Selasa, Maret 18, 2025
24.2 C
Jakarta

Uskup Agung Ende Tetap Menolak Proyek PLTP di Wilayah Keuskupannya, Meski Sudah Didatangi Pemerintah

ENDE, Pena Katolik – Uskup Agung Ende, Mgr. Paulus Budi Kleden tetap menolak proyek geothermal atau Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di wilayah keuskupannya. Penolakan tersebut disampaikan setelah audiensi antara pihak KAE dengan perwakilan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konversi Energi (ESDM-EBTKE), PT PLN, PT Daya Mas Nage Geothermal, PT Sokoria Geothermal Indonesia, serta Pemerintah Daerah Kabupaten Ende pada Sabtu, 15 Maret 2025.

Audiensi tersebut berlangsung selama satu jam dari pukul 10.00-11.00 WITA. Perwakilan Kementerian ESDM diterima oleh Mgr. Paulus, Kuria Keuskupan, serta beberapa imam dari komisi terkait. Sejauh ini sikap Gereja KAE tidak berubah, seperti sudah disampaikan pada tanggal 6 Januari 2025. Dalam Surat Gembala Tahun Yubileum 2025 dan Surat Gembala Prapaskah 2025 sikap ini kembali ditegaskan. Penolakan terhadap proyek pembangunan geothermal lahir dari keprihatinan.

Mgr. Paulus mempertimbangkan sejumlah hal di balik sikap penolakannya. Wilayah KAE terdiri dari gunung dan bukit, dan menyisakan lahan yang terbatas untuk permukiman dan pertanian warga. Dari aspek mata pencaharian, hampir 80 persen umat KAE adalah petani.

Juru bicara KAE, Romo Frederikus Dhedhu dalam surat pernyataan sikap tertanggal 15 Maret 2025 juga mengatakan, bahwa usaha pertanian di KAE sangat tergantung pada curah hujan, sebab, sumber air permukaan tanah tidak banyak. Sikap penolakan ini juga didasari kekhawatiran bahwa sumber air yang sedikit ini akan semakin hilang dengan adanya proyek PLTP.

“Pemanfaatan sumber daya air yang tidak tepat dapat berujung pada kerusakan dan kelangkaan air serta berpotensi besar menimbulkan masalah sosial di tengah umat,” katanya.

Mgr. Paulus tegas menolak proyek geothermal di KAE. Rencananya proyek ini akan dibangun di Sokoria Kabupaten Ende dan di Mataloko Kabupaten Ngada. Penolakan ini disampaikan Mgr. Paulus di hadapan para imam saat acara Natal pada Senin, 6 Januari 2025.

Proyek PLTP ini masuk dalam rencana Kementerian ESDM sejak era Presiden Joko Widodo, yang berambisi menjadikan Flores sebagai “Pulau Geotermal”. Pulau ini memiliki potensi energi panas bumi sebesar 902 megawatt (MW) atau 65 persen dari total potensi panas bumi di Nusa Tenggara Timur.

Ada 16 lokasi panas bumi yang tersebar dari Wae Sano, Ulumbu, Wae Pesi, Gou-Inelika, Mengeruda, Mataloko, Komandaru, Ndetusoko, Sokoria, Jopu, Lesugolo, Oka Ile Ange, Atedai, Bukapiting, Roma-Ujelewung, hingga Oyang Barang.

Pembangunan PLTP di Mataloko, Kabupaten Ngada diprediksi akan menghasilkan listrik kapasitas 20 megawatt (MW). Adapun pembangunan pembangkit ini diperkirakan menelan biaya Rp 101,8 miliar. Sedangkan, PLTP Sokoria akan memiliki kapasitas 30 MW dengan biaya mencapai USD 212,85 juta (3,5 Triliun) untuk menghasilkan sekitar 30 MW listrik. Keduanya merupakan proyek strategis nasional dan menjadi bagian Program 35.000 MW. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini