Sabtu, Maret 15, 2025
30.1 C
Jakarta

Apakah “Kardinal in Pectore” dalam Film “Conclave” Benar Secara Kanonik?

ROMA, Pena Katolik – Salah satu penggambaran dalam film “Conclave” menggambarkan situasi di Kapel Sistina ketika sebuah konklaf sudah dekat. Semua kardinal elektor berkumpul di Vatikan.

Adegan selanjutnya, seorang uskup misionaris asal Amerika Selatan yang bertugas di Afghanistan memperkenalkan dirinya. Ia ,mengumumkan bahwa dia adalah seorang kardinal.

Tidak seorang pun pernah mendengar tentangnya. Namanya juga tidak pernah disebutkan selama konsistori untuk pengangkatan kardinal baru. Namun, ia membawa surat dari mendiang paus, yang menyatakan bahwa dia adalah “kardinal in pectore”, ‘kardinal di hati Paus’.

Hal ini menyebabkan keheranan di antara jajaran “topi merah”. Kasusnya dipelajari, ia akhirnya diterima dalam lingkaran yang dapat memilih dan dipilih sebagai “kepala Gereja Katolik” di masa depan

Apa Premis ini Realistis

Skenario ini sepenuhnya fiktif ini dan tidak menurut Kitab Hukum Kanonik hal ini tidak mungkin terjadi. Apa alasannya, kita akan membahasnya di sini.

Benar, seorang Paus dapat mengangkat seorang kardinal secara in pectore, atau sering disebut dengan istilah “kardinal rahasia”. Namun, ada beberapa aspek yang “tidak realistik” dalam penggambaran kardinal in pectore dalam film “Conclave.

Pertama, tidak masuk akal, seorang kardinal akan muncul di tengah-tengah jemaat umum secara ajaib, mengeluarkan sepucuk surat dari topinya. Surat tersembunyi dari Paus semacam itu tidaklah cukup.

Pada prinsipnya, sebuah tindakan hukum perlu diumumkan. Paus harus secara resmi mengumumkan nama kardinal yang sebelumnya ia simpan secara in pectore – ‘di dalam hatinya’.

Kitab Hukum Kanon menetapkan bahwa, sebelum pengumuman tersebut, yang dilakukan oleh Paus, seorang kardinal yang disebutkan secara in pectore “tidak terikat pada tugas-tugas kardinal apa pun dan tidak memiliki hak-hak mereka” (kan. 351).

Jadi, hanya ketika namanya sudah diungkapkan, prelatus tersebut memperoleh hak dan kewajibannya sebagai kardinal dalam arti penuh. Dengan demikian, sesudah diumumkan, seorang kardinal baru dapat menjadi kardinal elektor jika terjadi konklaf.

Di sini, tindakan resmi sangat penting. Jika tidak ada pengumuman seseorang diangkat kardinal, bahkan jika kardinal yang dimaksud mengetahui pengangkatannya, ia tidak dapat mengumumkannya. Pada banyak kasus, seorang kardinal in pectore baru mengetahui statusnya setelah beberapa tahun namanya ada dalam hati seorang Paus.

Dengan demikian, meskipun “Conclave” memperoleh Oscar 2025 untuk skenario terbaik. Unsur-unsur dalam film itu tidak sepenuhnya mencerminkan kenyataan yang ada dalam Gereja Katolik. Penggambaran kardianl in pectore dalam film itu salah.

Apa Kardinal in pectore

Paka Hukum Gereja dari Universitas Paris, Menurut Pierre Chaffard-Luçon mengatakan, alasan penunjukan kardinal in pectore umunya bersifat diplomatik dan politis. Paus yang memimpin gereja pada satu waktu, mengumumkan dalam daftarnya seorang kardinal yang identitasnya dirahasiakannya.

Namun meski hanya Paus yang mengetahui nama kardinal itu, pribadi yang bersangkutan sudah “resmi” menjadi kardinal, meski hak dan kewajibannya belum aktif secara hukum. Dalam kenyataannya, seorang kardinal yang diangkat secara in pectore, kadang bahkan tidak tahu, ia diangkat menjadi kardinal. Ia baru tahu ketika namanya diumumkan.

Contoh kardinal in pectora ada di Tiongkok di bawah kepausan Yohanes Paulus II. Paus asal Polandia itu mengangkat seorang kardinal in pectore selama konsistori pertamanya pada tanggal 30 Juni 1979. Nama kardinal itu baru diungkapkan 12 tahun kemudian, selama konsistori tanggal 28 Juni 1991. di Sinilah Kardinal Ignatius Gong Pin-mei diumumkan sudah menjadi kardinal sejak tahun 1979, lebih dari sepuluh tahun sebelumnya.

Selama bertahun-tahun masa kepemimpinannya, Paus Yohanes Paulus II mengangkat empat kardinal in pectore, termasuk Kardinal Pin-mei. Ia mengungkapkan nama dua di antaranya: Kardinal Marian Jaworski (Uskup Agung Lviv, Ukraina) dan Kardinal Janis Pujats (Agung Riga, Latvia).

Sampai kini, masih ada satu nama kardinal in pectore yang diangkat semasa Paus Yohanes Paulus II yang belum diungkap identitasnya. Satu kardinal in pectore yang diangkat pada konsistori tanggal 21 Oktober 2003, tidak pernah diungkapkan atau ditemukan sampai kini.

Seperti setiap pengumuman semacam ini, pers berspekulasi liar tentang identitas orang yang ditunjuk secara rahasia. Nama-nama Uskup Hongkong Joseph Zen dan Uskup Agung Moskow Tadeuz Kondrusiewicz sempat dicurigai sebagai kardinal in pectora. Meski di kemudian hari Josep Zen SDB memang diangkat resmi menjadi kardinal pada masa kepausan Benediktus XVI pada 6 Maret 2006.

Seperti rahasia-rahasia lain Vatikan, misteri ini tidak pernah terpecahkan.

Perlu dicatat juga bahwa jika seorang paus meninggal setelah mengangkat seorang kardinal tanpa mengungkapkan namanya, penggantinya tidak berkewajiban untuk mempertimbangkan hal ini.

Saat ini, premis film Konklaf tampaknya semakin tidak mungkin menjadi kenyataan, mengingat baik Fransiskus maupun Benediktus XVI tidak mengangkat kardinal secara langsung. Tidak ada “pendatang baru” yang akan tiba-tiba datang dan mengklaim sebagai kaum “biretta merah”. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini