan yang disenangi umat. Kemasyuran namanya bukan saja karena gaya kepemimpinannya yang penuh kesabaran, pengertian dan cinta, tetapi juga lebih-lebih karena kesalehan hidupnya dan mukzijat-mukzijat penyembuhan yang dilakukannya.

Bernardinus sangat akrab dengan anak-anak dan muda-mudi. Ia menjadi penolong dan penghibur yang tidak kenal lelah bagi orang-orang yang malang. Ketika ajalnya mendekat, walikota Lecce mengumpulkan semua pembantunya dan pemimpin-pemimpin masyarakat setempat untuk berdoa bagi keselamatan jiwa Bernardinus. Kepada mereka ia berkata: “Kota kita telah diberkati Allah dengan satu anugerah istimewa, yakni pater Bernardinus Realino. Beliau telah mengabdi kota ini selama 40 tahun dan telah melakukan banyak hal dengan hidupnya yang suci, karunia-karunia dan berbagai mukzijat. Setiap orang dari kota ini, juga mereka yang berasal dari kota lain telah menikmati sedikit kebaikan hati Pater Bernardinus. Oleh karena itu saya mengusulkan agar Pastor Bernardinus diangkat sebagai pelindung kota Lecce.”

Ketika tiba saat terakhir hidupnya, Bernardinus berkata kepada para pemimpin masyarkat: “Dari surga kediamanku yang abadi, Aku akan selalu melindungi kota Lecce dan seluruh umat.” Bernardinus Realino meninggal dunia pada tanggal 2 Juli 1616.

Santo Fransiskus di Girolamo, Imam

Imam Yesuit ini lahir pada tahun 1642. Ia berkarya sebagai pengkhotbah di sekitar Napoli, Italia. Ia rajin mengunjungi penjara dan mencari orang di tempat-tempat pelacuran dan gang-gang gelap untuk dibina menjadi manusia berguna bagi masyarakat. Khotbah-khotbahnya sungguh menarik dan karenanya ia banyak mentobatkan orang-orang berdosa. Ia pernah mentobatkan seorang wanita yang membunuh ayahnya dan kemudian melarikan diri ke luar negeri menjadi tentara. Fransiskus meninggal dunia pada tahun 1716.

Santo Yohanes Fransiskus Regis, Imam

Yohanes Fransiskus Regis lahir di Fontcourverte, wilayah keuskupan Norbonne, Prancis pada tahun 1579. Ia dididik di Kolose Beziers, milik Serikat Yesus. Pada tahun 1615, ketika berumur 18 tahun, ia masuk Serikat Yesus. Setelah mendapat pendidikan intensif di dalam tarekat itu, ia ditabhiskan menjadi imam pada tahun 1631.

Awal kariernya sebagai imam dimulainya di Languedoc. Wilayah kerja ini tergolong sulit, baik geografiknya maupun penduduknya. Keadaan geografisnya bergunung-gunung, baik di Prancis Tenggara maupun di perbatasan Swiss. Sedangkan penduduknya masih buta huruf, kurang beradab dan kasar tingkah lakunya. Banyak tantangan yang dihadapinya dalam karya pelayanan umat.

Meskipun demikian, Yohanes yang ramah, sopan dan lembut hati ini sungguh kuat pendiriannya dan pantang mundur dalam menghadapi semua kesulitan ini. Ia dengan penuh semangat naik-turun gunung untuk mengajar agama dan melayani Sakramen-sakramen demi membawa mereka kembali kepada Kristus. Pada musim panas, ia bekerja di kota, mengunjungi rumah-rumah sakit dan penjara-penjara. Disana ia mengajar, berkhotbah dan mendengarkan pengakuan. Ia membantu siapa saja yang datang kepadanya meminta bantuan.

Kesuksesannya di Montpellier dan Sommiers mendorong Uskup de la Baume dari Viviers memanfaatkan Yohanes sebaik-baiknya guna melayani umat. Yohanes bekerja keras selama lima tahun di wilayah itu untuk membawa kembali umat kepada penghayatan iman yang benar. Ia berhasil menobatkan sejumlah besar penganut agama Protestan.

Empat tahun terakhir hidupnya, Yohanes tinggal di Velay. Disana ia mendirikan sebuah perkumpulan yang giat dalam karya sosial untuk membantu para miskin. Ia meninggal dunia pada tahun 1640 di La Louvesc.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini