VATIKAN, Pena Katolik – Paus Leo XIV pada hari Minggu secara resmi memulai pelayanannya sebagai kepala dari 1,4 miliar anggota Gereja Katolik universal. Sekitar 150.000 umat menghadiri Misa di Lapangan Santo Petrus.
Dari Indonesia, Presiden Prabowo mengutus Menko Pemberdayaan Masyrakat Muhaimin Iskandar dan Menteri Koperasi dan UKM, Budie Ari Setiadi. Sementara itu Mgr. Antonius Subianto Bunjami OSC juga hadir dalam Misa ini mewakili Konferensi Waligereja Indonesia.
Kesatuan Gereja
Misa Inagurasi ini menandai awal kepausan Leo XIV yang kini berusia 69 tahun dan terpilih pada tanggal 8 Mei lalu.
Paus Leo XIV menunjukkan keinginannya untuk kolegialitas sejak saat pertamanya sebagai paus. Ia berbicara tentang berjalan bersama sebagai Gereja yang bersatu dalam kata-kata pembukaannya kepada dunia pada tanggal 8 Mei. Kesatuan Gereja ini juga tercermin dalam moto kepausannya.
Merefleksikan kualitas yang diharapkan dari penerus Santo Petrus, Paus Leo XIV mengatakan, “jika batu karang itu adalah Kristus, Petrus harus menggembalakan kawanan domba tanpa pernah menyerah pada godaan untuk menjadi seorang otokrat, memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadanya.”
Ratusan pemimpin agama dan internasional serta tokoh penting, yang mewakili hampir 200 delegasi asing, menghadiri Misa untuk Pembukaan Pelayanan Petrus oleh Uskup Roma pada tanggal 18 Mei.
Paus Leo XIV mengutip Santo Agustinus, yang mengilhami Ordo religius Santo Agustinus, tempat ia menjadi anggotanya, bahwa Gereja terdiri dari semua orang yang hidup rukun. Bapa Suci menyesalkan perselisihan dan luka-luka yang terjadi.
“Mari kita menjadi ragi kecil persatuan, persekutuan, dan persaudaraan di dunia,” ujarnya.

Simbol Kepausan
Paus Leo XIV menerima simbol-simbol kepausan, pallium, dan cincin nelayan St. Petrus, dalam sebuah ritus yang sangat simbolis, pada ritus ini juga disampaikan ketaatan dan kesetiaan dari para perwakilan Dewan Kardinal dan umat Allah.
Pallium: pita yang terbuat dari wol domba putih, disampirkan di bahu Paus Leo XIV. Pallium ini memiliki dua lipatan hitam. Ada tiga peniti tersemat pada pallium ini yang melambangkan paku-paku salib Kristus. Makna dalam pallium ini melambangkan uskup sebagai gembala yang baik dan Kristus Anak Domba yang disalibkan untuk keselamatan umat manusia.
Cincin Nelayan: sebuah cincin juga disematkan pada jari Leo XIV sebagao bagian dari lambang kepausan sejak milenium pertama. Pada cincin ini terdapat gambar Santo Petrus dengan kunci dan jaring nelayan. Cintin ini sebagai simbol otoritas dan tugas yang dipercayakan kepada Santo Petrus oleh Yesus, untuk menjadi “penjala manusia.”
Injil dinyanyikan dalam bahasa Latin dan Yunani, yakni dari Yohanes yang mengisahkan Yesus yang bertanya kepada Petrus, “apakah engkau mengasihi Aku?”. Yesus memerintahkan Petrus untuk “memberi makan domba-domba-Ku” dan “menggembalakan domba-domba-Ku”. Kardinal Dominique Mamberti lalu meletakkan pallium di bahu Leo sementara Kardinal Fridolin Ambongo Besungu, OFMCap membacakan doa.
Paus Leo XIV menerima cincin nelayan dari Kardinal Luis Tagle, menatap cincin itu dan kemudian mengangkat wajahnya dalam doa.
Kepausan Dimulai
Sebelum Misa, Paus Leo XIV berkeliling dan melambaikan tangan kepada orang banyak yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus dan Via Conciliazione, jalan utama menuju basilika Vatikan.
Memulai masa kepausannya, Leo XIV berdoa di makam Santo Petrus bersama para kardinal. Ia kemudian berjalan dalam prosesi khidmat bersama melalui Basilika Santo Petrus menuju Lapangan Santo Petrus. Sebuah gambar Bunda Penasihat yang Baik dari Tempat Suci Genazzano Italia, yang dikunjungi Leo pada tanggal 10 Mei, ditempatkan di sebelah kiri altar.
“Inilah saatnya untuk mengasihi!” kata Paus Leo dalam homilinya. “Inti dari Injil adalah kasih Allah yang menjadikan kita saudara dan saudari. Bersama pendahulu saya Leo XIII, kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri hari ini: Jika kriteria ini ‘berlaku di dunia, bukankah setiap konflik akan berakhir dan perdamaian akan kembali?’ (Rerum Novarum, 21).”
Di akhir Misa, Leo memohon “perdamaian yang adil dan abadi” di seluruh dunia, khususnya di Gaza, Myanmar, dan Ukraina, dan menyanyikan Regina Caeli, antiphon Maria untuk masa Paskah.
Selain para pemimpin dan pejabat internasional, sejumlah besar perwakilan agama menghadiri Misa kepausan pertama, termasuk para anggota agama Islam, Hindu, Buddha, Sikh, Zoroastrianisme, dan Jainisme.
Sekitar 36 gereja atau organisasi Kristen yang berbeda juga turut hadir, dengan Patriark Ekumenis Bartholomew I dari Konstantinopel dan Patriark Theophilos III dari Gereja Ortodoks Yunani di Yerusalem yang turut hadir. Para pemimpin Yahudi dari Italia, Israel, dan Amerika Serikat juga hadir dalam Misa tersebut, termasuk kepala rabi Roma, Riccardo Di Segni. (AES)