ROMA, Pena Katolik – “Keluarga yang berdoa bersama, akan tetap bersama”. Pesan ini adalah kebenaran mendasar, yang telah dibuktikan oleh banyak keluarga selama berabad-abad.
Ada banyak keluarga sepanjang sejarah, yang hidup dalam kekudusan bersama-sama. Orang tua memimpin jalan dalam kekudusan ini, dan ketika membesarkan anak-anak mereka, sang anak meneruskan apa yang mereka pelajari. Berikut ini adalah tiga keluarga seperti itu, di mana kedua orangtua dan anak akhirnya dinyatakan sebagai Orang Kudus dalam Gereja Katolik.
1. St. Marius, St. Martha, St. Audifax, dan St. Abachum
Keluarga ini hidup pada akhir abad ke-3. Mereka adalah umat Kristen yang dianiaya karena iman mereka pada masa pemerintahan Kaisar Aurelian.
Menurut tradisi, keluarga akan mengurus jenazah para martir Kristen dan menguburkannya. Hal ini menarik perhatian penguasa Romawi setempat. Penguasa saat itu membunuh seluruh keluarga ini dan menjadikan mereka semua sebagai martir.
2. St. Gregorus Tua, St. Nonna, St. Gorgonia, St. Gregorius Muda, dan St. Caesarius dari Nazianzus
Hidup pada abad ke-4, Gregorius diyakinkan untuk masuk Kristen oleh istrinya, Nonna. Gregorius akhirnya ditahbiskan menjadi imam dan uskup di Nazianzus. Putri mereka, Gorgonia, menikah dan memiliki beberapa anak dan dikenal karena kesuciannya.
Caesarius menjadi seorang dokter dan politikus terkemuka, tetapi meninggalkan istana kerajaan karena imannya. Gregorius Muda merupakan yang paling terkenal dalam keluarga tersebut. Ia menjadi Patriark Konstantinopel yang berpengaruh dan kemudian diberi gelar “Doktor Gereja”.
3. St. Edwin dari Northumbria, St. Ethelburga dari Kent, St. Enfleda dari Whitby
Keluarga ini awalnya adalah kaum pagan yang hidup pada abad ke-7 di Inggris Utara. Edwin adalah Raja Northumbria dan kemudian diyakinkan untuk berpindah agama menjadi Kristen oleh misionaris St. Paulinus dari York, yang datang ke Northumbria bersama Ethelburga ketika dia akan menikah dengan Edwin.
Raja Edwin berupaya memperkenalkan agama Kristen ke wilayah tersebut. Ethelburga kemudian mendirikan biara Benediktin, setelah suaminya tewas dalam pertempuran melawan raja pagan. BIara ini ia pimpin hingga kematiannya.
Putri mereka Enfleda akhirnya menikah dan memiliki beberapa anak. Setelah kematian suaminya, dia tinggal di sebuah biara di Whitby dan kemudian menjadi kepala biara. (AES)