
VATIKAN, Pena Katolik – Paus Fransiskus terakhir kardinal pada Sabtu, 7 Desember 2024. Saat itu ia mengangkat 21 kardinal baru di Basilika Santo Petrus. Pada kesempatan itu, Paus mendorong mereka, para kardinal baru, untuk menolak “godaan kekuasaan” dan setia mengikuti “jalan Yesus.”
Setelah kematian Paus Fransiskus pada 21 April 2025, umat bertanya siapa pengganti Paus selanjutnya.
Gambaran Konklaf
Per 21 April 2025, terdapat total 252 kardinal, 135 di antaranya adalah kardinal elektor. Jumlah kardinal elektoral adalah titik data paling penting yang muncul dari setiap masa setelah kematian seorang Paus. Hal ini karena mereka yang akan menjadi calon Paus. Dari 135 kardinal elektor, sebanyak 108 diangkat oleh Paus Fransiskus, 22 oleh Benediktus XVI, dan lima kardinal dipilih pada masa St. Yohanes Paulus II.
St. Paulus VI semasa hidupnya menetapkan jumlah kardinal elektoral sebanyak 120, meskipun jumlah ini bukan angka mutlak yang menentukan sah atau tidaknya sebuah konklaf. Namun, semua Paus setelah St. Paulus VI konsisten menjaga jumlah ini, bahkan melebihi.

Pilihan Paus Fransiskus
Untuk pertama kalinya, kini ada seorang kardinal di Iran, Uskup Agung Dominique Matthieu dari Teheran-Ispahan, seorang misionaris Belgia. Kali ini juga merupakan pertama kalinya ada kardinal di Serbia, dengan Uskup Agung Ladislav Nemet dari Belgrade menerima topi merah.
Paus Fransiskus telah mengangkat kardinal dari 72 negara yang berbeda, 24 dari negara-negara tersebut belum pernah memiliki kardinal sebelumnya.
Paus Fransiskus juga telah menunjukkan bahwa ia tidak memilih berdasarkan jabatan kardinal tradisional. Misalnya, tidak ada kardinal yang memimpin dua patriarkat Eropa yang bersejarah di Lisbon dan Venesia. Paus juga tidak mengangkat kardinal untuk Keuskupan Agung Milan, Keuskupan Agung Florence, dan Keuskupan Agung Paris, ketiga keuskupan ini sebelumnya secara tradisional dipimpin oleh seorang kardinal.
Namun, ada pengecualian. Dalam konsistori ini, Paus Fransiskus mengangkat Uskup Agung di Turin, Napoli, Lima, Santiago de Chile, Toronto, dan untuk Vikaris Jenderal Keuskupan Roma. Napoli masuk dalam daftar tersebut secara mengejutkan, atas inisiatif Paus.
Sementara itu, persentase kardinal Italia di Dewan Kardinal adalah yang terendah yang pernah ada, setidaknya di zaman modern. Namun, ke-17 kardinal Italia harus ditambahkan Kardinal Pierbattista Pizzaballa OFM, Patriark Latin Yerusalem, yang termasuk dalam kuota Asia, dan Kardinal Giorgio Marengo, uskup Mongolia, juga di Asia.
Asia telah menerima empat kardinal baru. Paus memberikan topi merah kepada Uskup Agung Tokyo, Kardinal Tarcisius Isao Kikuchi SVD dan kepada para uskup dari dua keuskupan yang tidak pernah memiliki kardinal sebagai pemimpin: Kardinal Pablo Vigilio Siongo David (Uskup Kalookan) asal Filipina dan Uskup Agung Teheran, Kardinal Dominique Joseph Mathieu OFMConv.

Para kardinal baru itu semuanya memiliki profil yang sangat berbeda, tetapi mereka juga belum memiliki banyak kesempatan untuk saling mengenal. Para paus menggunakan konsistori untuk mempertemukan para kardinal guna membahas isu-isu yang menjadi kepentingan umum.
Paus Fransiskus telah melakukannya hanya tiga kali dengan tema-tema berbeda: pada tahun 2014 (keluarga); pada tahun 2015 (reformasi Kuria); dan pada tahun 2022 (konstitusi apostolik Praedicate Evangelium).
Meskipun Paus Fransiskus telah mengangkat lebih dari dua pertiga kardinal elektor, sama sekali tidak ada jaminan bahwa paus yang dipilih dalam konklaf mendatang akan memiliki profil yang sama dengan Paus Fransiskus. (AES)