
VATIKAN, Pena Katolik – Dimulainya masa interregnum kepausan memunculkan banyak istilah yang mungkin tidak dikenal banyak orang, termasuk banyak umat Katolik. “Interregnum” adalah kata Latin yang berarti ‘antara pemerintahan’.
Istilah ini mengacu pada periode di antara hari kematian atau pengunduran diri seorang paus, yang dihitung sebagai hari pertama interregnum dan pemilihan penggantinya. Ini Berarti masa interregnum ini berlangsung dari tanggal 21 April 2025, sampai nanti ditentukan tanggal berlangsungnya konklaf untuk memilih Paus yang baru. Masa ini berlangsung 15 hari setelah kematian seorang Paus. Ini berarti konklaf akan dimulai pada hari ke-16 masa interregnum yang jatuh pada 5 Mei 2025.
Suksesi Kupausan ini diatur dalam dalam beberapa dokumen kepausan, terutama Universi Dominici Gregis, yang diterbitkan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1996. Masa peralihan pemerintahan disebut sebagai “kekosongan Takhta Apostolik”.
Berikut adalah beberapa kata kunci dan frasa yang akan digunakan sepanjang masa interregnum, khususnya konklaf untuk memilih paus baru.
2. Takhta Apostolik atau Tahta Suci: Pusat atau “jantung” Gereja Katolik, dan sering disebut sebagai Tahta Apostolik atau Tahta Suci. Tahta dalam bahasa Latin “sede” yang berarti ‘kursi’. Keuskupan Roma telah disebut Tahta Apostolik, atau Tahta Suci, sejak zaman dahulu.
2. Camerlengo: Camerlengo unumnya dimengerti sebagai kepala rumah tangga kepausan. Ia dijabat seorang kardina dan memiliki peran kunci dalam mengatur proses selama kekosongan Takhta Suci, masa interregnum.
Sang camerlengo-lah yang dibantu oleh pemimpin perayaan liturgi kepausan dan pejabat lainnya yang mengesahkan kematian Paus. Selama masa kekosongan, sang camerlengo, dibantu oleh wakil camerlengo, mengumpulkan laporan dari departemen-departemen Kuria sehingga Dewan Kardinal dapat mengelola urusan-urusan biasa Tahta Suci hingga seorang paus baru terpilih. Kardinal yang saat ini menjabat Camerlengo adalah Kardinal Kevin Farell.
3. Kardinal: Seperti yang tersirat dari akar namanya — bahasa Latin untuk “cardo” atau ‘engsel’. Kardinal inilah yang nantinya akan memiliki hak untuk memilih dan dipilih menjadi Paus. Itu sebabnya, mereka sering disebuh sebagai “pageran” Gereja, karena posisinya yang mungkin menjadi pemimpin Gereja di masa depan. Setiap paus sejak 1378 dipilih dari antara para kardinal yang memiliki hak suara.
Para kardinal merupakan salah satu penasihat terdekat paus dan memiliki tanggung jawab besar untuk memilih Uskup Roma, Paus, dalam sebuah konklaf.
4. Kardinal Elektor: Kardinal elektor adalah mereka yang memenuhi syarat untuk memberikan suara dalam pemilihan paus. Semua kardinal yang berusia di bawah 80 tahun pada hari ketika Tahta Suci Roma lowong diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam konklaf. Pengecualiannya adalah mereka yang secara sah berhalangan karena sakit atau keadaan lain, mereka yang gelar kardinalnya dicabut oleh Paus, dan mereka yang telah diterima pengunduran dirinya sebagai kardinal oleh Paus.
Pada tahun 1970 persyaratan usia 80 tahun diberlakukan oleh Paus Paulus VI. Ia menetapkan bahwa para kardinal yang berusia 80 tahun harus berhenti menjadi anggota departemen Kuria Roma dan lembaga lainnya serta kehilangan hak untuk memilih paus.
Seorang kardinal yang berusia 80 tahun setelah Takhta Apostolik lowong, ia tetap menjadi elektor pada konklaf yang akan dilaksanakan.
5. Dewan Kardinal (Collegium Kardinal): Nama kolektif yang diberikan kepada badan kardinal, yang secara resmi dikenal sebagai Dewan Suci Kardinal. Kelompok ini terdiri atas para uskup, dan sebagai pengecualian para imam, yang dipilih oleh Paus untuk menjadi penasihat dekatnya.
Dewan Kardinal dibentuk pada tahun 1150 M, meskipun para kardinal telah menjabat sebagai pemilih eksklusif paus sejak tahun 1059.
5. Konklaf
Konklaf itu sendiri berlangsung di Kapel Sistina Vatikan di bawah sumpah kerahasiaan yang ketat; semua kardinal akan dikenai hukuman ekskomunikasi otomatis jika mereka melanggar sumpah kerahasiaan ini. Ada pengecualian dalam sumpah kerahasiaan ini, di mana seorang Paus saja yang memiliki wewenang untuk dapat membuka fakta-fakta yang terjadi selama konklaf. Hal ini seperti yang dilakukan Paus Fransiskus yang menceritakan beberapa dinamika selama pemilihan Paus pada tahun 2005 dan pada tahun 2013.