Orang Kudus yang Digantung Terbalik

0
62

MANILA, Pena Katolik – Sebagai seorang Katolik dan anggota Dominikan Awam, Lorenzo Ruiz OP bertugas sebagai juru tulis di Gereja Binondo, di kampung halamannya. Ia cukup tekan, sehari-hari, ia menjadikan karya ini sebagai perutusannya sebagai “anak” St. Dominikus. Hari-hari berjalan normal, hingga pada suatu hari pada pertengahan tahun 1636 sesuatu peristiwa mengubah hidupnya.

Di hari malang itu, seseorang menuduh Lorenzo sebagai pelaku sebuah peristiwa pembunuhan. Pria soleh itu kaget, ia yang tidak tahu menahu. Tiba-tiba dicari oleh pihak keamanan Pemerintah Spanyol. Ia dituduh membunuh seorang warga Spanyol. Meskipun ia yakin bahwa tuduhan itu sebenarnya keliru. Namun ia tak berdaya, intimidasi dan ancaman semakin nyata. Ia pun berpikir, bagaimana harus menyelamatkan nyawanya.

Akhirnya, sepertinya taka da cara lain. Lorenzo memutuskan mengikuti ajakan temannya untuk melarikan diri. Namun pilihanya, ia harus lari ke Jepang, sebuah negeri yang berjarak ribuan kilometer dari tanah kelahirannya. Dari sinilah, hidup Lorenzo berubah seketika. Berhadapan dengan ancaman kematian, ia lari ke Jepang pada 10 Juni 1636, namun juga menghadapi ancaman yang sama, yang juga mengantarnya ke kekudusan.

“Baiklah, saya akan ikut kalian, saya tidak punya pilihan lain,” demikian Lorenzo akhirnya menyetujui ajakan teman-temannya untuk lari ke Jepang.

Lorenzo mencari suaka di atas kapal bersama tiga imam Dominikan: Pastor Antonio Gonzalez OP, Pastor Guillermo Courtet OP, dan Pastor Miguel de Aozaraza OP. Ketika lari dari Filipina, Lorenzo juga bersama seorang imam asal Jepang, Pastor Vicente Shiwozuka de la Cruz OP. Selain itu juga seorang awam penderita kusta, Lázaro dari Kyoto.

Akhir Kemartiran

Lorenzo dan beberapa temannya berangkat ke Okinawa, Jepang pada 10 Juni 1636, dengan bantuan para imam Dominikan. Setibanya di sana, para ternyata Lorenzo menghadapi situasi serupa, bahkan lebih berat. Mereka ditangkap karena iman Kristen yang mereka pegang.

Para Misionaris Dominikan yang datang bersamanya ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Setelah dua tahun, mereka dipindahkan ke Nagasaki untuk diadili dengan penyiksaan.

Sebanarnya, mereka bisa saja bebas, dan hidup normal di Jepang. Namun, pemerintahan Tokugawa memiliki syarat khusus. Untuk bebas, Lorenzo dan kawan-kawannya harus meninggalkan iman Kristen mereka. Namun, Lorenzo menolak, begitu juga rekan-rekannya yang lain.

“Aku tidak akan meninggalkan Yesus, aku tidak akan menanggalkan imanku,” demikian Lorenzo berulang kali berkata tidak untuk meninggalkan imannya.

Pilihan itu membawa konsekuensi. Lorenzo dan teman-temannya menghadapi berbagai jenis penyiksaan. Pada 27 September 1637, ia dan teman-temannya dibawa ke Bukit Nishizaka, di mana mereka disiksa, dan digantung terbalik. Hukuman ini dianggap sangat menyakitkan. Saat menghadapi jenis hukuman ini, tahanan diikat, dengan satu tangan selalu dibiarkan bebas sehingga mereka dapat memberi isyarat.

Tetap saja, Lorenzo tidak bergeming. Lorenzo menolak untuk meninggalkan agama Kristen dan meninggal 29 September 1637. Ia wafat karena kehilangan darah dan sesak napas. Jenazahnya lalu dikremasi, dan abunya dibuang ke laut.

Panggilan Dominikan

Lorenzo lahir di Binondo, Manila, Filipina pada tanggal 28 November 1594. Ayahnya adalah seorang Tionghoa dan ibunya Tagalog yang keduanya beragama Katolik. Dengan latar belakang ini, ayahnya mengajarinya bahasa Mandarin sementara ibunya mengajarinya bahasa Tagalog.

Di masa muda, Lorenzo bertugas sebagai putra altar di Gereja Binondo. Ia kemudian dididik oleh para biarawan Dominikan selama beberapa tahun, sampai memperoleh gelar escribano (juru tulis). Konon, tulisan tangan Lorenzo begitu bagus dan terampil. Selanjutnya, ia menjadi anggota Cofradía del Santísimo Rosario, ‘Persaudaraan Rosario yang Kudus’. Ia menikahi seorang wanita bernama Rosario, seorang penduduk asli. Mereka kemudian dianugerahi dua putra dan seorang putri. Keluarga Ruiz menjalani kehidupan yang damai, religius, dan bahagia.

Alasan Kekudusan

Santo Lorenzo Ruiz adalah orang Filipina pertama yang menjadi santo di dalam Gereja Katolik Roma. Berasal dari keturunan Tionghoa-Filipina, ia menjadi protomartir negara itu setelah dieksekusi oleh Keshogunan Tokugawa selama penganiayaan terhadap orang-orang Kristen Jepang pada abad ke-17.

Perjalanan penggelaran kudus Lorenzo didasarkan pada mukjizat yang terjadi pada tahun 1983. Saat itu, Cecilia Alegria Policarpio, seorang gadis berusia dua tahun yang menderita atrofi otak bawaan. Para dokter sudah menyerah untuk menyembuhkan gadis itu. Ia disembuhkan setelah keluarganya berdoa dan berdevosi dengan perantaraan St. Lorenzo.

Alasan beatifikasi St. Lorenzo Ruiz ditulis oleh seorang sejarawan, Pastor Fidel Villarroel OP. Lorenzo dibeatifikasi selama kunjungan Paus Yohanes Paulus II ke Filipina. Itu adalah upacara beatifikasi pertama yang diadakan di luar Vatikan dalam sejarah. St. Lorenzo Ruiz dikanonisasi oleh Paus yang sama di Vatikan pada tanggal 18 Oktober 1987. Kekudusan dan teladan kesucian St. Lorenzo Ruiz dirayakan setiap 28 September.

Teladan Kekudusan

Lorenzo Ruiz tetap teguh dalam imannya meskipun diancam dengan kematian. Ini mengajarkan kita untuk tidak takut menghadapi tantangan atau penderitaan karena iman kita, dan untuk tetap setia meski ada ancaman.

Lorenzo menunjukkan betapa pentingnya percaya sepenuhnya kepada Tuhan, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Pesan ini mengingatkan kita bahwa dengan iman yang kuat, kita dapat menghadapi apapun yang datang dalam hidup kita.

Meskipun Lorenzo Ruiz mengalami penderitaan, pengorbanannya menjadi kesaksian hidup yang menginspirasi banyak orang. Ini mengingatkan kita bahwa hidup kita bisa menjadi alat untuk memberikan kesaksian tentang iman kita kepada orang lain.

Ia memilih untuk tetap setia kepada Tuhan daripada menyelamatkan nyawanya. Ini menunjukkan betapa pentingnya untuk selalu mengutamakan Tuhan dalam setiap keputusan hidup kita, bahkan ketika menghadapi pengorbanan besar.

Walaupun dia bukan seorang prajurit atau pemimpin, Lorenzo memperlihatkan bahwa kita semua dapat menjadi martir bagi Tuhan dengan cara hidup yang penuh kasih dan kesetiaan, yang akhirnya menginspirasi dan membawa dampak besar pada orang-orang di sekitar kita. (AES)

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini