Jumat, April 25, 2025

Bisakah Vatikan Merayakan Paskah Tanpa Partisipasi Paus?

VATIKAN, Pena Katolik – Paus Fransiskus, yang telah dirawat di rumah sakit sejak 14 Februari tahun ini, ia pun tidak ambil bagian dalam Misa Rabu Abu yang biasa dilaksanakan pada 5 Maret 2025. Pertanyaan mengenai apakah Paus akan berpartisipasi dalam perayaan Paskah, yang merupakan inti dari tahun liturgi Gereja Katolik, dapat diajukan.

Pertama, ketidakikutsertaan Paus dalam Pekan Suci berpengaruh pada Perayaan Paskah di Vatikan.

“Paus dapat dengan mudah jatuh sakit dan tidak menghadiri perayaan penting tahun liturgi, seperti yang telah terjadi beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir. Yang harus dilakukannya, Paus dapat mendelegasikan tugasnya kepada seorang kardinal,” kata Mgr. Patrick Valdrini.

Pada tahun 2022, Paus Fransiskus mengalami masalah lutut, dan karena itu, ia tidak dapat mengambil bagian dalam perayaan Kamis Putih. Ia juga membatalkan keikutsertaannya dalam Jalan Salib Jumat Agung pada tahun 2023 dan 2024 karena masalah kesehatan.

Namun, ia tidak pernah melewatkan Misa Minggu Paskah sejak terpilihnya pada tahun 2013. Apabila tahun ini Paus Fransiskus berhalangan mengikuti Misa Minggu Paskah karena kesehatannya, ini menjadi yang pertama kali terjadi dalam masa kepausannya.

Pekan Suci juga terganggu pada tahun 2020 karena pandemi COVID-19. Tidak ada Misa Krisma atau Jalan Salib di Koloseum pada Jumat Agung tahun itu. Begitu pula dengan pencucian kaki pada Kamis Putih dan ritual menyalakan api Paskah pada Misa Malam Sabtu.

Paskah dan sede vacante

Secara teori, Pekan Suci juga dapat dirayakan selama periode sede vacante, ketika takhta St. Petrus lowong. Hal ini karena pengunduran diri atau wafat seorang Paus.

“Dalam kasus seperti itu, dewan kardinal yang akan memutuskan tindakan apa yang akan diambil. Para kardinal mungkin akan menghindari mengadakan konklaf selama Pekan Suci,” kata Mgr. Patrick Valdrini.

Skenario semacam itu telah terjadi dalam sejarah, yang paling baru adalah konklaf tahun 1721 dan 1769. Pada tahun 1721, konklaf berlangsung lebih dari sebulan dan melewati Pekan Suci. Seorang saksi mata melaporkan bahwa para kardinal, selama minggu itu, melanjutkan pemungutan suara seperti biasa, kecuali pada pagi Paskah, ketika mereka merayakan Misa Kudus.

Pada tahun 1769, konklaf berlangsung lebih dari tiga bulan, dan sempat terganggu selama Pekan Suci karena kedatangan Kaisar Joseph II di Roma.

Jalan Salib Yohanes Paulus II

Tahun 2005, beberapa hari sebelum wafatnya Yohanes Paulus II tidak berhasil untuk menunda trakeostomi pada akhir Februari 2005 agar dapat merayakan Paskah. Paus telah kehilangan kemampuannya untuk mengekspresikan (berbicara) dirinya dengan jelas, dan akhirnya keluar dari rumah sakit seminggu sebelum Minggu Palma.

Pembukaan Pekan Suci dipimpin oleh Kardinal Camillo Ruini, Vikaris Roma, dengan Paus menyaksikan upacara dari jendela Istana Apostolik.

“Karena tidak dapat berbicara, ia berusaha keras untuk melambaikan ranting zaitun,” kenang Romilda Ferrauto, yang saat itu menjadi jurnalis Radio Vatikan.

Karena kondisinya tidak membaik, Yohanes Paulus II mendelegasikan kepada kardinal untuk memimpin setiap perayaan. Ia tidak ikut Jalan Salib Jumat Agung. Vatikan kemudian memasang tautan video dari kapel pribadi Paus, yang menunjukkan punggungnya saat ia duduk di depan layar untuk mengikuti Via Crucis.

Selama perhentian terakhir Jalan Salib, Yohanes Paulus II mengambil salib dengan tangan gemetar dan memegangnya erat-erat.

“Itu adalah momen yang sangat emosional, benar-benar tak terlupakan.”

Saat itu, Kardinal Josep Ratzinger menggantikannya untuk memimpin rangkaian upacara liturgi selama Pekan Suci. Kardinal asal jerman itu kemudian terpilih menjadi Paus.

Pada hari Minggu Paskah, Yohanes Paulus II muncul di jendela Istana Apostolik, dengan Misa yang dipimpin oleh Kardinal Sekretaris Negara Angelo Sodano. Dalam penderitaan yang amat hebat, terguncang oleh getaran, ia tak mampu mengucapkan berkat Urbi et Orbi. Ia malah membatasi dirinya dengan melambaikan tangannya di depan kerumunan umat beriman yang hadir di Lapangan Santo Petrus.

“Mungkin lebih baik bagiku untuk mati, jika aku tidak dapat memenuhi misi yang dipercayakan kepadaku, Kehendak-Mu yang terjadi, Totus tuus,” katanya kepada sekretarisnya, Stanisław Dziwisz.

Menurut buku Lasciatemi andare, Yohanes Paulus II hanya muncul kembali di depan publik satu kali, yaitu pada hari Rabu, 30 Maret 2005, yang menjadi audiensi umum terakhirnya. Tiga haari kemudian ia wafat pada tanggal 2 April 2005. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini