Rabu, Januari 22, 2025
27.6 C
Jakarta

Pallium: Kisah dan Maknanya

JAKARTA, Pena Katolik – Pallium adalah pakaian kuno yang berasal dari abad ke-4. Setiap tahun pada hari raya Santo Petrus dan Paulus, 29 Juni, Paus memiliki tradisi untuk menganugerahkan pallium kepada para uskup agung metropolitan (mereka yang mengawasi keuskupan atau keuskupan agung yang merupakan wilayah gerejawi terbesar). Pallium adalah pakaian seperti selendang putih yang dikenakan di atas kasula uskup.

Pallium adalah pakaian liturgi yang berasal dari abad ke-4 dan akhirnya dikaitkan dengan para uskup. Pada abad ke-11, para uskup agung metropolitan harus meminta izin dari Paus untuk mengenakannya. Hal ini berkembang menjadi perayaan tahunan, para uskup agung yang baru diangkat dari seluruh dunia akan melakukan perjalanan ke Roma dan diberi pallium dari Paus Roma.

Pada tahun 2015, Paus Fransiskus memutuskan bahwa Paus tidak akan lagi secara resmi menganugerahkan pallium kepada para uskup di Roma. Sebagai gantinya, para uskup sekarang pergi ke Roma untuk merayakan Hari Raya Santo Petrus dan Paulus. Pada saat itu, Paus memberkati pallium dalam Misa (setelah dibiarkan semalam di makam Santo Petrus di bawah altar Basilika Santo Petrus). Paus kemudian menyerahkannya kepada setiap uskup metropolitan baru secara pribadi.

Selanjutnya, para uskup kemudian pulang ke keuskupan mereka sendiri. Selanjutnya, di keuskupan masing-masing, Duta Besar Kepausan secara resmi menganugerahkan pallium dalam Misa khusus di katedral asal. Hal ini menekankan pentingnya keuskupan setempat dan memungkinkan lebih banyak lagi jemaat uskup untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut.

Kaya Makna

Pertama-tama, pallium terbuat dari wol domba yang dipersembahkan pada hari raya Santa Agnes dari Roma (21 Januari), yang namanya dikaitkan dengan kata Latin untuk domba (agnus). Dua ekor domba secara tradisional diberkati oleh Paus pada hari itu dan kemudian pada Kamis Putih bulu domba tersebut dicukur.

Menurut Kantor Perayaan Liturgi, bulu domba tersebut kemudian dibuat menjadi “ikat pinggang lurus dari bahan sepanjang hampir lima sentimeter. Dihiasi dengan enam salib dari sutra hitam, satu di setiap ujung dan empat di bagian yang tidak melengkung, dan dihias di bagian depan dan belakang, dengan tiga peniti yang terbuat dari emas dan permata (acicula).

Paus Benediktus XVI berbicara tentang makna di balik pallium dalam homili pertamanya sebagai Paus. Simbol ini sangat konkrit dan memiliki makna pelayanan dan pengorbanan.

“Simbolisme pallium bahkan lebih konkret: bulu domba dimaksudkan untuk mewakili domba yang hilang, sakit atau lemah yang diletakkan oleh gembala di pundaknya dan dibawa ke perairan kehidupan.”

Pallium menyoroti peran uskup sebagai gembala dan mengingatkannya akan “kuk” Kristus yang harus dipikulnya. Hal ini semakin ditegaskan oleh enam salib yang menghiasi pallium, yang mengingatkan akan banyaknya salib yang harus dipikul uskup sebagai murid Kristus.

Pallium secara tradisional dikaitkan dengan kepausan, pallium memperkuat kesatuan para uskup. Paus Benediktus XVI berbicara tentang hal ini dalam homili yang disampaikan pada tahun 2011 pada hari raya Santo Petrus dan Paulus.

“Pallium berarti bahwa kita harus menjadi gembala untuk persatuan dan dalam kesatuan, bahwa hanya dalam persatuan yang diwakili oleh Petrus kita benar-benar menuntun orang kepada Kristus.”

Pada Pesta St. Agnes pada tanggal 21 Januari. Paus memberkati dua ekor domba. Bulu domba ini akan diambil pada hari Kamis Putih, bulu domba ini lalu ditenun menjadi pallium yang diberikan paus kepada uskup agung yang baru ditahbiskan atau ditunjuk, sebagai tanda kekuasaan dan persatuannya dengan paus. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini